Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Peningkatan Kualitas Loloh Beluntas di Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Putu Lakustini Cahyaningrum; Sang Ayu Made Yuliari; Anak Agung Ayu Sauca Sunia Widyantari; Putut Dewantha Jenar; Made Kresna Aditama Duarba; Gusti Ayu Linda
JURNAL SEWAKA BHAKTI Vol 8 No 1 (2022): Sewaka Bhakti
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/jsb.v8i1.2269

Abstract

Loloh beluntas is one of the traditional Balinese drinks that have properties to maintain body fitness and health. Efforts to improve the quality of the traditional Balinese drink, namely loloh beluntas, need to be carried out in order to obtain adequate and hygienic results so that they can enter the market share. In this PKM there is a partner, namely Mrs. Ketut Murniati who produces loloh beluntas every day to be marketed in Saba Village, Blahbatuh District, Gianyar Regency. At this time, there are some constraints of partners namely: lack of knowledge and skills in the processing of loose beluntas from scratch making raw materials to manufacture loose beluntas that hygenis (tools that are still manual), yet well preserved making it less able to compete with otherproducts loloh. Lack of knowledge about properpackaging and labeling techniques loloh to produce more attractive products and do not yet have a product identity. Lack of storage space for loloh beluntas that affects production and selling value. Based on the problems faced, it is necessary to carry out an activity to foster and assist partners so that they can improve the welfare of partners. The activity begins with socialization, providing tools to improve production quality, providing assistance in processing loloh and developing loloh beluntas packaging designs. Indicators of achievement are an increase in the knowledge and skills of partners in the processing of loloh beluntas, an increase in the amount of production and an increase in the amount of income.
Penggunaan Tanah Merah di Panglukatan Beji Selati Putut Dewantha Jenar; Sang Ayu Made Yuliari; Ida Bagus Suatama
Widya Kesehatan Vol 5 No 2 (2023): Widya Kesehatan
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit kulit umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau berasal dari dalam tubuh. Manifestasi penyakit kulit seperti gatal-gatal, ruam, bintik, serta nyeri pada kulit. Penyakit kulit dapat ditangani dengan pengobatan tradisional, yakni menggunakan unsur prthivi (unsur dari Panca Maha Bhuta). Dalam sistem pengobatan Ayurweda penggunaan unsur prthivi disebut dengan Mitti Chikitsa dan pada beberapa negara dikenal dengan Mud Therapy. Penelitian dilakukan di Panglukatan Beji Selati, Desa Bunutin, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Dimana pada Panglukatan Beji Selati ini terdapat prosesi menggunakan tanah merah dalam rangkaian ritual melukatnya. Masyarakat mempercayai dan meyakini bahwa tanah merah dapat mengurahi keluhan penyakit kulit maupun penyakit lainnya (sekala dan niskala). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan unsur prthivi dalam pengobatan, khususnya tanah merah. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, menggunakan teori etnomedisin dan teori fungsionalisme struktural. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Metode pengambilan data dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah merah di Panglukatan Beji Selati dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit karena adanya kepercayaan masyarakat serta kandungan mineral seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan magnesium (Mg). Tata cara penggunaan tanah merah di Panglukatan Beji Selati terdapat pada rangkaian ritual melukat yang tidak dapat dipisahkan untuk mendapatkan suatu manfaat. Serta implikasi dari penggunaan tanah merah adalah dapat mengobati sakit gigi, meredakan nyeri otot, menjaga kesehatan kulit, mengatasi rematik dan nyeri pada daerah perut, dan menyegarkan tubuh, serta menunda tanda penuaan.
Penggunaan tanah merah di panglukatan beji selati: The use of red soil in the production of Panglukatan Beji Selati Jenar, Putut Dewantha; Yuliari, Sang Ayu Made; Suatama, Ida Bagus
Widya Kesehatan Vol. 5 No. 2 (2023): Widya Kesehatan
Publisher : Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/widyakesehatan.v5i2.4825

