Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pengujian Pengaruh Variasi Komposisi Campuran Biodiesel Dari Minyak Jagung Pada Unjuk Kerja Marine Diesel Engine Putaran Tinggi Heni Siswanti, M. Musta'in
Techno Bahari Vol 3 No 1 (2016)
Publisher : Politeknik Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar motor diesel secara umum mulai banyak dikenal beberapa tahun belakangan ini. Bahan nabati yang telah banyak digunakan sebagai sumber biodiesel adalah minyak sawit dan minyak castor, akan tetapi penelitian masih terus dilakukan sebagai upaya mendapatkan sumber energi terbarukan dari bahan nabati lainnya. Salah satu diantaranya adalah penggunaan minyak dari tumbuhan jagung (zea mays) sebagai bahan baku pembuat biodiesel.   Biodiesel umumnya digunakan sebagai subtitusi bahan bakar fosil, dengan cara dicampurkan dengan rasio tertentu. Pencampuran dilakukan agar biodiesel dapat digunakan pada motor diesel tanpa perlu modifikasi atau perlakuan khusus. Pada penelitian ini biodiesel dari minyak jagung dengan nama kimia corn methyl ester digunakan sebagai campuran marine diesel oil (MDO) dengan variasi campuran biodiesel 5% (B5), 10% (B10) dan 20% (B20). Proses pencampuran dilakukan pada suhu kamar tanpa melalui proses pemanasan.   Bahan bakar campuran tersebut diuji cobakan pada marine diesel untuk mengetahui karakteristik unjuk kerjanya. Uji coba dilakukan dengan variasi putaran motor dan variasi pembebanan. Pada kondisi beban penuh (full load) unjuk kerja motor diesel yang meliputi daya motor dan torsi yang dihasilkan oleh penggunaan bahan bakar B10 lebih tinggi daripada pada penggunaan bahan bakar B5 dan B20, begitu juga pada efisiensi thermalnya. Sedangkan pada nilai SFOC bahan bakar B10 lebih rendah daripada nilai SFOC bahan bakar B5 dan B20.
PENGARUH KONFIGURASI SUDUT SEBAR DAN PANJANG TALI TERHADAP KINERJA SISTEM TAMBAT KAPAL ISAP PRODUKSI TIMAH Arief Syarifuddin; Erdina Arianti; Rosi Dwi Yulfani; Fariz Maulana Noor; Anauta Lungiding Angga Risdianto; M Mustain
Wave: Jurnal Ilmiah Teknologi Maritim Vol. 15 No. 2 (2021)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jurnalwave.v15i2.5090

