Prayoga, Indrajid
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Construction and Characterization of Conductometric Biosensor for Determination of the Diazinon Concentration Prayoga, Indrajid; Mulyasuryani, Ani; Prasetyawan, Sasangka
Makara Journal of Science Vol. 8, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Excessive diazinon residue in vegetables can endanger human health. Therefore, a simple, fast, and accurate method is needed to detect residue. A conductometric biosensor is a good choice because it also offers high selectivity and sensitivity. The principle of detection of the conductometric biosensor is based on enzymatic hydrolysis of diazinon into O,O diethyl phosphorothiate,2-isopropyl-6-methylpyrimidin-4-ol, and H+ catalyzed by organophosphate hydrolase (OPH). The optimum amount of organophosphate hydrolase added to the screen-printed carbon electrode (SPCE) modified with BSA-glutaraldehyde is 118.5 µg, while the optimum pH is 8.5. This biosensor has a response time of 30 sec, a linear dynamic range of 0 to 1 ppm, sensitivity of 42.21 µS/ppm, and limit of detection of 0.19 ppm.
Construction and Characterization of Conductometric Biosensor for Determination of the Diazinon Concentration Prayoga, Indrajid; Mulyasuryani, Ani; Prasetyawan, Sasangka
Makara Journal of Science Vol. 18, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Excessive diazinon residue in vegetables can endanger human health. Therefore, a simple, fast, and accurate method is needed to detect residue. A conductometric biosensor is a good choice because it also offers high selectivity and sensitivity. The principle of detection of the conductometric biosensor is based on enzymatic hydrolysis of diazinon into O,O diethyl phosphorothiate,2-isopropyl-6-methylpyrimidin-4-ol, and H+ catalyzed by organophosphate hydrolase (OPH). The optimum amount of organophosphate hydrolase added to the screen-printed carbon electrode (SPCE) modified with BSA-glutaraldehyde is 118.5 µg, while the optimum pH is 8.5. This biosensor has a response time of 30 sec, a linear dynamic range of 0 to 1 ppm, sensitivity of 42.21 µS/ppm, and limit of detection of 0.19 ppm.
PENGARUH KOMPOSISI ABU KETEL DAN SERABUT KELAPA TERHADAP NILAI KALOR BRIKET Sulistyorini, Elisa; Martini, Ninik; Razaq, Nuradi Mulya; Fahlevy, Muhammad Reza; Prayoga, Indrajid
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 7 No 2 (2021): December
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.476 KB)

Abstract

Energi fosil merupakan sumber energi primer di Indonesia. Kebutuhan energi fosil di dunia industri sangat krusial. Ketersediaan energi fosil di bumi semakin lama semakin berkurang. Sementara kebutuhan energi semakin lama semakin meningkat. Hal ini melatarbelakangi pemikiran perlunya sumber energi baru terbarukan. Salah satu ide untuk menciptakan sumber energi baru terbarukan adalah dengan membuat briket dari bahan utama abu ketel yang dicampurkan dengan sabut kelapa. Abu ketel yang digunakan adalah hasil dari limbah pabrik gula yang sangat berlimpah. Untuk menagani pembuangan limbah abu ketel ini, pabrik gula mengeluarkan dana yang sangat besar. Dengan adanya briket yang dibuat dari abu ketel hasil limbah pabrik gula menjadi solusi bagi pabrik gula dari sisi ekonomi. Pada penelitian ini, briket dibuat dengan tiga variasi campuran abu ketel, yaitu 85%, 75%, dan 65%. Masing-masing variasi briket dibuat sebanyak tiga buah spesimen. Setelah briket dibuat, beriket kemudian dijemur hingga kering. Spesimen briket yang sudah kering ini kemudian diuji nilai kalor dengan menggunakan bomb kalori meter. Hasil nilai kalor rata-rata untuk variasi 85% adalah 1687 kal/gr. Sedangkan nilai kalor rata-rata untuk variasi 75% dan 65% adalah 2153, 35 kal/gr dan 1101,37 kal/gr. Komposisi abu ketel 75% merupakan komposisi terbaik menghasilkan nilai kalor yang paling tinggi. Setelah nilai kalor keluar, pengujian waktu konsumsi briket dan waktu didih air ketika dipanaskan di dalam wadah di atas briket yang dibakar dilakukan. Hasil waktu rata-rata konsumsi briket terlama terdapat pada variasi abu ketel 65% yaitu 39, 67 menit.
Analisis Pengaruh Preheating terhadap Hasil Pengelasan SMAW pada ASTM A53 dengan Variasi Temperature dan Waktu dengan Pengujian Kekerasan dan Struktur Mikro Nafi, Maula; Sulistyono, Djoko; Wahid, Ichlas; Prayoga, Indrajid; Albab, Adib Ulil
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 7 No 2 (2021): December
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.311 KB)

