Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

OPTIMASI AMOBILISASI PEKTINASE DARI Bacillus subtilis MENGGUNAKAN KITOSAN-NATRIUM TRIPOLIFOSFAT Tantowidjojo, Vanessa Rachmani; Roosdiana, Anna; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.991 KB)

Abstract

Pektinase adalah enzim yang sangat potensial dalam industri pangan, sehingga perlu diamobilisasi agar dapat digunakan berulang dan mudah untuk dipisahkan dari produknya. Pektinase yang telah diisolasi dari Bacillus subtilis dimurnikan dengan menggunakan amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan 20–60%. Pektinase diamobilisasi dengan metode penjebakan menggunakan matriks kitosan-natrium tripolifosfat. Pada penelitian ini ditentukan konsentrasi kitosan dan konsentrasi enzim optimum amobilisasi pektinase. Konsentrasi kitosan yang digunakan adalah 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3% (w/v) dan konsentrasi enzim sebesar 0,943; 1,887; 2,830; 3,774; dan 4,717 mg/mL. Kadar protein enzim ditentukan dengan metode Biuret dan aktivitas enzim ditentukan dengan menghitung asam galakturonat yang dihasilkan dari hidrolisis pektin oleh sejumlah enzim per menit. Kadar protein pektinase bebas diperoleh sebesar 4,717 mg/mL dengan aktivitas sebesar 109,8 unit. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi kitosan optimum berada pada konsentrasi 2,5% sedangkan konsentrasi enzim optimum pada 1,887 mg/mL dengan aktivitas tertinggi sebesar 145,6 unit. Kata kunci : aktivitas, amobilisasi, Bacillus subtilis, kitosan-natrium tripolifosfat, pektinase
AMOBILISASI PEKTINASE DARI Bacillus subtilis MENGGUNAKAN MATRIKS PASIR LAUT YANG DIAKTIVASI NaOH Mufida, Fadillah; Roosdiana, Anna; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.779 KB)

Abstract

Pektinase hasil isolasi dari Bacillus subtilis mempunyai sifat termofilik. Pektinase perlu diamobilisasi agar dapat digunakan secara berulang. Amobilisasi pektinase dilakukan dengan metode adsorpsi fisik pada matriks pasir laut yang diaktivasi NaOH 0,0720 M. Pada penelitian ini ditentukan lama pengocokan dan konsentrasi pektinase optimum  amobilisasi pektinase. Lama pengocokan yang digunakan berkisar antara 1, 2, 3, 4 dan 5 jam dan konsentrasi enzim sebesar 0,943; 1,887; 2,830; 3,774 dan 4,717 mg/mL. Kadar protein diuji dengan metode Biuret dan aktivitas enzim ditentukan dari banyaknya asam galakturonat yang dihasilkan dari hidrolisis pektin oleh pektinase per menit. Kadar protein pektinase bebas diperoleh sebesar 4,717 mg/mL dengan aktivitas 109,8 unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum pektinase amobil pada pasir dicapai pada lama pengocokan 3 jam dan konsentrasi pektinase 3,774 mg/mL dengan aktivitas 1007,7 unit dan jumlah enzim teradsorpsi pada pasir sebesar 111,6 mg/g pasir.Kata kunci: aktivitas, amobilisasi, Bacillus subtilis, pasir laut, pektinase.
KADAR MALONDIALDEHID (MDA) DAN GAMBARAN HISTOLOGI PADA GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) PASCA INDUKSI Cylosporine-A Yustika, Agnes Ratna; Aulanni'am, Aulanni'am; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1248.095 KB)