Abstract

Kinerja sistem tambat Kapal Isap Produksi (KIP) timah sangat dipengaruhi oleh tension dari tali tambat dan offset yang dialami oleh struktur. Analisis pada sistem tambat untuk penelitian ini dilakukan dengan variasi sudut sebar tali tambat (30°, 45°, dan 60°) dan variasi panjang tali yaitu dengan diperpendek 0.2 m dan diperpanjang 0.2 m. Hasil yang diperoleh dari analisis yang dilakukan adalah respon gerak dari KIP timah dalam gerakan vertikal dan horizontal sudah cukup bagus. Variasi sudut sebar tali 30° menghasilkan tension maksimum paling baik, dengan tension maksimum sebesar 451.35 kN akibat arah pembebanan 90° di fairlead. Pada variasi panjang tali, adanya penambahan panjang 0.2 m, sudut sebar 30°, arah pembebanan 90° di fairlead merupakan yang terbaik dengan tension maksimum sebesar 449.30 kN. Tension maksimum yang dihasilkan masih dalam batas yang diijinkan API RP 2SK. Offset maksimum yang dihasilkan juga masih dalam batas aman yang diijinkan oleh API RP 16Q, dengan offset sumbu-x terbesar 0.228 m akibat arah pembebanan 135° dan sumbu-y sebesar 0.566 m akibat arah pembebanan 90°.
Studi Feasibilitas Pemanfaatan Serat Organik Sebagai Campuran Polyurethane Untuk Material Insulasi Fish Hold Kapal Nelayan Pantai Camplong Madura Heni Siswanti, M. Musta’in, Akh. Maulidi, Dita Yonistya Sari
Techno Bahari Vol 4 No 2 (2017)
Publisher : Politeknik Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penanganan ikan pasca penangkapan sangat mempengaruhi kualitas hasil tangkapan ikan nelayan. Teknik pendinginan yang dilakukan oleh nelayan tradisional umumnya menggunakan media pendingin berupa bongkahan es batu. Untuk menjaga agar es batu tersebut tidak mudah mencair maka dibutuhkan insulasi fish hold dari material tertentu yang mampu menjaga temperatur di dalam fish hold. Polyurethane adalah material yang umum digunakan sebagai material insulasi fish hold. Sayangnya polyurathane memiliki harga yang relatif mahal. Pada penelitian ini dilakukan studi untuk melihat feasibilitas pemanfaatan serat organik berupa serbuk ampas tebu, serat batang pisang dan serbuk sekam padi sebagai campuran polyurethane untuk material insulasi fish hold kapal nelayan di wilayah pantai Camplong Madura. Penambahan serat organik dalam kadar 30% menunjukkan bahwa campuran polyurethane dan serat organik berupa sekam padi memberikan daya insulasi paling baik, ditunjukkan dengan kemampuan mencapai temperatur terendah yaitu - 3,4oC dan memiliki nilai konduktivitas thermal tertinggi yaitu 0,0436 W/moK dibandingkan dengan campuran polyurethane dan dua serat organik lainnya. Penurunan nilai konduktivitas thermal pada campuran polyurethane-serat batang pisang adalah 35,7% , campuran polyurethane-sekam padi 25% dan campuran polyurethane-ampas tebu 27,6%. Campuran polyurethane dengan serat organik berupa serat batang pisang, sekam padi dan ampas tebu semuanya memungkinkan digunakan sebagai material insulasi fish hold kapal ikan tradisional. Dengan campuran polyurethane- sekam padi menunjukkan daya insulasi yang terbaik.
Perancangan Floating Dock Untuk Fasilitas Galangan Di Pt. Yasa Wahana Tirta Samudera-Semarang Erpan Ependi, M. Musta’in, Heni Siswanti
Techno Bahari Vol 5 No 2 (2018)
Publisher : Politeknik Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