Abstract

Dalam dunia industri, baja merupakan material yang sangat banyak dijumpai dari Sebagian bahan bahan baja yang dijumpai sebagai bahan dalam pembuatan mesin, ada banyak beberapa baja yang kita jumpai salah satunya adalah ASTM A53, penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas merupakan atau bisa disebut dengan pengelasan merupakan hal yang sering kita temui atau dilakukan salah satu pengelasan yang sering kita temui itu adalah pengelasan SMAW (shield metal arc welding) pemanasan yang berlebihan atau tidak merata dapat mengakibatkan tegangan sisa, distorsi, atau perubahan metalurgi yang tidak diinginkan pada logam induk, Adapun cara untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan preheating atau bisa disebut dengan pemanasan awal sebelum dilakukan pengelasan, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetauhi pengaruh preheating terhadpa kekerasan untuk hasil pengelasan material baja ASTM A53 (2) mengetauhi dampak dari variasi temperature dan waktu untuk struktur mikro, pada hasil pengelasan baja ASTM A53 (3) mengetauhi efek dari temperature dan waktu pada kekerasan pada hasil pengelasan baja ASTM A53. Proses preheating digunakan variasi temperature 160℃,210℃,260℃ dengan waktu tunggu 7menit,15menit,20menit. Setelah pengelasan SMAW selesai, dilakukan pengujian kekerasan dan mikrostruktur baja ASTM A53 untuk mengetahui besarnya kekerasan dan struktur mikro baja, yang disebut sebagai pengelasan. Pengelasan SMAW (shield metal arc welding) adalah jenis pengelasan yang sering kita jumpai atau lakukan. Panas yang diterapkan terlalu cepat atau tidak merata dapat menyebabkan regangan sisa, deformasi, atau perubahan metalurgi yang tidak diinginkan pada logam dasar jika prosesnya tidak dilakukan dengan benar. Adapun cara untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan preheating atau pemanasan awal sebelum dilakukan pengelasan, adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu (1) mengetauhi pengaruh preheating terhadpa kekerasan untuk hasil pengelasan material baja ASTM A53 (2) mengetauhi pengaruh pada variasi temperature dan waktu terhadap struktur mikro untuk hasil pengelasan baja ASTM A53 (3) mengetauhi pengaruh temperature dan waktu pada kekerasan untuk hasil pengelasan baja ASTM A53. Proses preheating digunakan variasi temperature 160℃,210℃,260℃ dengan waktu tunggu 7menit,15menit,20menit. Setelah itu dilakukan pengelasan SMAW dengan memutar dan dilanjutkan melakukan Baja ASTM A53 menjalani pengujian kekerasan dan struktur mikro untuk menentukan kekerasan dan struktur mikronya. Kata kunci: Preheating, Pengelasan SMAW, Rockwell, Metalografi, Struktur Mikro, ASTM A53, Baja karbon menengah
Rancang Bangun Cleaning Fotovoltaik Portable Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS ) mufti, mohammad; Kastiawan, I Made; Prayoga, Indrajid; Eryanto, Dimas
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 8 No 2 (2022): December
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.021 KB) | DOI: 10.30996/jm.v8i2.8160

