Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

OPTIMASI KONDISI PRODUKSI PEKTINASE DARI Aspergillus niger Mufarrikha, Iftakhul; Roosdiana, Anna; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.099 KB)

Abstract

Pektinase merupakan enzim yang dapat memecah senyawa pektin menghasilkan asam galakturonat. Pektinase dapat diisolasi dari berbagai mikroorganisme salah satunya adalah Aspergillus niger. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum produksi pektinase meliputi pH, temperatur dan waktu fermentasi Aspergillus niger. Fermentasi untuk menghasilkan enzim pektinase dilakukan dengan variasi pH 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan temperatur (30, 35, 40, 45, 50) oC, serta waktu fermentasi selama (24, 48, 60, 72, 96, 120) jam. Ekstrak kasar pektinase hasil fermentasi digunakan untuk menentukan kadar protein dan aktivitas enzim. Aktivitas enzim diukur berdasarkan banyaknya µg asam galakturonat (gula pereduksi) yang dihasilkan oleh hidrolisis pektin pada kondisi optimum. Penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan reagen Biuret dan penentuan gula pereduksi menggunakan reagen DNS ( Dinitrosalisilat) secara spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum produksi pektinase oleh Aspergillus niger yaitu pada pH 5, temperatur 40 oC dan waktu fermentasi selama 96 jam dengan konsentrasi pektinase sebesar 7.99 µg/mL dan aktivitas sebesar 20.14 unit. Kata kunci : aktivitas, Aspergillus niger, fermentasi, pektinase
OPTIMASI AMOBILISASI XILANASE DARI TRICHODERMA VIRIDE DENGAN MATRIKS ZEOLIT Sari, Intan Permata; Sutrisno, Sutrisno; Prasetyawan, Sasangka
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.306 KB)

Abstract

Amobilisasi xilanase dengan matriks zeolit dilakukan melalui metode adsorpsi fisik. Amobilisasi dilakukan untuk meningkatkan stabilitas enzim xilanase, karena xilanase bebas tidak stabil terhadap lingkungan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan waktu pengocokan dan konsentrasi xilanase optimum. Pada penelitian ini enzim xilanase diisolasi dari Trichoderma viride, enzim yang didapat kemudian dimurnikan dengan metode pengendapan menggunakan amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan 40-80%. Untuk menentukan waktu pengocokkan optimum amobilisasi enzim dilakukan pada 0,1 g zeolit dalam temperatur kamar dan kecepatan pengocokkan 100 rpm dengan variasi waktu pengocokan (1, 2, 3, 4, dan 5) jam, sedangkan untuk menentukan konsentrasi enzim xilanase optimum dilakukan pada 0,1 g zeolit dalam temperatur kamar dan kecepatan pengocokkan 100 rpm dengan variasi konsentrasi xilanase(2,244; 2,618; 2,992; 3,366: 3,740) mg/mL. Hasil penelitian menunjukan waktu pengocokan optimum pada 3 jam dan konsentrasi xilanase optimum terjadi pada konsentrasi 3,366 mg/mL dengan aktivitas 25,74 unit.Kata kunci: Xilanase, Trichoderma viride, Amobilisasi, Zeolit
OPTIMASI AMOBILISASI ENZIM PEKTINASE DARI ASPERGILLUS NIGER MENGGUNAKAN MATRIKS KITOSAN –NATRIUM TRIPOLIFOSFAT DAN PENENTUAN EFISISENSI PENGGUNAANNYA Prasetyawan, Sasangka
SEMIRATA 2015 Prosiding Bidang Kimia
Publisher : SEMIRATA 2015

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.007 KB)

Abstract

Pektinase adalah enzim yang sangat potensial dalam industri pangan khususnya digunakan dalam proses penjernihan sari buah. Kelemahan penggunaan enzim secara bebas adalah pada umumnya hanya bisa digunakan untuk sekali proses,   sehingga perlu diamobilisasi agar dapat digunakan berulang dan produknya mudah untuk dipisahkan. Pektinase yang telah diisolasi dari Aspergillus niger kemudian dimurnikan dengan menggunakan metoda pengendapan bertingkat menggunakan amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan 0-40%,40-80% dan 80-100%. Pektinase diamobilisasi dengan metode penjebakan menggunakan matriks kitosan-natrium tripolifosfat. Pada penelitian ini ditentukan optimasi amobilisasi enzim khususnya pada konsentrasi kitosan optimum, konsentrasi enzim optimum dan efisiensi pemakaian ulang pektinase amobil. Konsentrasi kitosan yang digunakan berkisar antara (1; 1,5; 2; 2,5; 3)% w/v . Untuk menentukan konsentrasi enzim yang teramobilkan, kadar protein enzim ditentukan dengan metoda Biuret dan aktivitas enzim ditentukan dengan metode DNS dengan  menghitung asam galakturonat yang dihasilkan dari hidrolisis pektin sebagai substrat oleh sejumlah enzim per menit. Hasil pemurnian  menunjukan pada fraksinasi 40-80% mempunyai  aktivitas spesifik tertinggi sebesar 155,87 Unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kitosan optimum berada pada konsentrasi 2,5% w/v, sedangkan jumlah enzim pektinase optimum  yang teramobilkan sebesar 3,5 mg. Aktifitas enzim pektinase amobil sebesar 49,6 Unit. Efisiensi pektinase amobil menggunakan matriks kitosan-natrium tripolifosfat dapat digunakan sebanyak lima kali pengulangan dengan aktivitas akhir sebesar 26,8 Unit dengan efisiensi enzim amobilnya  sebesar 54,03%. Kata kunci: pektinase amobil, kitosan-natriumtripolifospat,efisiensi
Determination of Immobilization Optimum Conditions of Trichoderma viride’s Xilanase on Acid-Activated Zeolite Matrix Sutrisno, Sutrisno; Roosdiana, Anna; Prasetyawan, Sasangka; Sari, Intan Permata
JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia) Vol 2, No 2 (2017): JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia)
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.801 KB) | DOI: 10.20961/jkpk.v2i2.11912

