Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

MEMBICARAKAN ALLAH DENGAN MENGGUNAKAN VIA ANALOGIAM Oktovianus Naif
Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi Vol 9 No 2 (2017): LUMEN VERITATIS : Jurnal Filsafat dan Teologi | November 2016 ~ April 2017
Publisher : Program Studi Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/lumenveritatis.v9i2.89

Abstract

Since the beginning of the philosophical or theological discourse about God, there has been a problem of validity of a proposition about God. God is unlimited and human faculty is limited, so God in Him Self can not be totally comprehended by human intellect. Based on this concept Lateran Council explained that “inter creatorem et creaturam non potest (tanta) similitude notari, quin inter eos maior sit dissimilitude notanda”. How can we think and talk about God while at the same time respecting God’s mystery? Analogia entis would be a helpful solution in a discourse and proclamation about God.
PENGETAHUAN AKAN ALLAH: ANTARA IMPOSSIBILITAS DAN SURPASSIBILITAS Oktovianus Naif
Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi Vol 11 No 1 (2020): LUMEN VERITATIS : Jurnal Filsafat dan Teologi | Mei 2020 ~ Oktober 2020
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/lumenveritatis.v11i1.708

Abstract

Man and woman are created in God’s image so they have desire to know their Creator and they also need God in their lives which causes the desire to know Him. The desire in question, then, is a desire to understand God. For the desire is prior to knowing and it is compatible with not knowing. It is true if we say that man’s unrestricted desire to know is mated to a limited capacity to attain knowledge about Him.For its finiteness human capabilitycould not get hold of a complete knowledge of God.In knowing God and aknowledging Him as Being of beings, human beings must be aware of his ignorance that is “the only true wisdom is in knowing I know nothing.” God, therefore, takes the first step to contact with human beings, then He reveals Himself, He gives Himself to be known and He makes Himself known by human beings. This is a self-manifestation of Someone to someone. Revelation is due to the intiative of God that is God reveals Himself, when He wills, to whom He wills and because He wills. God’s revelation illuminates the intellectual capabilityof humans so that human beings are able to know Him and aknowledge Him and talk about Him as Being of beings. Knowledge of God is called theology. Ultimately, theology is about God in Himself. Thus, theology is the peak of knowledge and the fullness of gnosis since it was brought about under the guidance of the Spirit.So, we could say, God makes knowledge possible for human beings and God is really the Possibler of knowledge and aknowledge of Himself.
Penguatan Kedisiplinan Diri Penghuni Asrama Rumah Susun Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira Siprianus Soleman Senda; Marieta Ose Melburan; Theodorus A. Silab; Oktovianus Naif
Jurnal Inovasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Inovasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (JIPkM)
Publisher : STIE Trisna Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6269.852 KB) | DOI: 10.47232/jipkm.v2i1.125

Abstract

Kedisiplinan diri adalah kunci utama dalam meraih prestasi belajar. Kedisiplinan akan membantu seorang mahasiswa dalam memanajemen waktunya dengan seefektif dan seefisien mungkin untuk belajar. Namun hanya dengan memanajemen waktu tanpa sebuah pengendalian diri maka niscaya kedisiplinan tidak akan terjadi. Di tengah era new normal, kedisiplinan diri bagi setiap mahasiswa merupakan sebuah keharusan. Mengingat sistem pembelajaran dilakukan secara daring, dengan menggunakan pelbagai platform media pembelajaran online. Pada titik ini, sistem pembelajaran ini menjadi peluang sekaligus menjadi tantangan baru dalam dunia pendidikan. Untuk memberikan pemahaman dan membangun kedisiplinan mahasiswa dalam proses pembelajaran demi mencapai prestasi akademik yang baik, maka perlu dilakukan upaya penyadaran bagi para mahasiswa. Kelompok mahasiswa yang menjadi sasaran pengabdian ini adalah mahasiswa di asrama rusunawa Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Metode yang digunakan adalah pemaparan, diskusi dan evaluasi kegiatan pendampingan penguatan kedisiplinan. Hasilnya para mahasiswa menemukan sendiri dalam proses bahwa kedisiplinan itu penting dalam pembelajaran untuk mencapai prestasi akademik. Dengan kesadaran ini, mahasiswa didorong untuk membangun komitmen berdisiplin dalam manajemen pembelajaran. Kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran manapun adalah kedisiplinan diri.Kata kunci:Pandemi covid-19, pembelajaran online, kedisiplinan diri, pengendalian diri
Takanab and Human Dignity According to the Dawan Society Ikun, Sekundus; Vianey, Yohanes Watu; Naif, Oktovianus
Jurnal Ar Ro'is Mandalika (Armada) Vol. 1 No. 3 (2021): JURNAL AR RO'IS MANDALIKA (ARMADA)
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59613/armada.v1i3.2851