Abstract

Matahari memancarkan energi dari radiasi cahayanya. Energi dari pancaran radiasi matahari ini dapat dimanfaatkan bagi manusia di atas bumi ini. Pemanfaatannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara aktif dan pasif. Dalam kaitannya dengan energi listrik di dalam bangunan maka energi matahari dimanfaatkan secara aktif dengan cara mengubah energi radiasi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan bantuan solar cell Penerapannya pada bangunan adalah dengan mengintegrasikan di kulit terluar bangunan seperti atap dan fasade. Pemasangannya sangat bergantung kepada letak geografis suatu wilayah dimana bangunan itu berdiri, karena letak geografis suatu wilayah sangat mempengaruhi efisiensi pancaran energi dari radiasi cahaya matahari. Konsekuensi dari letak geografis suatu wilayah akan berpengaruh kepada pemilihan jenis sollar cell dan teknik pemasangan pada kulit terluar bangunan. Melalui skripsi ini, pembahasan akan diutamakan mengenai upaya “ Rancang bangun prototype cleaning fotovoltaik portable untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ‘ untuk membersihkan kotoran debu ataupun puing – puing yang berdampak dapat mempengaruhi seberapa banyak sinar matahari menembus untuk mengubah cahaya menjadi energi sehingga di butuhkan alat pembersih solar cell yang tidak merusak/menggores kaca pada panel surya dapat memengaruhi kinerjanya karena goresan akan menimbulkan bayangan. Kata kunci : sollar cell, alat bantu pembersih sollar cell The sun emits energy from its light radiation. Energy from the sun's radiation can be utilized for humans on this earth. Utilization can be done in two ways, namely actively and passively. In relation to electrical energy in buildings, solar energy is used actively by converting solar radiation energy into electrical energy with the help of solar cells. Its application in buildings is to integrate it in the outer shell of buildings such as roofs and facades. Its installation is very dependent on the geographical location of an area where the building stands, because the geographical location of an area greatly affects the efficiency of energy emission from solar radiation. The consequence of the geographical location of an area will affect the selection of solar cell types and installation techniques on the outer shell of buildings. Through this thesis, the discussion will prioritize the efforts of "Designing a portable photovoltaic cleaning prototype for solar power plants (PLTS)" to clean dirt, dust or debris that can affect how much sunlight penetrates to convert light into energy so that it is needed. a solar cell cleaning tool that does not damage/scratch the glass on the solar panel can affect its performance because scratches will cast shadows. Keywords: solar cell, solar cell cleaning tool
ANALISIS OPTIMASI DESAIN SIMULASI CFD DAN FSI ANTARA IMPELLER CIRCULAR ARC DAN MODEL VARIASI Sulistyorini, Elisa; Nurpriyanti, Indah; Martini, Ninik; Prayoga, Indrajid; Anas, M Khoirul
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 9 No 1 (2023): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/jm.v9i1.9459

Abstract

Impeller adalah sebuah komponen yang berbentuk roda atau baling-baling yang dipasang pada poros pusat dan berputar di dalam sebuah mesin pompa atau kipas. impeller biasanya terdiri dari beberapa sudu yang menempel pada bagian pinggirnya dan membentuk aliran fluida yang berputar. Penelitian ini membandingkan optimasi desain hasil simulasi CFD dan FSI antara impeller Circular Arc dan impeller model variasi. Simulasi menggunakan CFD meliputi tekanan dan distribusi kecepatan. Sedangkan simulasi menggunakan FSI meliputi tegangan, regangan dan deformasi. Berdasarkan hasil simulasi, perbandingan efisiensi impeller dengan metode Circular Arc dan model variasi dapat disimpulkan bahwa impeller metode Circular Arc lebih efisien dan dapat menghasilkan air yang lebih besar dari pada impeller variasi, namun dengan akibat bahwa nilai dari tegangan, regangan, dan deformasi yang terjadi pada impeller Circular Arc jauh lebih tinggi.
ANALISA PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN DAN HOLDING TIME PADA PERLAKUAN PANAS BAJA ST 42 TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO Santoso, Edi; Sulistyono, Djoko; Prayoga, Indrajid; Ilhamsyah, Garuda Cakra
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 9 No 1 (2023): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/jm.v9i1.9460