Abstract

Cyclosporine-A (CsA) merupakan kelompok obat (immunosuppressant) yang berfungsi menekan respon imun.Namun demikian, penggunaan CsA jangka panjang dapat menimbulkan efek nefrotoksisitas.Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar MDA dan gambaran histologi pada ginjal tikus (Rattus norvegicus) pasca induksi Cyclosporine-A (CsA). Pada penelitian ini ginjal yang digunakan berasal dari dua kelompok, yaitu kelompok tikus kontrol dan tikus induksi CsA dengan dosis 3 mg/kg per berat badan tikus. Pengukuran kadar MDA menggunakan spektroftotometri UV-vis dan gambaran histologi menggunakan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Hasil perbandingan kadar MDA pada ginjal tikus sehat (1,599±0,328) dan ginjal tikus sakit (5,693±0,243) mengalami peningkatan 56,14%.Pada tikus sakit terdapat banyak rongga sebagai visualisasi terputusnya sel junction (penghubung antar sel) karena adanya peradangan. Terbentuknya rongga atau celah antar sel merupakan akibat dari meningkatnya kadar MDA.
PENGARUH PEMBERIAN ACTH (Adrenocorticotropin Hormon) TERHADAP PROFIL PROTEIN DAN GAMBARAN HISTOLOGI OTAK PADA TIKUS (Rattusnorvegicus) MENINGITIS HASIL INJEKSI LPS Agustita, Megawati Sistin; Aulanni'am, Aulanni'am; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.902 KB)

Abstract

Meningitis merupakan peradangan selaput otak, penyebab utamanya adalah endotoksin dari bakteri E.colli yaitu LPS (Lipopolisakarida).Salah satu alternatif pengobatan pada meningitis yaitu melalui terapi dengan menggunakan ACTH (Adrenocorticotropin Hormon).Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan terapi ACTH terhadap profil proteindan gambaran histologi pada otak tikus.Pada penelitian ini digunakan hewan coba tikus dengan pemberian dosis LPS 20 ng/ekor yang diinkubasi selama empat jam. ACTH sebagai alternatif terapi diberikan pada hewan coba dengan dosis 50 µg/ekor dan diinkubasi selama dua jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi ACTH dapat memperbaiki sel endotel pada pembuluh darah.Pemberian LPS dan ACTH dalam jangka waktu dua jam menghasilkan pita protein baru yaitu 174,1 kDa.
PENGARUH PENAMBAHAN ION Fe3+ TERHADAP AKTIVITAS XILANASE DARI Trichoderma viride Sulistyaningtyas, Ardyan Sukma; Prasetyawan, Sasangka; Sutrisno, Sutrisno
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.248 KB)

Abstract

Xylanase is an enzyme that catalyzes the hydrolysis reaction substrate xylan (hemicellulose) into xylose. This study was conducted to determine the effect of Fe3+ on the activity of xylanase from Trichoderma viride using corn strove as an inducers. Effect of the addition of Fe3+ ions on xylanase activity was determined by comparing the xylanase activity with the addition of Fe3+ ions and xylanase activity without the addition of Fe3+ ions. Xylanase activity was determined by measuring the reducing sugar xylose spectrophotometrically using 3,5-dinitrosalisilat acid reagent (DNS). The results showed that the addition of Fe3+ ions in the concentration range of 5-35 mM can increase the activity of xylanase Keywords: Xylanase, Fe3+, Trichoderma viride, Corn Strove
POTENSI EKSTRAK RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassumprismaticum) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) DAN GAMBARAN HISTOLOGI JARINGAN HEPAR PADA TIKUS (Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS TIPE 1 Sari, Ardian Retno; Aulanni’am, Aulanni’am; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.02 KB)