Abstract

Penyakit kulit umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau berasal dari dalam tubuh. Manifestasi penyakit kulit seperti gatal-gatal, ruam, bintik, serta nyeri pada kulit. Penyakit kulit dapat ditangani dengan pengobatan tradisional, yakni menggunakan unsur prthivi (unsur dari Panca Maha Bhuta). Dalam sistem pengobatan Ayurweda penggunaan unsur prthivi disebut dengan Mitti Chikitsa dan pada beberapa negara dikenal dengan Mud Therapy. Penelitian dilakukan di Panglukatan Beji Selati, Desa Bunutin, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Dimana pada Panglukatan Beji Selati ini terdapat prosesi menggunakan tanah merah dalam rangkaian ritual melukatnya. Masyarakat mempercayai dan meyakini bahwa tanah merah dapat mengurahi keluhan penyakit kulit maupun penyakit lainnya (sekala dan niskala). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan unsur prthivi dalam pengobatan, khususnya tanah merah. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, menggunakan teori etnomedisin dan teori fungsionalisme struktural. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Metode pengambilan data dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah merah di Panglukatan Beji Selati dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit karena adanya kepercayaan masyarakat serta kandungan mineral seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan magnesium (Mg). Tata cara penggunaan tanah merah di Panglukatan Beji Selati terdapat pada rangkaian ritual melukat yang tidak dapat dipisahkan untuk mendapatkan suatu manfaat. Serta implikasi dari penggunaan tanah merah adalah dapat mengobati sakit gigi, meredakan nyeri otot, menjaga kesehatan kulit, mengatasi rematik dan nyeri pada daerah perut, dan menyegarkan tubuh, serta menunda tanda penuaan.
Ethnomedicine di Indonesia: Perspektif tradisional hingga lanskap modern: Ethnomedicine in Indonesia: From traditional perspectives to the modern landscape Adnyana , I Made Dwi Mertha; Jenar, Putut Dewantha; Suniartini, Ketut; Dewi, Ni Luh Made Noviana; Sugiarta, Ketut Merdana; Sridana, I Nyoman
Widya Kesehatan Vol. 7 No. 1 (2025): Widya Kesehatan
Publisher : Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/s1dc9743

Abstract

Latar Belakang: Paradigma kesehatan tradisional Indonesia mengalami transformasi dari praktik berbasis adat-istiadat menuju pengobatan berdasarkan bukti empiris. Ethnomedicine berkembang sebagai integrasi pengetahuan, praktik, dan kepercayaan turun-temurun yang berakar dari antropologi medis, mencakup konsep sehat-sakit, pencegahan, dan penyembuhan dari perspektif budaya lokal. Tujuan: Menganalisis perkembangan ethnomedicine di Indonesia dari perspektif tradisional hingga lanskap modern, mengevaluasi potensi Indonesia sebagai pusat ethnomedicine dunia, dan mengidentifikasi tantangan serta peluang integrasi pengobatan tradisional dengan sistem kesehatan kontemporer. Metode: Analisis bibliometrik terhadap 2.783 artikel publikasi menggunakan kata kunci "Ethnomedicine", "Traditional medicine", "community medicine", dan "Indonesia" periode 1971-2024. Penelusuran literatur dilakukan untuk memetakan tren penelitian, kluster riset, dan densitas pengembangan ethnomedicine di Indonesia. Hasil: Terdapat 67.804 artikel ilmiah yang memberikan informasi klinis dan pra-klinis tentang kesehatan tradisional. Bali dan Sumatera Utara menunjukkan fokus tinggi dalam pengembangan obat bahan alam. Kluster riset difokuskan pada "drug", "jamu", "local knowledge", "traditional healer", dan "health care". Visualisasi tren menunjukkan penguatan elemen ethnomedicine dengan dominasi penelitian berbasis pengetahuan lokal dan pengembangan produk kesehatan komplementer. Kesimpulan: Indonesia memiliki potensi besar menjadi pusat ethnomedicine dunia dengan dukungan 25.000-30.000 spesies tumbuhan obat dan 300-700 etnis. Integrasi pengobatan tradisional-modern mencerminkan lanskap kesehatan dinamis. Keberlanjutan ethnomedicine memerlukan penguatan regulasi, fasilitas riset, kolaborasi global, dan pelestarian pengetahuan tradisional melalui digitalisasi dan program pendidikan berbasis budaya lokal.
Phytochemical Profiling, Antibacterial Properties and Toxicity of Amla Fruit Tea (Phyllanthus emblica L.): An In Vitro and In Silico Study Cahyaningrum, Putu Lakustini; Sudaryati, Ni Luh Gede; Bogoriani, Ni Wayan; Asih, Ida Ayu Raka Astiti; Adnyana, I Made Dwi Mertha; Jenar, Putut Dewantha
Journal of Multidisciplinary Applied Natural Science Articles in Press
Publisher : Pandawa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47352/jmans.2774-3047.284