Abstract

Seiring dengan perkembangan industri manufaktur yang semakin berkembang, logam mempunyai peran penting dalam industi manufaktur. Dalam hal ini baja ialah logam paduan yang sering kali banyasekdi gunakan dalam dunia industri manufaktur. Salah satu jenis bahan baja yang sering digunakan adalah Baaja ST-42.peneliitian ini tujuannya untuuk mengetahui pengaaruh suhu temperature dan Hardening mediia pendingin air terhadapp sifat mekanik Baja ST-42 dengan variasi suhu hardening dan quenching. Media pendingin air mempunyai energy impact dan harga impact sebesar E = 26,17 J, H = 0,327 J/mm2 dann Holding time 30 Menit media pendingin airr mempunyai energy impact dan harga impact sebesar E = 26,17 J, HI = 0.327 J/mm2. Pada spesimen yang dengan Martensit lebih merata yaitu dengan tanpa perlakuan holding time 30 menit memilikii nilai kekerasan rata-rata yaiitu 64,33 HRC dan yang kedua adalah spesimen dengan warna gelap kedua adalah yaitu holding time 22 menit memiliki nilai kekerasan rata-rata 65,26 HRC dan yang yang ketiga adalah spesimen dengan warna paling terang holding time 20 menit yaitu dengan memiliki nilai hasil data kekerasan rata-rata 70,7 HRC dan terakhir spesimen dengann tanpa perlakuann panass butiran-butiran masih terlihat kasar memiliki kekerasan 66,76 HRC.
PENGARUH PELAPISAN OLI, MINYAK BIMOLI DAN RESIN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA ST 41 PADA LINGKUNGAN AIR LAUT, AIR SUMUR DAN H2SO4 Nafi, Maula; Mastuki, Mastuki; Prayoga, Indrajid; Setiawan, Anugrah Dwi
MEKANIKA : Jurnal Teknik Mesin Vol 9 No 1 (2023): July
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/jm.v9i1.9461

Abstract

Korosi merupakan suatu proses alamiah, yang disebabkan karena logam berusaha untuk kembali pada bentuk aslinya. Proses korosi tidak dapat dihindari, maka logam yang terjadi proses korosi akan merugikan pemakainya sehingga dilakukan proses rekayasa supaya proses korosi dapat diperlambat. Pemakaian material logam dengan ketahanan korosi yang lebih baik merupakan salah satu pilihan yang bisa ditempuh.Sampel uji yang digunakan adalah baja ST 41. Sampel tersebut di potong dengan ukuran 5 mm, lebar 16 mm,dan tebal 16 mm sebanyak 9, sampel yang sudah dipotong dengan ukuran 5 mm,lebar 16 mm,tebal 16 mm selanjutnya dipanaskan menggunakan blender asetilin selama ±1 jam dengan suhu 3000C, 5000C dan 7000C. Sedangkan pada pelapisan Resin didapatkan hasil tertinggi didapatkan oleh larutan H2SO4 dengan nilai 609,3538 MPY, dan nilai terendah pada pengujian didapatkan oleh larutan Air Laut dengan nilai 599,2168 MPY.Kesimpulan laju korosi as baja st 41 lebih besar Karena H2SO4 lebih tinggi rata-rata dari perhitungan metode weight loss dipandingkan air laut di sebabkan oleh H2SO4 mengandung unsur pH basah di pandingkan air laut yang mengandung pH asam pH asam lebih cepat melakukan proses korosi.