YWTS adalah galangan kapal yang memiliki fasilitas dok yang terbatas, sehingga kemampuan melakukan docking tidak sebanding dengan jumlah permintaan docking kapal yang ada setiap tahunnya. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya perancangan tambahan fasilitas dok berupa floating dock jenis single pontoon double side wall. Floating dock dipilih karena keterbatasan lahan PT. YWTS. Perancangan tersebut menghasilkan desain lines plan, kurva hidrostatik, kurva bonjean, general arrangement, dan gambar konstruksi. Selanjutnya dihitung Ton Lifting Capacity floating dock tersebut. Selain itu juga dilakukan perhitungan pada sistem ballast dan daya listrik generator pada floating dock tersebut.   Dari hasil perancangan didapatkan desain floating dock dengan panjang 108 m, lebar internal 25,4 m, lebar eksternal 32,6 m, sarat pontoon 1,8 m, tinggi pontoon 2,5 m, lebar side wall 3,6 m dan tinggi keseluruhan floating dock termasuk ruang kontrol adalah 10,5 m. Pada floating dock dilengkapi dengan pompa ballast dengan kapasitas 432 m3/jam. Floating dock juga dilengkapi dengan dua tipe generator set di setiap side wall, yaitu generator utama yang memiliki daya 485 KW dan generator bantu yang memiliki daya 22 KW. Floating dock yang dirancang memiliki 2887 TLC, dengan tipe konstruksi memanjang.
Desain Paddock Dan Cargo Handling System Pada Livestock Carrier Untuk Pengangkutan Sapi Rute Pelabuhan Tenau-Tanjung Priok Dengan Penerapan Amsa Marine Order 43 Heni Siswanti , M. Musta’in , T. Irmiyana
Techno Bahari Vol 6 No 2 (2019)
Publisher : Politeknik Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu komoditas pangan yang mempunyai peran strategis dalam mendukung Ketahanan Pangan Nasional adalah daging sapi. Di Indonesia, sentra konsumsi daging sapi terbesar adalah daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah sentra produksi ternak sapi yang sejak lama sudah dikenal sebagai gudang sapi nasional. Tingkat konsumsi daging sapi di Jakarta ±750 ekor/hari. Sebagian pedagang sapi masih menggunakan kapal kargo dari kayu dengan kapasitas 100-300 ekor sapi untuk  mengangkut sapi dari Pelabuhan Tenau ke Pelabuhan Kalimas-Surabaya, selanjutnya digunakan transportasi darat berupa truk sampai ke Jakarta. Pengangkutan ternak menggunakan kapal cargo tidak memperhatikan aspek animal welfare, karena tidak terdapat sistem yang memadai untuk pemberian makan & minum untuk ternak dan juga ventilasi udara. Hal ini terjadi karena kapal memang tidak dirancang untuk mengangkut ternak. Akibatnya ternak sapi mengalami stress dan penyusutan berat badan sekitar 11-12 % ketika sampai di Jakarta, bahkan ternak sapi mati saat proses pengangkutan dan karantina. Cacat patah kaki pada hewan ternak juga sering terjadi karena kondisi berdesak-desakan dan terinjak-injak oleh ternak lain ketika proses pengangkutan. Proses  bongkar muat yang tidak sesuai dengan kondisi seharusnya juga mengakibatkan cacat dan stress pada ternak sapi yang diangkut. Pada penelitian ini didesain kapal pengangkut ternak sapi yang efektif berupa Livestock Carrier yang memenuhi standart Australian Maritime Safety Authority Standarts Marine Order 43 (Cargo and Cargo Handling - Livestock) 2006. Ukuran utama kapal adalah Panjang (Lpp) 71 meter, Lebar (B) 14 m, Tinggi (H) 7,5 m dan Sarat (T) 4,85 m. Kapal ini memiliki kecepatan Vs 12 Knot, dengan kapasitas angkut ±750 ekor sapi. Dalam perancangan Paddock (kandang) mengacu  pada aturan AMSA MO 43 agar aspek animal welfare dapat diaplikasikan selama proses transportasi. Desain paddock pada cargo hold kapal pengangkut ternak ini memiliki ukuran panjang 3500mm, lebar 2400 mm, tinggi 1800 mm dan Luas Area : ± 21 m² digunakan untuk 15 ekor sapi setiap kandang. Kandang dilengkapi dengan sistem sanitasi, penyediaan makan minum dan ventilasi untuk meminimalisir jumlah ternak stress, sakit dan kematian selama proses pengangkutan. Penyediaan makanan untuk ternak dengan dry matter intake dan penyajian air minum untuk ternak secara otomatis akan meningkatkan efesiensi ruang muat dan pekerjaan ABK. Sistem cargo handling menggunakan tangga dengan lebar 2400 mm, dengan tingkat kemiringan max 30o untuk mengurangi resiko ternak tergelincir pada saat bongkar muat
PERENCANAAN LAYOUT GALANGAN KAPAL DI POLITEKNIK NEGERI MADURA MENGGUNAKAN ALGORITMA CORELAP Muhammad Musta'in; Heni Siswanti; Anauta Lungiding Angga R; Arifah Amanatul Rohmah
Techno Bahari Vol 7 No 2 (2020)
Publisher : Politeknik Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52234/tb.v7i2.90

