Bakhtiar, Bakhtiar
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PARADIGMA IJTIHAD KONTEMPORER: Studi terhadap Metode Ijtihad Majmu’ al-Buhuts -, Bakhtiar
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 17, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v17i1.104

Abstract

Ijtihad jama‟i saat ini dipandang lebih dapat memberikan jawaban hukum yang lebih komprehensif dibandingkan dengan ijtihad individual. Hal itu disebabkan keterbatasan sumber daya seiring dengan kecenderungan spesialisasi keilmuan yang semakin tajam dan munculnya persoalan yang semakin kompleks dan rumit. Model ijtihad ini berkembang secara terorganisir dan terlembaga yang dipelopori oleh Majmu‟ al-Buhuts al-Islamiyyah. Lembaga yang didirikan Muhammad Ali Pasya ini produktif dalam melahirkan fatwa dan menjadi rujukan dari berbagai belahan dunia Islam. Dalam berijtihad, al-Qur‟an dan hadis diposisikan sebagai sumber pokok hukum sedangkan metode ijtihad yang digunakan tidak jauh berbeda dengan model yang sudah terkonsepsi sebelumnya seperti maslahah, sadd al-dzari‟ah, istihsan dan sejenisnya. Penerapan metode tersebut sangat jelas terlihat dalam beberapa contoh fatwa seperti aliran Qadiyaniyah (Ahmadiyah), bank ASI, penentuan awal bulan qamariah dan baitul mal sebagai ahli waris serta ihtikar (penimbunan kebutuhan pokok).
EPISTIMOLOGI BAYANI, TA’LILI DAN ISTISLAHI DALAM PENGEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN HUKUM Bakhtiar -
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 18, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v18i1.131

Abstract

Bayani, ta’lili dan istislahi merupakan model epistimologi yang selalu dan sudah sejaklama digunakan ulama ushul fiqh dalam menyingkap, menemukan dan merumuskan hukum yangbertumpu pada kemaslahatan. Hal ini sangat relevan dalam menyelesaikan dan menjawab persoalanpersoalankontemporer yang semakin komplit dan rumit. Teori bayani dilakukan dengan pendekatanteks nash melalui kaidah-kaidah kebahasaan. Sedangkan ta’lili menggunakan penggalian terhadapsuatu sifat yang dapat dijadikan sebagai tambatan untuk dihubungkan antara dua peristiwa hukumsehingga hukum yang sudah ada dapat diterapkan pada kasus baru. Begitu pula pada saat qiyas biasatidak diterapkan karena faktor lain yang lebih kuat, dapat beralih kepada qiyas yang pengaruhnyalebih kuat. Dalam hal, teori bayani dan ta’lili tidak dapat diterapkan pada kasus-kasus yanghukumnya tidak tidak terdapat pada nash, maka teori istislahi dapat menjadi alternatif. Melalui teorimaslahah al-mursalah dan dzari’ah persoalan-persoalan kontemperer akan dapat diselesaikan denganbaik dan dinamis.
MOHAMMAD YATIM DAN IKHTIAR MEREALISASIKAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM Bakhtiar bakhtiar
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 20, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v20i2.159

Abstract

Peristiwa PRRI telah berdampak terhadap pergerakan Islam di Minangkabau terutama bagi Muhammadiyah karena pada saat itu diidentikan oleh komunis dan sebagian pejabat dengan Masyumi. Muhammadiyah berada dalam kevakuman dan tekanan politik. Pimpinan dan aktifisnya nyaris meninggalkannya “ijok” ke luar. Mohammad Yatim dengan tidak berlatarbelakang pergerakan politik dan ulama berupaya menyelamatkan organisasi dan asetnya dari pendudukan dan pengambilalihan oleh pihak lain, pembelaan terhadap Muhammadiyah yang disuarakan oleh komunis untuk dilarang dan dibubarkan di Sumatera Barat dan mengkonsolidasikan Muhammadiyah pada tingkat cabang dan ranting yang berada di nagari-nagari dan kampung-kampung. Ia bergerak dari kampung ke kampung guna menghidupkan kembali Muhammadiyah dan amal usahanya yang sempat ditinggalkan oleh para pimpinannya. Dalam upaya dan perjuangannya itu ia, keluarga dan pendukungnya sering mendapat tekanan dan intimidasi dari berbagai pihak, tetapi ia tidak bergeming sedikitpun untuk surut dan menghentikan langkahnya. Ini adalah upaya ia merealisasikan pemikiran politik dan keyakinannya dalam menggerakan Islam melalui Muhammadiyah
Psychologycal Well-being Pada Perempuan yang Mengalami Infertilitas Sekunder Widia Sri Ardias; Bakhtiar Bakhtiar; Mela Purnama Gustia
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 24, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v24i2.3490