Abstract

Humans are unique creatures, they were created in the image and likeness of God. Humans are also highly noble creatures because humans have the dignity of reason, conscience and the nobility of freedom to preserve God's other creations. Humans are creatures that exist because they have consciousness, through this consciousness humans establish relationships with God, nature and fellow humans. Human life always exists with others because through others each individual can know who he really is. In this togetherness, humans maintain what is considered good in the collective life of society, which is called tradition. In the context of the archipelago, the Dawan people in Timor, East Nusa Tenggara know an oral tradition, namely the Takanab for picking up new priests. Takanab for picking up a new priest is a traditional speech spoken by traditional elders or mavefa (speakers) when picking up a new preist. The fundamental question of this cultural study is why humans should be respected? This research uses qualitative research methods to collect and analyze data. Based on data obtained through literature review and interviews, there are new findings regarding the Takanab tradition of picking up new priest. In the Takanab tradition, it is not only an expression of gratitude to the ancestors and God, but also human dignity is highly upheld. Human dignity in the Takanab tradition of picking up new priests is one of the new variants that needs to be developed and must be supported by government institutions and religious institutions (Catholics) so that there is harmonious inculturation in living together.
Nilai Kearifan Lokal Ritual Moritana dalam Kepercayaan Marapu di Sumba Barat Daya Pati, Yohanes Ronaldo Kowak; Panda, Herman Punda; Naif, Oktovianus
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 10 No 4 (2024): Ideas: Pendidikan, Sosial, dan Budaya (November)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v10i4.1721

Abstract

Indigenous beliefs that live in many places in Indonesia have intangible wealth in the form of local wisdom. This local wisdom is manifested, among other things, through rituals involving many community members. This research aims to highlight local wisdom values from the Moritana ritual of the Marapu belief in the island of Sumba. The research method used is qualitative research which includes field research and literature review. The research results show the value of local wisdom of the local community through the Moritana ritual which includes religious, ethical and social values. These values can contribute to strengthening social and religious life for both local communities and the wider community.
Misi Fransiskus Palau “Pelayanan Kepada Gereja sebagai Tubuh Mistik” Bagi Para Suster Carmelite Missionaries Boe, Maria Roswita; Panda, Herman Punda; Naif, Oktovianus
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 7 No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34081/fidei.v7i2.576

Abstract

Misi merupakan elemen esensial dalam tradisi Gereja yang berakar pada misi inklusif Yesus, mencerminkan kasih dan keadilan Allah. Adanya tantangan modern seperti relativisme dan dominasi teknologi, komunitas hidup bakti perlu meninjau kembali semangat pendiri mereka agar misi dan spiritualitas tetap relevan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis tulisan Beato Fransiskus Palau dan Konstitusi para Suster Carmelite Missionaries, bertujuan menggali ajaran teologis dan praktik spiritual mereka. Fokus penelitian  adalah teologi misi Beato Fransiskus Palau, "Misteri Persatuan: Mencintai Tuhan dan Sesama," serta penerapannya dalam kehidupan para suster Carmelite Missionaries dalam menghadapi tantangan kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa misi Beato Fransiskus Palau menekankan cinta kepada Gereja sebagai anggota Tubuh Mistik Kristus melalui integrasi cinta kepada Tuhan dan sesama, serta keseimbangan antara kontemplasi dan pelayanan. Kesimpulannya, bagi Beato Fransiskus Palau, misi Kristiani melibatkan gabungan pelayanan aktif dan kehidupan kontemplatif, di mana para suster dan setiap kaum beriman diharapkan mengintegrasikan kasih dalam doa, iman, dan pelayanan untuk mencerminkan kasih ilahi di dunia.
Implementasi Nilai Nekaf Mese Ansaof Mese Dalam Dialog Antarbudaya Dan Identitas Costa, Francisco da; Silva, Augusto Almeida da; Turkel, Ajito Abel Anjos; da Silva, Arjito; Lasi, Bartolomeo do Santos; Marçal, Cristalino da Costa; Pereira, Tunito; Senda, Siprianus Soleman; Subani, Yohanes; Naif, Oktovianus
Metta : Jurnal Ilmu Multidisiplin Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/metta.v5i3.4137

