Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG MENINGKATKAN RESILIENSI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA ROB DI KELURAHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Nur Ariviyanti; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.436 KB)

Abstract

Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah mengacam usaha penanggulangan kemiskinan di Indonesia dan pencapaian Target Millennium Development Goals – MDGs. Salah satu dampak perubahan iklim yang umum dijumpai di Indonesia sebagai negara maritim adalah adanya kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan rob pada beberapa wilayah pesisir. Kelurahan Tanjung Emas merupakan salah satu kelurahan di Kota Semarang yang identik dengan  masalah rob. Rob ini diterima oleh individu sebagai stimulus yang memberikan pengalaman dan mempengaruhi tingkat kesiapan seseorang dalam menghadapi bencana. Perilaku kesiapan ini juga didukung oleh kemampuan individu untuk bangkit kembali dari peristiwa trauma yang pernah terjadi. Kemampuan inilah yang kemudian disebut dengan resiliensi. Resiliensi sendiri dipengaruhi oleh faktor internal masyarakat maupun dari faktor eksternal. Oleh karena itu, masyarakat melakukan berbagai upaya dan dukungan dari luar untuk tetap dapat bertahan dan melangsungkan kehidupan mereka di Kelurahan Tanjung Emas. Penelitian ini disusun untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: faktor-faktor apa yang meningkatkan resiliensi masyarakat dalam menghadapi bencana rob di Kelurahan Tanjung Emas Semarang? Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut maka penilitian ini disusun dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiliensi masyarakat dalam menghadapi bencana rob di Kelurahan Tanjung Emas Semarang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif, pembobotan dan analisis regresi linier berganda. Hasil akhir dari penelitian ini adalah dari 9 faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan resiliensi terdapat 3 faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiliensi, faktor-faktor tersebut adalah faktor peninggian rumah, peninggian jalan, serta adanya organisasi sosial yang peduli lingkungan dan tanggap bencana. 
Evaluasi Pengembangan Rusunawa Kaligawe Sebagai Fasilitas Hunian Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Ditinjau Dari Kelengkapan Fasilitas Aulia Ardhian Ayuningtyas; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.183 KB)

Abstract

Keterbatasan lahan dan tingginya kebutuhan akan perumahan menjadikan pemenuhan akan permintaan perumahan tidak dapat dipenuhi, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pengembangan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah tidak dilirik investor karena dianggap kurang menguntungkan. Guna menyelesaikan permasalahan tersebut, sudah saatnya Pemerintah Kota Semarang beralih ke pengembangan kawasan hunian vertikal, terutama di kawasan pinggiran mengingat ketersediaan lahan di pusat kota sudah sangat terbatas.Peneliti mengambil studi kasus Rusunawa Kaligawe karena Rusunawa Kaligawe merupakan sebuah kawasan hunian vertikal yang disediakan oleh Pemerintah Kota Semarang bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang berlokasi di kawasan pinggiran, serta kawasannya berada dekat dengan berbagai fasilitas umum perkotaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pengembangan Rusunawa Kaligawe memiliki kelebihan yang menjadi daya tarik tersendiri, yaitu lokasinya yang strategis, ketersediaan fasilitas umum perkotaan yang dikembangkan di sekitar kawasan Rusunawa Kaligawe, dan biaya sewanya yang dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Kekurangan Rusunawa Kaligawe yang sering dikeluhkan adalah permasalahan mengenai kondisi fisik bangunan dan kelengkapan fasilitas di Rusunawa Kaligawe itu sendiri.
PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN TOL TERHADAP PERUBAHAN POLA DAN STRUKTUR RUANG KAWASAN SIDOMULYO, UNGARAN TIMUR Abdul Aziz Hartanto; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.114 KB)