Abstract

The aim of this research was to investigate the ability of brown seaweed (Sargassum prismaticum) extract that can increase the activity of SOD and improvement of hepar tissue on rats Rattus norvegicus type 1 diabetes mellitus the results of multiple low dose-streptozotocin (MLD-STZ) induction with 20 mg/kg (bw) dose for 5 consecutive days. As many as 24 rats were devided into 6 groups of 4 each tail. Group treatments were the group of control, type 1 diabetes mellitus, and type 1 diabetes mellitus that given by therapy of Sargassum prismaticum extract orally with variations of given therapy on the different  days to 1, 3, 5, and 7. SOD activity were measured by Elisa Reader Kit on the wavelength at 450 nm and histology description with hematoxylin-eosin staining. The results of this research obtained that SOD activity after given by Sargassum prismaticum extract have been raised and the results as follow as 53,80 (unit/mL), 63,78 (unit/mL), 73,67 (unit/mL), 83,85 (unit/mL). Sargassum prismaticum therapy can fixed the damage of DM type 1 hepar tissue on rats that have been induction by MLD-STZ. Keyword : Diabetes Mellitus, Hepar, Histology, SOD
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM FERMENTASI MENGGUNAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PEMBUATAN TEPUNG SUWEG (AMORPHOPHALLUS CAMPANULATUS) TERFERMENTASI Suhaili, Ahmad; Prasetyawan, Sasangka; Sutrisno, Sutrisno
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.622 KB)

Abstract

ABSTRACT This aims of this study is to determine the optimum conditions and characteristics of fermented suweg flour. The optimum conditions are determined based on the maximum levels of lactic acid produced in the fermentation process. Fermentation conditions are studied based on the variation of pH (3,4,5,6,7), temperatur (30oC, 35oC, 40oC, 45oC, 50oC) and incubation time (3,6,9,12,15 hours) The characteristic of fermented and non fermented suweg flour include starch, amylase, amylopectin and expands power. The optimum fermentation conditions achieved at pH 6, temperatur 45°C, and 12 hours of incubation time. The characteristics of fermented suweg flour at the optimum conditions reach higher starch, amylose, amylopectin and expands power, better than non fermented flour. The contents of starch, amylose, and amylopectin in the non fermented suweg flour are 83.7%, 11.72%, 71.98% respectively. The content of starch, amylose, and amylopectin in fermented suweg flour are 87.3%, 12.15%, 74.82% respectively. Expands power of non fermented suweg flour is 35.29%, while expands power in fermented suweg flour is 41.18%. Key words: Fermentation, Flour, Lactobacillus bulgaricus, Suweg
PENGARUH ION KALSIUM (Ca2+) TERHADAP AKTIVITAS PEKTINASE HASIL ISOLASI DARI Bacillus firmus Satriana, Satriana; Roosdiana, Anna; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.938 KB)

Abstract

Pektinase merupakan enzim hidrolase yang mampu memecah ikatan α-1,4 glikosidik pada poligalakturonat menjadi asam galakturonat. Pektinase dapat diproduksi dari berbagai macam mikroorganisme seperti Aspergillus niger dan Bacillus firmus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ion Ca2+ terhadap aktivitas pektinase dari Bacillus firmus dan menentukan parameter kinetika. Pektinase yang digunakan berupa ekstrak kasar. Pengukuran kadar protein pektinase dilakukan menggunakan reagen Biuret dan asam galakturonat menggunakan reagen DNS secara spektrofotometer. Aktivitas pektinase diperoleh dari asam galakturonat yang terbentuk oleh pektinase setiap 1 mL per menit. Pengaruh ion Ca2+ ditentukan pada konsentrasi ion Ca2+ 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 mM, sedangkan parameter kinetika ditentukan pada variasi konsentrasi substrat 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 % (b/v). Kadar protein pektinase bebas diperoleh sebesar 1,200 mg/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ion Ca2+ bertindak sebagai aktivator. Konsentrasi ion Ca2+ 10 mM dapat meningkatkan aktivitas pektinase dari 0,636 µgmL-1menit-1 menjadi 7,608 µgmL-1menit-1. Parameter kinetika pektinase dengan penambahan Ca2+ 10 mM mempunyai Vmaks sebesar 29,41 U dan KM = 1,91 %. Kata Kunci : Bacillus firmus, Ca2+,  DNS, pektinase
KARAKTERISASI ENZIM ORGANOFOSFAT HIDROLASE DARI Pseudomonas putida PADA SUBSTRAT DIAZINON DAN MALATHION Wijaya, Anik Sri; Prasetyawan, Sasangka; Roosdiana, Anna
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.675 KB)