Abstract

Xylanase is an enzyme that catalyzes the reaction of xylan hydrolysis into xylose. The free enzyme can be used only once, therefore it needs to be made in the form of immobilization. This study aims to determine the optimum conditions for immobilization of xylanase using an acid-activated zeolite. The xylanase immobilization was performed on variations of shaking time (1-5) hours, variation of xylanase concentration (2 - 4 mg / mL) using 0.1 g zeolite at room temperature and a shaking rate of 100 rpm. The amount of xylanase adsorbed on the zeolite was determined by spectrophotometry using the Biuret reagent and the immobilized xylanase activity formed was determined spectrophotometrically using a DNS reagent The results showed that the optimum condition of xylanase immobilization at zeolite was achieved at 3 hrs shaking time and xylanase concentration 3.5 mg / mL with xylanase adsorbed of 156.5 mg/g zeolite and activity 26.67 units.
Co-microencapsulation of Ruellia tuberosa L. and Cosmos caudatus K. Extracts for Pharmaceutical Applications Annisa, Choirin; Prasetyawan, Sasangka; Safitri, Anna
Makara Journal of Science Vol. 26, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to co-microencapsulate the Ruellia tuberosa L. and Cosmos caudatus K. extracts, with chitosan–sodium tripolyphosphate (Na-TPP) as coating material. α-Amylase inhibition and antioxidant assays were conducted to determine the potential of microcapsules used as antidiabetic agents. The microcapsules were manufactured under the influences of pH, Na-TPP concentration, and stirring time. The optimum microencapsulation conditions were selected based on the highest encapsulation efficiency. The optimum microencapsulation conditions were a pH of 4, Na-TPP concentration of 0.15% (w/v), and stirring time of 60 min. The microcapsules exhibited an IC50 (inhibitory concentration) value of 223.64 ± 0.81 µg/mL and an α-amylase inhibition and antioxidant activity of 104.05 ± 0.88 µg/mL. The test for the release of bioactive compounds from microcapsules was conducted in HCl pH 1.2 and phosphate buffer pH 7.4 for 30–120 min. Results showed that 5.99% and 58.96% of bioactive compounds were released at pH 1.2 and 7.4, respectively, in 120 min. The Fourier transform infrared spectra showed the P=O functional group vibrations from Na-TPP at 1,213.71 cm−1 and C–N stretching vibrations from chitosan at 1,155.23 cm−1. Characterization with scanning electron microscopy and particle size analysis indicated that the microcapsules were spherical and had a mean diameter of 132.08 µm. The current study demonstrated that co-microencapsulation is a promising multifaceted approach for the enhancement of the pharmaceutical applications of plant extract combinations
Construction and Characterization of Conductometric Biosensor for Determination of the Diazinon Concentration Prayoga, Indrajid; Mulyasuryani, Ani; Prasetyawan, Sasangka
Makara Journal of Science Vol. 8, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Excessive diazinon residue in vegetables can endanger human health. Therefore, a simple, fast, and accurate method is needed to detect residue. A conductometric biosensor is a good choice because it also offers high selectivity and sensitivity. The principle of detection of the conductometric biosensor is based on enzymatic hydrolysis of diazinon into O,O diethyl phosphorothiate,2-isopropyl-6-methylpyrimidin-4-ol, and H+ catalyzed by organophosphate hydrolase (OPH). The optimum amount of organophosphate hydrolase added to the screen-printed carbon electrode (SPCE) modified with BSA-glutaraldehyde is 118.5 µg, while the optimum pH is 8.5. This biosensor has a response time of 30 sec, a linear dynamic range of 0 to 1 ppm, sensitivity of 42.21 µS/ppm, and limit of detection of 0.19 ppm.
Construction and Characterization of Conductometric Biosensor for Determination of the Diazinon Concentration Prayoga, Indrajid; Mulyasuryani, Ani; Prasetyawan, Sasangka
Makara Journal of Science Vol. 18, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Excessive diazinon residue in vegetables can endanger human health. Therefore, a simple, fast, and accurate method is needed to detect residue. A conductometric biosensor is a good choice because it also offers high selectivity and sensitivity. The principle of detection of the conductometric biosensor is based on enzymatic hydrolysis of diazinon into O,O diethyl phosphorothiate,2-isopropyl-6-methylpyrimidin-4-ol, and H+ catalyzed by organophosphate hydrolase (OPH). The optimum amount of organophosphate hydrolase added to the screen-printed carbon electrode (SPCE) modified with BSA-glutaraldehyde is 118.5 µg, while the optimum pH is 8.5. This biosensor has a response time of 30 sec, a linear dynamic range of 0 to 1 ppm, sensitivity of 42.21 µS/ppm, and limit of detection of 0.19 ppm.
The Effect of KIO3 and KI Salt Towards Iodium Levels (I2) in Urine, Malondialdehyde (MDA) and The Histology of Thyroid Gland of Goitrogenic Rat Heli, Risman; Mahdi, Chanif; Prasetyawan, Sasangka
The Journal of Pure and Applied Chemistry Research Vol. 3 No. 3 (2014)
Publisher : Chemistry Department, The University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.921 KB) | DOI: 10.21776/ub.jpacr.%y.03.03.181