Abstract

Antimicrobial resistance represents a critical global health challenge, necessitating the exploration of alternative therapeutic agents. This study investigated the antimicrobial potential of amla fruit tea (Phyllanthus emblica L.) through comprehensive phytochemical characterization, antibacterial assessment, and computational modeling to identify potential mechanisms of action. LC-HRMS analysis was employed for phytochemical profiling, antibacterial activity was evaluated via disk diffusion method against Staphylococcus aureus and Escherichia coli, and molecular docking studies were conducted against tyrosyl-tRNA synthetase and FimH adhesin proteins. Analysis identified 89 bioactive compounds, with oxidized hydroxytetrahydrofuranyl acetate, L-α-palmitin, and ellagic acid predominating. Antibacterial activity against S. aureus and E. coli was evaluated via the disk diffusion method, revealing that moderate inhibition increased at higher concentrations (25%) and with extended exposure, with E. coli exhibiting greater susceptibility than S. aureus. Molecular docking studies against tyrosyl-tRNA synthetase (S. aureus) and FimH adhesin protein (E. coli) identified the W-18 benzenesulfonamide derivative as the most promising compound, which demonstrated strong binding affinities of -11.01 and -7.48 kcal/mol, respectively. While all five principal compounds met Lipinski's drug-likeness criteria, toxicological assessment revealed varying safety profiles, with two compounds classified as "possibly hazardous" and two as "toxic when swallowed." These findings suggest that amla fruit tea has antibacterial properties through two mechanisms: disruption of protein synthesis and bacterial adhesion. However, its efficacy remains considerably lower than that of conventional antibiotics, suggesting potential applications as complementary therapy rather than antibiotic replacement.
Pemanfaatan Media Sosial sebagai Strategi Pemasaran Produk Penciri Desa Kenderan Cahyaningrum, Putu Lakustini; Indriani, Made Novia; Premayani, Ni Wayan Wina; Jenar, Putut Dewantha
Abdimas Galuh Vol 7, No 2 (2025): September 2025
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v7i2.18850

Abstract

Kemajuan teknologi informasi telah mendorong perubahan paradigma dalam strategi pemasaran, termasuk dalam pengembangan potensi desa wisata. Desa Kenderan, yang terletak di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, dikenal sebagai salah satu desa wisata yang mengangkat konsep wellness tourism. Desa ini memiliki potensi lokal berupa tanaman pegagan (Centella asiatica) yang telah diolah menjadi produk teh dan masker. Namun, potensi ini belum diiringi dengan kemampuan pelaku lokal dalam memasarkan produk secara digital, khususnya melalui media sosial. Minimnya pengetahuan dan keterampilan dalam digital marketing menjadi kendala dalam memperluas pasar serta meningkatkan nilai tambah produk unggulan desa. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kenderan dalam mengelola strategi pemasaran berbasis media sosial. Metode yang digunakan meliputi tahap sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan, serta monitoring dan evaluasi. Sosialisasi bertujuan mengenalkan potensi pegagan sebagai penciri desa. Pelatihan difokuskan pada pembuatan akun media sosial (Instagram, Facebook, TikTok, YouTube), produksi konten digital, serta strategi pemasaran berbasis konsinyasi dengan pelaku pariwisata lokal. Pendampingan diberikan untuk memastikan transfer pengetahuan berjalan optimal, sementara monitoring dilakukan untuk mengukur keberhasilan implementasi program. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam kapasitas Pokdarwis untuk mengelola akun media sosial secara mandiri dan memproduksi konten promosi yang menarik. Model pemasaran digital yang dikembangkan mampu memperluas jangkauan promosi dan meningkatkan permintaan terhadap produk teh dan masker pegagan. Selain itu, strategi konsinyasi turut memperkuat kerja sama antara Pokdarwis dan pelaku wisata lokal. Kegiatan ini berkontribusi pada penguatan ekonomi desa, peningkatan citra produk lokal, serta pelestarian nilai-nilai budaya dan potensi alam Desa Kenderan.