Abstract

ABSTRAK Organofosfat hidolase (OPH) merupakan enzim intraseluler yang diisolasi dari bakteri Pseudomonas putida. Enzim ini mampu mendegradasi pestisida golongan organofosfat. Enzim OPH yang telah diisolasi dari Pseudomonas putida, dimurnikan dengan metode fraksinasi bertingkat menggunakan amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan0-45% dan 45-65%. Uji aktivitas enzim dilakukan dengan mereaksikan OPH dengan substrat diazinon maupun malathion pada berbagai konsentrasi dan pH, pada temperatur ruang selama 30 menit. Penentuan pH optimum OPH dilakukan dengan mengukur aktivitas enzim pada variasi pH (7,5; 8; 8,5; 9; 9,5). Penentuan parameter kinetika reaksi enzimatis (Vmaks dan KM) dilakukan dengan mereaksikan enzim OPH pada variasi konsentrasi diazinon (6; 8; 10; 15; 20) ppm dan malathion (10; 15; 20; 25; 30) ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi pengendapan 0-45% mempunyai aktivitas optimum 0,035 unit untuk diazinon dan 0,067 unit untuk malathion. pH optimum yang dicapai berdasarkan aktivitas tertinggi untuk diazinon pH 9 dan malathion pH 7,5. Hasil penentuan kinetika reaksi enzimatis OPH didapatkan Vmaks = 3,5 x10-3µmol/menit dan KM = 7,4 mg/L untuk diazinon, sedangkan untuk malathion Vmaks = 16,8 x 10-3 µmol/menit dan KM = 19,24 mg/L. Kata kunci: diazinon, malathion, OPH
KARAKTERISASI ENZIM ORGANOFOSFAT HIDROLASE (OPH) DARI PSEUDOMONAS PUTIDA PADA SUBSTRAT KLORPIRIFOS DAN PROFENOFOS Wardani, Kartika Kusuma; Prasetyawan, Sasangka; Mahdi, Chanif
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.372 KB)

Abstract

Organofosfat hidrolase (OPH) merupakan enzim intraseluler yang diperoleh dengan cara isolasi dari bakteri Pseudomonas putida. Enzim ini mampu mendegradasi pestisida golongan organofosfat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan enzim OPH dalam mendegradasi pestisida golongan organofosfat klorpirifos dan profenofos, serta mengetahui kondisi kerja optimum dan kinetika kimia reaksi enzimastisnya. Enzim OPH dimurnikan melalui fraksinasi bertingkat menggunakan ammonium sulfat dengan fraksi pengendapan 0-45% dan 45%-65%. Uji aktivitas enzim OPH dilakukan dengan mereaksikan enzim dan substrat profenofos dan klorpirifos pada pH optimumnya. Kinetika reaksi enzimatis enzim OPH dengan substrat klorpirifos dan profenofos ditentukan dengan cara mereaksikan enzim OPH dengan substrat profenofos dan klorpirifos dengan variasi konsentrasi 2-10 ppm, kemudian ditentukan Vmaks dan KM. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas enzim spesifik untuk substrat klorpirifos adalah 0,017 unit sedangkan untuk substrat profenofos 0,024 unit. pH optimum OPH untuk substrat klorpirifos yaitu pH 7,5 sedangkan pH optimum untuk substrat profenofos yaitu pH 8,5. Parameter kinetika reaksi enzimatis enzim OPH untuk substrat klorpirifos Vmax= 1,34 x 10-3 µg. mL-1. menit-1, KM = 2,17 mg/L dan profenofos Vmax = 1,87 x 10-3 µg. mL-1. menit-1, KM =3,08 mg/L. Hasil analisa dengan menggunakan pola rancangan acak lengkap (RAL) menunjukkan bahwa perlakuan pH berpengaruh nyata terhadap aktivitas OPH (p<0,05).   Kata kunci: aktivitas enzim spesifik, OPH, organofosfat, Pseudomonas putida