Abstract

As a campus that has a maritime mission, Madura State Polytechnic has made a master plan for campus development by building a shipyard. This is also supported by the campus located on the beach. In preparing the shipyard, facilities are very important, so a careful planning is needed in doing the layout. In this paper, we will propose a layout process based on the production flow pattern of shipbuilding, comparison with the layout design using the CORELAP algorithm method, by calculating the percentage value of material handling and planning tools and facilities for the POLTERA shipyard. The facility layout planning obtained new and repaired building types with an area of ??5.16 hectares and a layout design with an L layout production flow pattern. The design had a material handling percentage value of 21.62%.
Dredger Design for River Dredging in Sampang Muhammad Musta'in; Moh Fadil; Taufan Prasetyo; Heni Siswanti
INOVTEK POLBENG Vol 10, No 1 (2020): INOVTEK VOL. 10 N0 1
Publisher : POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35314/ip.v10i1.1428

Abstract

At The Kemuning Sampang River is silting up. The solution of the silting up is by dredging the Kemuning river. Dredging in the Kemuning river has been carried out, but using heavy equipment in the form of excavators. The excavator needs a float in the form of a relatively large pontoon, so it takes a long time and the work becomes obstructed, and the dredging range is very limited.This research method is to identify the field or formulation of the problem and then look for references that will be the basis and guide in making this research. Furthermore, collecting river data, determine the main size of the ship and the dredger design process.The results of this study are in the form of dredger design planning which has more free movement and further dredging range. The design of dredges includes lines plans composed of three projected ship images, namely body plan, half breadth plan and sheer plan. Then the general arrangement consists of the layout of the room layout and the placement of the dredger.
Analisis Pengaruh Variasi Geometry Bulbous Bow Terhadap Probabilitas Slamming Lambung Kapal Pada Kondisi Gelombang Reguler (Studi Kasus Kapal Kontainer 4180 DWT) Heni Siswanti; Muhammad Musta'in; Akhmad Maulidi
INOVTEK POLBENG Vol 11, No 1 (2021): INOVTEK VOL.11 NO1, 2021
Publisher : POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35314/ip.v11i1.1679

Abstract

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya kecelakaan kapal adalah tinggi gelombang. Tinggi gelombang yang ekstrim dapat menyebabkan haluan kapal terhempas ke permukaan air laut (slamming). Slamming dapat menyebabkan buckling lokal dan deformasi pada plat bottom di haluan kapal. Pada kondisi tertentu, slamming dapat menyebabkan kerusakan pada struktur haluan kapal. Pada penelitian ini dibahas pengaruh penggunaan bulbous bow dengan beberapa variasi geometry terhadap probabilitas slamming pada kapal container 4180 DWT. Analisis dilakukan pada kondisi tinggi gelombang 1,5 - 3 meter sesuai dengan kondisi ketinggian gelombang pada jalur pelayaran kapal ini yaitu di Selat Makassar. Dimensi geometri bulbous bow memiliki panjang dan tinggi yang sama, dengan 4 variasi lebar berdasarkan nilai CBB 0,17-0,20. Analisis respon gerak kapal dilakukan pada dua jenis yaitu heaving dan pitching, dalam kondisi draft maksimum, 5,5 meter dan kecepatan 11,9 knot (6,12 m / s) dengan sudut heading 180o. Selanjutnya dihitung spektrum respon dengan cara mengalikan spektrum gelombang dengan nilai Response Amplitude Operator (RAO). Dari hasil analisis diketahui bahwa gelombang yang lebih tinggi menghasilkan respon yang lebih besar terhadap gerakan heaving dan pitching. Gelombang yang lebih tinggi juga menghasilkan spektrum relatif bow motion (RBM) yang lebih tinggi. Pada keempat variasi geometry bulbous bow  diketahui bahwa semakin tinggi nilai CBB maka probabilitas slamming semakin besar, dengan perbedaan nilai yang tidak signifikan atau mendekati sama. Akan tetapi nilai probabilitas slamming ini masih jauh lebih rendah daripada probabilitas slamming kapal tanpa bulbous bow.
ANALISIS TEGANGAN DAN DEFORMASI PADA PLAT SANDWICH STRUKTUR KAPAL YANG MENGALAMI KERUSAKAN RETAK PADA CORE MATERIAL Heni Siswanti; Muhammad Musta'in
Wave: Jurnal Ilmiah Teknologi Maritim Vol. 16 No. 1 (2022)
Publisher : National Research and Innovation Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jurnalwave.v16i1.5411