Abstract

This study aims to determine the factors that influence psychological well-being on women who experience secondary infertility which can be seen from the dimensions of psychological well-being. This study also wants to illustrate how psychological well-being of women experiencing secondary infertility. The research method used is a qualitative descriptive method by collecting data through observation and interview techniques. Data analysis techniques with data reduction and categorization, making a description of the data, and then drawing conclusions. The data validity test through the extension of observation, increases the perseverance of triangulation. The results found first, the factors that influence psychological well-being in women who experience secondary infertility are age, social support from the surrounding environment and religiosity factors. Second, there are two dimensions of psychological well-being, namely negative feeling uncomfortable with other people's attitudes toward themselves and positive self-reliance on good personal growth, easy to get along and have a good life purpose.
KONSTRUKSI TAJDID MUHAMMADIYAH Bakhtiar Bakhtiar
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 23, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v23i1.1694

Abstract

Gerakan Muhammadiyah yang kembali menyegarkan ijtihad dengan berbasis tajdid sering berbeda dengan lembaga fatwa lain di Indonesia. Perbedaan ini kadang menimbulkan konflik di akar rumput. Tulisan ini bertujuan menjelaskan secara mendalam konstruksi tajdid Muhammadiyah meliputi aspek pembaruan dan pemurnian, keterbukaan dan toleransi, hubungannya dengan mazhab tertentu dan kolektifitas dalam berijtihad. Tulisan ini bersifat kualitatif dengan data deskriptis. Data yang digunakan terdiri dari manhaj Majelis Tarjih Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, dokumen resmi lain dan pendapat tokoh yang memiliki nilai epistimologis, fungsi, kondisi dan sosial. Hasil penelitian ini menunjukan tajdid yang dilakukan Muhammadiyah memiliki konstruksi yang spesifik. Pertama, bersifat pembaruan dan pemurnian. Pembaruan berbasis pada dinamisasi yang berlaku pada aspek muamalat, sedangkan pemurnian berbasis pada pengembalian pada Alquran dan hadis berlaku pada aspek ibadah mahdhah. Kedua,  secara terbuka dengan pelibatan pihak luar dalam proses pengambilan keputusan dan penerimaan kritik dan evaluasi ketika sudah diterbitkan dalam bentuk putusan dan fatwa. Tajdid bersifat toleran terhadap pihak lain dengan tidak menganggap hasil ijtihadnya saja yang benar. Ketiga, tidak berafiliasi dengan mazhab tertentu, tetapi pendapat ulama sebelumnya dijadikan sebagai subjek penelitian, perbandingan dan petunjuk untuk sampai pada penetapan hukum serta ijtihad dilakukan dengan kolektif.
METODE IJTIHAD MUI DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH P ADA SITUASI PANDEMI COVID-19 Bakhtiar Bakhtiar
Jurnal AL-AHKAM Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/alahkam.v12i1.2917

Abstract

Fatwa lockdouwn mesjid yang dikeluarkan MUI menuai pro dan kontra. MUI dipandang diperalat oleh pihak tertentu dalam konspirasi menjauhkan umat dari mesjid. Sebelumnya, pemerintah menjadikan socialdistancing dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona yang ditetapkan WHO sebagai pandemi. Fatwa ini dilatarbelakangi oleh permintaan dan dorongan kuat dari pemerintah karena adanya reaksi menolak dilakukannya lockdouwn mesjid. Namun, tidak dimuat secara eplisit dalam pertimbangan fatwa. Peniadaan ibadah di mesjid meliputi shalat Jumat, shalat jamaah dan shalat sunnah. Shalat Jumat bagi orang terpapar COVID-19 dapat diganti dengan shalat zuhur bahkan haram melakukan aktifitas ibadah sunnah di mesjid. Bagi orang sehat dan  belum diketahui tidak terpapar ketika berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi boleh meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat kediaman, serta meninggalkan jamaah shalat lima waktu, tarwih, dan ied di mesjid. Pengurusan jenazah yang terpapar COVID 19 harus dilakukan  sesuai protokol medis yang dilaksanakan oleh pihak yang berwenang dengan tetap memperhatikan ketentuan syariat. Metode istinbat yang digunakan dalam menetapkan fatwa berupa pendekatan manhaji dengan mempertimbangkan maqashid al-syariah. Fatwa ini berorientasi memutus mata rantai penyebaran virus corona sebagaimana yang direkomendasikan ahli, kemudian menjadi kebijakan pemerintah.
The Legal Consequences and The Psychological Divorce Impact Against Women in Padang City Bakhtiar Bakhtiar; Rahmadianti Aulia
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 25, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v25i2.4145