Abstract

Perkembangan kota - kota di dunia selalu menunjukkan pergerakan yang sangat cepat. Luas lahan dan potensi lahan bersifat statis yang tentunya dibatasi oleh batas administrasi maupun fungsional, sehingga kerap dilakukan intervensi penggunaan lahan wilayah pinggir kota yang masih memiliki sedikit lahan terbangun. Perluasan fungsi kota mulai terlihat dengan jelas di pinggir Kota Semarang, salah satunya Kelurahan Sidomulyo yang terletak di Kecamatan Ungaran timur. Pembangunan yang terjadi di Kelurahan Sidomulyo berupa permukiman dan perdagangan dan jasa dan mulai bergerak dengan pesat sejak adanya akses pintu tol Semarang-Ungaran di Kelurahan Sidomulyo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa jauh dampak yang ditimbulkan dengan adanya pintu tol di Kelurahan Sidomulyo terhadap pola dan struktur ruang. Dalam menjawab tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan analisis perubahan guna lahan dengan melakukan perbandingan citra kawasan pada tahun 2008 dan 2013 sehingga akan didapatkan gambaran perubahan guna lahan yang terjadi baik dari aktivitas maupun kepadatan bangunannya. Dalam penelitian ini selain melakukan analisis terhadap perubahan guna lahan secara spasial juga akan melakukan kajian faktor perubahan guna lahan dengan menggunakan metoda crosstab. Dari hasil analisis korelasi variabel yang mempengaruhi perubahan guna lahan adalah aksesibilitas, sarana dan prasarana, dan jumlah penduduk, dan dari tinjauan langsung ke lapangan ternyata terdapat dua faktor lain yang turut mempengaruhi aktivitas perubahan guna lahan di kawasan Sidomulyo yaitu RTRW Kabupaten Semarang dan topografi wilayah. Pada kajian perubahan guna lahan kawasan Sidomulyo, wilayah amatan dibagi menjadi 3 kawasan dengan justifikasi perbedaan percepatan pembangunan serta aktivitas yang paling cepat berkembang. Kawasan 1 adalah kawasan yang paling cepat berkembang, kawasan 2 adalah kawasan yang percepatan pembangunannya menengah, dan kawasan 3 adalah kawasan dengan percepatan pembangunannya lambat.
Penilaian Tingkat Kapasitas Adaptasi Terhadap Bencana Banjir Rob Berdasarkan Pengaruh Pembangunan Tanggul Laut Pada Kawasan Pesisir Kota Pekalongan (Studi Kasus: Kecamatan Pekalongan Utara) Denis Said Mukhtar; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 10, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

North Pekalongan district is a coastal area of Pekalongan City which has 7 sub-districts with a high tidal hazard level. Adaptation capacity is a key point in dealing with conditions of vulnerability to climate change, especially tidal floods. The projected threat of tidal flooding which will increase every year has an impact on the survival of the people of the North Pekalongan sub-district. adaptation capacity needs to be increased in order to adapt to exposure to the threat of tidal flooding. The purpose of this study was to assess the level of adaptation capacity of the North Pekalongan sub-district to the threat of tidal hazards. This study uses a quantitative method through the Adaptive Capacity Index (ACI) assessment with the analysis technique of scoring analysis, weighting, and spatial analysis. Assessment of the level of adaptation capacity is seen from the conditions before and after the construction of the embankment. Adaptation capacity, which is a study in this research, is measured through sanitation conditions, access to clean water sources, the existence of educational facilities, the existence of health facilities, the presence of disaster infrastructure, the characteristics of houses, and the level of education. In this study, it was found that there was a change in the level of adaptation capacity caused by the construction of a sea wall in the North Pekalongan District. These changes are aimed at increasing the level of adaptation capacity in Bandengan and Kandang Panjang villages. The conclusion that can be drawn is that the construction of rob handling infrastructure is one of the efforts to increase the adaptation of the government in handling rob disasters.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN GUNA LAHAN DAN POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAWASAN PINGGIRAN (Studi Kasus: Daerah Gedawang, Kota Semarang) Nastiti Puspitasari; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1391.059 KB)

Abstract

Perkembangan Kota Semarang yang semakin pesat ditandai dengan semakin meluasnya perkembangan kawasan permukiman hingga ke kawasan pinggiran. Perkembangan tersebut mampu membawa dampak berupa perubahan guna lahan di kawasan pinggiran, salah satunya adalah Daerah Gedawang. Hal ini sesuai dengan pendapat Catanese (1986:266) bahwa secara alamiah perkembangan lahan di kawasan pinggiran diawali dan didominasi dengan pembangunan perumahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan guna lahan serta mengkaji pola perkembangan permukiman di kawasan pinggiran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dan menampilkannya secara spasial untuk menggambarkan pola perkembangan permukiman di kawasan pinggiran. Penelitian mengenai perubahan guna lahan ini berdasar pada dua analisis utama yaitu analisis perubahan guna lahan dan analisis pola perkembanganpermukiman di Daerah Gedawang. Pada analisis perubahan guna lahan ini, dibedakan menjadi dua tahap analisis yaitu analisis perubahan fisik dan analisis perubahan sosial kemasyarakatan. Output dari analisis ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan guna lahan yaitu pertumbuhan penduduk, aksesibilitas, kegiatan pengembang perumahan (developer), harga lahan dan ketersediaan fasilitas umum. Selain analisis perubahan guna lahan, dilakukan pula analisis pola perkembangan permukiman. Dalam analisis ini didapatkan pola perkembangan permukiman di Gedawang menyebar secara tidak teratur atau sporadis. Berdasarkan beberapa tahap analisis yang telah dilakukan, maka Kelurahan Gedawang termasuk ke dalam kawasan pinggiran Kota Semarang dan terbukti mengalami perubahan guna lahan terutama perubahan guna lahan non-terbangun menjadi guna lahan terbangun permukiman.
POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA DAN KOTA TANGERANG MENJADI AEROTROPOLIS Fakhri Adrian; Wisnu Pradoto
Jurnal Pengembangan Kota Vol 5, No 2: Desember 2017
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.286 KB) | DOI: 10.14710/jpk.5.2.121-130