Abstract

Goitrogenic substances can inhibit of iodine taking by the thyroid gland. Thus iodine concentration in thyroid gland will be low, and this phenomena is indicated by inflammation in the thyroid gland. Moreover, it can cause releaseing of an excessive amount of free radicals. This radicals, in the body, causes oxidative stress and also increase the levels of malondialdehyde (MDA). This is also as an indicator for lipid peroxidation and the decreasing of urinary iodine excretion levels (EIU). The treatment with KIO3and KI salt was intended to study the level of supplementation of iodine (I2) toward level of MDA in serum and histological description of rat’s thyroid gland. The MDA levels was determined through TBA test (Thio Barbituric Acid), meanwhile the histological pattern of  rat thyroid gland was determined by Hematoxylen-Eosin staining (HE). The results indicated both of KIO3 and KI salt significantly (p<0.01) reduced MDA level in the serum. Treatment with KIO3 salt gave 33.62% while KI salt slightly higher (37,02%). In addition, both of treaments displayed an recovering effect in thyroid gland.
Sosialisasi Metode Uji Cepat Kandungan Zat Berbahaya pada Makanan Jajanan di Sekitar Sekolah SDI Surya Buana Malang Safitri, Anna; Prasetyawan, Sasangka; Mahdi, Chanif
TRI DHARMA MANDIRI: Dissemination and Downstreaming of Research to the Community (Journal of Community Engagement) Vol 1 No 1 (2021)
Publisher : SMONAGENES Research Center, Univeritas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtridharma.2021.001.01.1

Abstract

Makanan yang beredar di masyarakat saat ini, khususnya di sekolah dasar, lebih banyak berupa makanan instan yang sarat dengan bahan aditif seperti bahan pengawet, perasa, pewarna, dan pemanis, serta kadar nutrisi yang kurang untuk memenuhi kebutuhan harian anak. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memperkenalkan informasi dan pengetahuan tentang bahaya mengkonsumsi makanan jajanan di sekitar sekolah yang mengandung zat berbahaya seperti formalin, boraks, dan zat warna sintetis. Kegiatan ini juga bertujuan memperkenalkan metode uji makanan jajanan di sekitar sekolah yang mengandung zat berbahaya seperti formalin, boraks, dan zat warna sintetis. Peserta kegiatan adalah guru-guru SDI Surya Buana, Malang. Kegiatan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: 1. Pembuatan modul; 2. Penyuluhan; 3. Pelatihan serta uji bersama kandungan bahan pengawet dan pewarna berbahaya. Evaluasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu evaluasi, yaitu evaluasi pada saat pelaksanaan kegiatan dan evaluasi pasca pelaksanaan Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2020, di SDI Surya Buana. Kegiatan dihadiri oleh Kepala SDI Surya Buana dan oleh 40 orang guru-guru. Pada kegiatan tersebut dilakukan presentasi tentang bahaya makanan jajanan yang mengandung boraks, formalin, dan zat warna tekstil. Kegiatan lainnya adalah peragaan tes uji cepat makanan jajanan menggunakan tes kit untuk uji formalin, boraks, dan zat warna. Pada awal dan di akhir acara, dibagikan kuesioner untuk evaluasi kegiatan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 100% responden puas setelah mengikuti kegiatan ini. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang bahaya zat pengawet dan pewarna buatan sangat dibutuhkan bagi warga sekolah. Selain itu, warga sekolah perlu mengetahui tentang uji cepat zat pengawet dan pewarna buatan pada makanan jajanan di sekolah.