Abstract

The Atoin Meto community communally has a philosophy of life that serves as the foundation of their lives, which is known as nekaf mese asnaof mese. The philosophy of life is oriented towards the facilitation of cultural exchange and the consolidation of collective identity. Therefore, the objective of this study is to examine the manner in which the life philosophy of nekaf mese ansaof mese is employed to enhance cultural relations and the identity of the Atoin Meto in the Sacato-Wini region. This study used a qualitative method with a literature approach and in-depth interviews. The results indicated that the value of nekaf mese ansaof mese is internalized through social practices such as gotong royong (hena loak), customary deliberation (nifuni), and cultural rituals (el'ana, ela'naek, pah banu). These practices foster solidarity, peaceful conflict resolution, and reconciliation among diverse identities. Furthermore, this value serves to reinforce the spiritual connection that exists between humans, nature, and the Transcendent. Consequently, Nekaf Mese Ansaof Mese is instrumental in fostering inclusive intercultural relations and fortifying local and national identities in the context of globalization and the challenges posed by modernity.
Sosialisasi Perkawinan Katolik Tinjauan Hukum Kanonik dan Moral Perkawinan bagi OMK Santo Kristiforus Matani- Kupang Subani, Yohanes; Naif, Oktovianus; Panda, Herman Punda; Metan, Desiderius; Boe, Maria Roswita; Turu, Dede
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 6 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Edisi April - Juni
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v6i2.6123

Abstract

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk membentuk kesadaran kritis kaum muda Katolik terhadap hakikat perkawinan Katolik dari perspektif Hukum Gereja dan Moralitas, khususnya dalam menghadapi tantangan era digital yang dapat melemahkan kesatuan dan komitmen pasangan. Metode yang digunakan adalah pendekatan partisipatif yang melibatkan kaum muda secara aktif dalam seluruh proses kegiatan, mulai dari koordinasi, sosialisasi, perencanaan hingga pelaksanaan berupa pendalaman materi dan diskusi reflektif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa para peserta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai sakramental perkawinan, khususnya mengenai sifat monogami dan ketakterceraikan (Kanon 1056–1057), tujuan utama perkawinan seperti kesejahteraan pasangan dan prokreasi, serta pentingnya komitmen dan tanggung jawab moral dalam hidup berkeluarga. Kegiatan ini juga memberikan dampak positif bagi para pengurus Gereja yang ikut terlibat, dengan munculnya semangat untuk mengevaluasi kehidupan keluarga mereka dalam terang ajaran Gereja. Simpulan dari kegiatan ini menegaskan bahwa pendekatan partisipatif dalam pembinaan kaum muda terbukti efektif dalam menanamkan pemahaman teologis yang kontekstual, sekaligus menjadi sarana transformatif untuk memperkuat nilai kesetiaan dan tanggung jawab dalam hidup perkawinan di tengah pengaruh budaya digital masa kini.
Keluarga Sebagai Ikon Kasih Trinitas Telaah Teologis Perspektif Amoris Laetitia dalam Menyikapi Tantangan Kontemporer Naif, Oktovianus; Subani, Yohanes; Boe, Maria Roswita; Seran, Ewaldus Yafet; Taek, Remigius; De Araujo, Zebedeu Mota; Casimiro, Olandina; Magno, Aldair
Citizen : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia Vol. 5 No. 4 (2025): CITIZEN: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia
Publisher : DAS Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53866/jimi.v5i4.922