Abstract

Saat ini ASEAN memiliki kebijakan single aviation market yang mengarahkan negara di asia tenggara mengembangkan infrastruktur bandara untuk pemenuhan permintaan transportasi udara. Single aviation market dapat meningkatkan aktivitas bisnis bandara dan daya saing kota dengan akses terintegrasi bandara di Indonesia. Hal tersebut dapat menciptakan Bandara Internasional Soekarno Hatta menjadi airport city dan kota disekitarnya (Kota Tangerang) menjadi aerotropolis. Namun, saat ini kesiapan Pemerintah Kota Tangerang dan dinas terkait untuk mengembangkan Kota Tangerang sebagai aerotropolis belum teridentifikasi. Lalu bagaimana potensi pengembangan Kawasan Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Kota Tangerang menjadi aerotropolis?. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi pengembangan Kawasan Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Kota Tangerang menjadi aerotropolis dengan menganalisis kondisi eksisting, kebijakan dan penataan ruang, dan kesiapan Pemerintah Kota Tangerang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitaf. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, spasial dan AHP. Hasil analisis menunjukan Kota Tangerang berpotensi untuk dikembangkan menjadi aerotropolis.Nowadays ASEAN has single aviation market policy which lead South East Asia  Countries should develop their airport to satisfy the air transportation needs. Single aviation market will increase business activity and  integrated access airport’s city competitiveness in Indonesia. It makes the Soekarno Hatta International Airport become airport city and the city near the airport (Tangerang City) become the aerotropolis. Nevertheless, the readiness of governments to develop Tangerang City become aerotropolis has not identificated. According that problem turn up a question “How the potential development of Soekarno Hatta International Airport area and Tangerang City to be develop into aerotropolis”. Goals of this research is assess the potential development of Soekarno Hatta International Airport area and Tangerang City to be develop into aerotropolis with analyze the existing condition, spatial planning and policy, and the governments readiness of Tangerang City. The research approach is quantitative. The analysis methods used is descriptive, spatial, and AHP. the analysis has been done, it can be said tangerang city has the potential to be developed into aerotropolis.
ANALISIS PERKEMBANGAN KECAMATAN COLOMADU DAN KECAMATAN GROGOL SEBAGAI PKLP DAN WPU SURAKARTA BERDASARKAN FAKTOR INTERNAL Dayana Permatasari; Wisnu Pradoto
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.883 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.172-180

Abstract

Perkembangan Kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar mengalami berbagai persoalan, karena tidak semua kota dapat memenuhi pelayanannya. Persoalan tersebut menyebabkan aktivitas kota melewati batas administrasinya. Ketidakmampuan dalam menyediakan kebutuhan dalam menyediakan ruang aktivitas mendorong terjadinya perluasan kota yang menyebabkan kawasan peri-urban mengalami perubahan dalam segala aspek baik secara fisik maupun non fisik. Perluasan kawasan perkotaan tentunya mengalami perubahan yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk analisis perbandingan perkembangan kedua kecamatan yang memiliki peran sebagai WPU Kota Surakarta dan berstatus PKLp pada Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. Analisis perbandingan dilakukan dengan melihat karakteristik perkembangan dan kategori perkembangan Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol dalam kurun waktu 2000 - 2017 dan 2010 -2017 yang selanjutnya dilakukan perbandingan pada kedua Kecamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian metode kuantitatif dengan teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif  kuantitatif dan analis skoring. Analisis Deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik perkembangan Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol, sedangkan analisis skoring digunakan untuk melakukan pengkategorian terhadap  perkembangan rata-rata tahunan. Pengkategorian perkembangan didasarkan faktor internal kecamatan yaitu diantaranya perkembangan kepadatan penduduk, jenis pekerjaan penduduk non pertanian, fasilitas sosial dan ekonomi, kondisi ekonomi, dan perkembangan lahan terbangun. Hasil penelitian yang diperoleh adalah Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda, ditinjau berdasarkan perkembangan lahan Kecamatan Colomadu lebih diarahkan sebagai kawasan permukiman, sedangkan Kecamatan Grogol sebagai kawasan industri, perdagangan dan jasa. Berdasarkan hasil perhitungan perkembangan rata-rata tahunan Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Grogol sepanjang tahun 2000 – 2010  tergolong dalam perkembangan lambat, namun sepanjang tahun 2010 -2017 Kecamatan Grogol tergolong dalam perkembangan cepat dan Kecamatan Colomadu tetap dikategorikan dalam perkembangan lambat.
SEBARAN EMISI CO2 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENATAAN RUANG AREA INDUSTRI DI KABUPATEN KENDAL Dina Labiba; Wisnu Pradoto
Jurnal Pengembangan Kota Vol 6, No 2: Desember 2018
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.177 KB) | DOI: 10.14710/jpk.6.2.164-173