Abstract

This research is motivated by the rise of divorce cases in the Padang City Religious Court. When the divorce case is decided by the Religious Courts, there will be legal consequences from the decision of course this decision has an impact on individual psychology, and interestingly the psychological impact is more common among women. This study aims to find out the factors behind the occurrence of lawsuits in the Padang Religious Court and to identify and reveal the psychological impact caused by divorce lawsuits on women in the Padang Religious Courts. The research was conducted using qualitative methods with interview and observation techniques. The results showed that the factors behind the occurrence of divorce were jealousy, cheating, domestic violence (domestic violence), dishonesty and unclear finances, unmeeting economic needs, drug users and dealers, disobedience, and harassing religion. The legal consequences caused by a lawsuit at the Padang Religious Court are not being allowed to reconcile during the iddah period, paying court fees, dividing assets, and the rights of the child's guardian. While the psychological impact of divorce on women is that subjects R, YM, and S did not see any post-divorce psychological disorders, while in NT, they felt traumatized by their marriage and NL showed feelings of shame and inadequacy with their new status
The Struggle of Custom and Sharia: Classic Dilemma of Inheritance Settlement in Javanese and Minangkabau Ethnic Communities in Indonesia Elfia Elfia; Surwati Surwati; Bakhtiar Bakhtiar
AL-ISTINBATH : Jurnal Hukum Islam Vol 8 No 1 May (2023)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/jhi.v8i1.5480

Abstract

This research aims at determining the reasons and causes for dividing inheritance before the death of the testator, as well as the implications of this inheritance division pattern on the heirs. The disagreement between custom (also known as adat) and Sharia creates an issue in the division of inheritance in Sungai Duo Village, South Solok Regency, Indonesia. In its principle, inheritance is divided after the testator dies. However, in Sungai Duo Village it applies differently, where inheritance is distributed before the testator passed away. This is empirical legal research using a qualitative legal approach, which was investigated through the Islamic inheritance law's perspectives. The data included primary data, which were obtained from interviews, and secondary data generated from document studies. Data were analyzed through several stages, including data reduction, data display, and verification. Based on the research findings, the reasons for dividing inheritance before the testator dies are: first, to avoid disputes between the heirs; second, lack of knowledge of the heirs concerning the Islamic inheritance system, resulting in inheritance division contradicts the provisions of Sharia; third, inheritance division pattern applied in society is dominated by customs that have been passed down for generations, and fourth, the diverse community of Minangkabau and Javanese ethnicity causes their inheritance division pattern to reflect their regional customs. The implication of this inheritance division pattern to the heirs is that there is peace for the heirs in terms of inheritance responsibility because they consider the heirs to have had the maturity and ability to manage the assets of their parents who are no longer able to manage these assets. So that it can improve their children's economies or serve as a support for those who are married. These findings also prove the existence of legal duality, namely Islamic inheritance law and customary inheritance law. However, it appears that customary inheritance law is more prevalent than Islamic inheritance law.
The Dynamics of Social Institutions in Family Law: Understanding Values, Norms, and Their Functions Lagus, Wegestin; Salma, Salma; Bakhtiar, Bakhtiar
Al-Qanun: Jurnal Kajian Sosial dan Hukum Islam Vol 6, No 2 (2025): Al-Qanun: Jurnal Kajian Sosial dan Hukum Islam
Publisher : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58836/al-qanun.v6i2.24685

Abstract

Social institutions are systems of norms, values, and behavioral patterns that regulate community life, including family law. Modernization and globalization have driven shifts in social norms and values, influencing practices in family law, particularly in marriage, inheritance, and child custody. These shifts create tensions between traditional norms and social changes, with implications for the stability of family law. This study contributes by highlighting three core aspects of social institutions within family law: elements, functions, and substance. Using a qualitative approach through literature review of academic sources, the study identifies key elements of social institutions, norms, institutions, symbols, and social sanctions; their functions as social control mechanisms, identity formation for families, and safeguards of social order; as well as their substantive values of justice, responsibility, and harmony that shape standard behavioral patterns within families. Accordingly, this study emphasizes that understanding the dynamics of elements, functions, and substance of social institutions is essential for ensuring that family law remains adaptive to social change without losing its foundational values.