Abstract

Penggunaan plat sandwich pada struktur kapal semakin meluas. Steel based hybrid sandwich banyak digunakan sebagai alternatif pengganti plat baja berpenegar. Plat sandwich ini terdiri dari faceplate berupa baja dan core material berupa matriks polyurethane elastomer. Perbedaan karakteristik pada dua material penyusun plat sandwich tersebut menyebabkan beberapa permasalahan. Salah satu permasalahan yang mungkin terjadi adalah kerusakan retak pada core material, yang menyebabkan lepasnya faceplate dari core-nya. Hal ini terjadi karena core material yang berupa matriks polyurethane relatif getas (brittle), sehingga rentan mengalami kerusakan ketika terkena pembebanan lebih atau berulang. Pada penelitian ini dilakukan analisis stress dan deformasi yang terjadi pada plat sandwich struktur geladak kapal, yang memiliki kerusakan retak pada core yang menyebabkan lepasnya lapisan faceplate dari core materialnya. Kerusakan core ini diasumsikan merepresentasikan retak mode I pada mekanika kepecahan. Analisis dilakukan dengan metode elemen hingga dengan bantuan software komputer. Beberapa model dengan variasi panjang keretakan dianalisis, untuk melihat pengaruh panjang keretakan terhadap stress, deformasi dan faktor intensitas stress pada model tersebut. Serta dievaluasi nilai panjang retak minimal saat mulai terjadinya perambatan retak. Hasil analisis menunjukkan bahwa tegangan maksimum (von misses) mengalami kenaikan secara linear dan signifikan terhadap kenaikan panjang keretakan. Tegangan maksimum pada kondisi utuh terjadi pada ujung-ujung kondisi batas jepit (fixed), sementara pada model dengan kerusakan berada pada sisi yang tidak mengalami keretakan. Deformasi juga mengalami kenaikan yang linear dan signifikan seiring dengan kenaikan panjang keretakan. Posisi deformasi maksimum berada pada ujung retakan. Nilai critical stress intensity factor (KIC) pada model adalah 6,90 dan panjang retak gagal (af) adalah 12,2 mm. Artinya perambatan retak akan terjadi ketika panjang retak mencapai 12,2 mm.
Study Penggunaan Steel-Based Hybrid Sanwich Plate ASTM A36 dengan Core Material Polyurethane Elastomer pada Konstruksi Kapal Heni Siswanti; Muhammad Musta'in; Tristiandinda Permata; Arisessy Mulananda
INOVTEK POLBENG Vol 12, No 2 (2022): INOVTEK Vol 12, No 2
Publisher : POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35314/ip.v12i2.2718

Abstract

Conventional ship structures usually consist of a stiffened plate. The intersection of the secondary stiffener of the stiffened plate structure is the critical position with a high potential for structural damages such as fatigue crack. The recent development of material technology in the marine industry is how to find the strength and lightweight material and also minimize structural problems such as fatigue cracks. One of them is the application of sandwich plates to replace the stiffened plate construction. Steel-based hybrid sandwich plates consist of two steel faceplates and elastomer core material bonded by adhesive. This study has analyzed the application of steel-based hybrid sandwich plates to replace stiffened plates on the oil tanker’s inner bottom structure. The strength of three configurations of the inner bottom sandwich structure has been analyzed by using the Finite Element Method and compared to conventional stiffened plate structure. The maximum stress, average stress, maximum deformation, and weight of the structure have been compared and analyzed. The results show that the application of a hybrid sandwich with a certain stiffener configuration can reduce stress, deformation, and weight of the inner bottom structure.