Abstract

Kabupaten Kendal adalah wilayah yang memiliki peran sebagai salah satu pusat aktivitas industri di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran sumber emisi CO2 dari sektor industri serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan emisi tersebut sebagai dasar acuan dalam merumuskan implikasi kebijakan penataan ruang aktivitas industri di Kabupaten Kendal berdasarkan konsep low carbon city. Analisis dilakukan terhadap sembilan aktivitas industri skala besar yang besar tersebar pada tiga kecamatan di Kabupaten Kendal yaitu Kecamatan Kaliwungu, Boja dan Kangkung. Hasil dari analsisis terhadap kadar intensitas produksi emisi CO2 aktivitas industri menunjukkan bahwa industri PT. Sinar Bahari Agung di Kecamatan Kangkung memiliki menghasilkan emisi CO2 tertinggi. Sementara itu untuk hasil dari analisis potensi pertumbuhan pertumbuhan emisi CO2 dilihat dari faktor penghambat dan pemicu pertumbuhan emisi tersebut, menunjukkan bahwa hingga tahun 2031 pertumbuhan emisi CO2 sektor industri di Kabupaten Kendal akan terus mengalami peningkatan. Implikasi kebijakan penataan ruang yang dapat diterapkan adalah penambahan areal ruang terbuka hijau. Penambahan ruang terbuka hijau diprioritaskan pada aktivitas industri pada aktivitas industri PT. Sinar Bahari Agung dan PT. Rimba Partikel Indonesia. Selain itu, implikasi kebijakan lainnya yang dapat diterapkan ialah dengan membatasi pertumbuhan aktivitas industri di wilayah bagian selatan Kabupaten Kendal serta pengoptimalan pemanfaatan lahan industri dengan penerapan Industrial Symbiosis.
POLA DAN FAKTOR PERKEMBANGAN PEMANFAATAN LAHAN DI KECAMATAN MRANGGEN, KABUPATEN DEMAK Dewa Raditya Putra; Wisnu Pradoto
Jurnal Pengembangan Kota Vol 4, No 1: Juli 2016
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.124 KB) | DOI: 10.14710/jpk.4.1.67-75

Abstract

Sebagai wilayah pinggiran, Kecamatan Mranggen mengalami perkembangan penggunaan lahan yang intensif sejak tahun 90-an, hal ini disebabkan adanya ekspansi pembangunan perkotaan ke wilayah pinggiran, seperti pembangunan Perumnas Pucang Gading dan peningkatan kawasan pemukiman akibat tingginya urbanisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola dan faktor yang mempengaruhi perkembangan pemanfaatan lahan terbangun di Kecamatan Mranggen. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Penelitian dilakukan dalam beberapa analisis, yaitu analisis spasial overlay melalui analisis perbandingan citra 1994 dan 2015 menggunakan GIS, analisis deskriptif, dan analisis crosstabs menggunakan SPSS. Hasilnya pola pemanfaatan lahan di Kecamatan Mranggen sejak tahun 1994-2015 membentuk pola yang menyebar dengan mengalami perkembangan wilayah yang berbeda-beda (cepat, sedang, dan lambat) dan faktor yang mempengaruhi pamanfaatan lahan terbangun di Kecamatan Mranggen adalah faktor lokasi, harga, lingkungan, aksesibilitas, dan fasilitas.
Socio-Ecological Vulnerability Assessment and the Resulting in Spatial Pattern: A Case Study of Semarang City Visilya Faniza; Wisnu Pradoto
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No. 3 (2019): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan (Special Edition)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/jb.v5i3.396

Abstract

The aim of this paper is to examine the socio-ecological vulnerability and the resulting in spatial pattern on a city scale. The assessment methods for vulnerability-resilience in the social and ecological have been broadly examined, such as the Environmental Vulnerability Index (EVI) and disaster risk assessment by the BNPB (Badan Penanggulangan Bencana Nasional). However, in some cases, these methods are suitable only in disastrous vulnerability and on a larger scale. The assessment method of socio-ecological systems in this paper has been modified to a city-scale and per the data availability. By using spatial data, this paper analyses the connection between vulnerability-resilience of socio-ecological systems and land coverage pattern. Based on the case study, the finding shows that almost 28% of Semarang city areas are socio-ecologically vulnerable. Mostof the land use of the vulnerable areas is currently used for urban built-up area and agriculture. For future research, this method can be used for vulnerability assessment of the socio-ecological system in other cities and as a consideration for decision making in spatial planning.