Abstract

Keluarga Kristiani, dalam terang iman akan Trinitas Mahakudus, dipahami sebagai ikon kasih Allah yang hidup, mencerminkan persekutuan kasih antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Namun, perkembangan zaman yang ditandai oleh krisis nilai, individualisme, dan pelemahan spiritual telah menggerus identitas keluarga sebagai ecclesia domestica. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji makna keluarga sebagai ikon kasih Trinitas dalam terang seruan apostolik Amoris Laetitia karya Paus Fransiskus, serta menawarkan pendekatan pastoral yang aplikatif untuk memperkuat spiritualitas dan ketahanan keluarga di tengah tantangan kontemporer. Dengan metode studi pustaka dan pendekatan reflektif-teologis, penelitian ini menyoroti relasi keluarga dalam kerangka Imago Dei, spiritualitas kasih Trinitaris, dan dinamika hidup konkrit keluarga sebagai tempat teofani. Hasil kajian menunjukkan bahwa keluarga bukan hanya realitas sosial, melainkan panggilan profetis untuk menghadirkan kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari melalui pengampunan, dialog, penghayatan sakramen, dan pelayanan. Amoris Laetitia menegaskan kembali keindahan panggilan keluarga, sekaligus menawarkan strategi pendampingan pastoral yang berbelas kasih, realistis, dan bertahap untuk menjawab krisis relasional zaman ini. Dengan demikian, keluarga dipulihkan sebagai ruang suci tempat manusia belajar mencintai, mengampuni, dan menyatakan kehadiran Allah yang hidup di tengah dunia.
Panggilan Perempuan Perspektif Edith Stein dan Relevansinya bagi Kehidupan Gereja Katolik Masa Kini Kowe, Petrus Thomas Sama; Punda Panda, Herman; Naif, Oktovianus
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 8 No 2 (2025): Desember 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34081/fidei.v8i2.622

Abstract

This article examines the calling of women from the perspective of Edith Stein and its relevance to contemporary church life. Despite the significant contributions women have made throughout the history of the church, they are often marginalised in leadership roles and active participation. This research aims to explore Stein's thoughts on the identity and role of women to address the challenges faced by women within the Catholic Church. Drawing on literature studies and a comprehensive analysis of Stein's works, this article demonstrates that an understanding of women's experiences and callings can enrich pastoral and theological practices. This study aims to connect Stein's philosophical insights with contemporary gender issues and provides practical recommendations for enhancing the voice and role of women in ecclesiastical life. Consequently, the article contributes to the discourse on gender justice within the contexts of theology and pastoral care, while providing a fresh perspective on the role of women in the church's mission in the modern era. The conclusion drawn is that Stein's thought remains relevant and can be applied to foster a more inclusive environment for women within church communities. AbstrakArtikel ini mengkaji panggilan perempuan dari perspektif Edith Stein dan relevansinya bagi kehidupan Gereja Katolik masa kini. Meskipun perempuan memiliki kontribusi signifikan dalam sejarah gereja, mereka seringkali terpinggirkan dalam peran kepemimpinan dan partisipasi aktif. Tujuan penelitian ini adalah mendalami pemikiran Stein tentang identitas dan peran perempuan sebagai solusi untuk menjawabi tantangan yang dihadapi perempuan dalam Gereja Katolik. Dengan menerapkan metode studi pustaka, dan analisis mendalam terhadap karya-karya Stein, artikel ini menunjukkan bahwa pemahaman akan pengalaman dan panggilan perempuan dapat memperkaya praktik pastoral dan teologis. Penelitian ini berupaya menghubungkan antara pemikiran filosofis Stein dan isu-isu gender masa kini, serta memberikan rekomendasi praktis untuk meningkatkan suara dan peran perempuan dalam kehidupan gerejawi dalam konteks Gereja Katolik. Dengan demikian, artikel ini berkontribusi bagi diskusi mengenai keadilan gender dalam konteks teologi dan pastoral, serta menawarkan perspektif baru tentang peran perempuan dalam misi gereja di era modern. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa pemikiran Stein tetap relevan dan dapat diterapkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi perempuan dalam komunitas gereja.