Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PELATIHAN MENU SEHAT SEIMBANG UNTUK DIABETES DI DESA BINAAN KERAMBITAN Giri, Made Kurnia Widiastuti; Nugraha, Arya; Putra, Adnyana; Dharmapala, Ekanova; Setiawan, Komang Hendra
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.803 KB) | DOI: 10.23887/jwl.v10i2.38966

Abstract

Upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui tindakan promotif dan preventif membutuhkan adanya perubahan perilaku hidup sehat di kalangan masyarakat desa yang bersifat mendasar dan fundamental. Program pengabdian kepada masyarakat ini berangkat dari potensi dan kebutuhan dari masyarakat Desa Kerambitan. Desa Kerambitan dipilih sebagai tempat pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat dikarenakan adanya beberapa data yaitu adanya 1) tingginya kebutuhan edukasi dan pendampingan holistik bagi lansia dengan penyakit diabetes ; 2) rendahnya pengetahuan dan keterampilan ibu rumah tangga dalam menyusun menu pencegahan penyakit degenerative seperti diabetes. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan solusi dari kedua permasalahan di kelompok sasaran. Hasil pendampingan menunjukkan peningkatan kognitif dan keterampilan melalui hasil pretest dan post test serta hasil penilaian ceklis keterampilan menyusun menu seimbang untuk pasien diabetes yang diberikan sebelum dan sesudah kegiatan. Kegiatan pendampingan di dua generasi ini telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari kedua kelompok sasaran dan menjadi cikal bakal pengembangan desa sehat di desa Kerambitan.. Kata kunci: promotif, sehat,diabetes
LAPORAN KASUS: KATARAK SENILIS MATUR DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI Mahaswari, Ni Putu Radha Kharisma Mahaswari; Ni Nyoman Sekarsari; Ni Kadek Sri Emi Lyana; Komang Hendra Setiawan
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/gm.v3i2.67704

Abstract

Abstrak Katarak adalah pengaburan lensa kristal intraokular alami yang memfokuskan cahaya yang masuk ke mata ke retina. Katarak adalah penyakit yang progresif secara bertahap dan merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Pada tahun 2014-2016, menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan di lndonesia mencapai 30%, dengan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan adalah katarak. Faktor risiko meningkatkan kejadian katarak berupa diabetes melitus dan hipertensi. Kedua hal tersebut menyebabkan perubahan struktur konformasi protein pada kapsul lensa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status oftalmologi pasien pada okuli dekstra dengan visus hand movement, lensa keruh, iris shadow (-), dan reflex fundus (-), dengan tekanan intaokular 17.3 mmHg. Okuli sinistra dengan visus 2/60, iris shadow (+), dan reflex fundus (+). Pemeriksaan gula darah acak didapatkan 125 mg/dl. Tatalaksana yang dapat dilakukan berupa fakoemulsifikasi dan SICS (small incision cataract surgery) dengan memberikan hasil yang baik dengan biaya yang murah dan singkat. Kata Kunci: Katarak senilis matur, diabetes, hipertensi Abstract A cataract is a clouding of the natural intraocular crystalline lens that focuses the light entering the eye onto the retina. Cataract is a gradually progressive disease and is the leading cause of blindness worldwide. In 2014-2016, In 2014-2016, the prevalence of blindness in Indonesia reached 30%, with the main cause of visual impairment and blindness being cataracts. Risk factors for increasing cataract incidence include diabetes mellitus and hypertension. Both cause changes in the protein conformational structure of the lens capsule. On physical examination, the patient's ophthalmological status was found to be in the right eye with hand movement vision, cloudy lens, iris shadow (-), and fundus reflex (-), with an intraocular pressure of 17.3 mmHg. Left oculi with visual acuity 2/60, iris shadow (+), and fundus reflex (+). A random blood sugar check showed 125 mg/dl. Management can be done in the form of phacoemulsification and SICS (small incision cataract surgery) with good results at a low cost and short time. Keywords: Mature senile cataract, diabetes, hypertension
STUNTING: FAKTOR RISIKO, DIAGNOSIS, TATALAKSANA, DAN PROGNOSIS Apriastini, Ni Komang Tri; Adnyani, Ni Putu Tia; Selvyani, Putu Onik; Setiawan, Komang Hendra
Ganesha Medicina Vol. 4 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/gm.v4i1.77137

Abstract

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang ditandai dengan adanya deviasi pada indeks tinggi badan per umur atau TB/U anak berada di bawah -2 standar deviasi (SD) dari median WHO untuk populasi referensi yang sama dan jenis kelamin yang sama. Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia dengan prevalensi mencapai 24,4% pada tahun 2021. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting, faktor-faktor tersebut, yaitu praktik pemberian ASI eksklusif, pola pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI), riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), riwayat penyakit infeksi kronis, keadaan sanitasi, kondisi sosial dan ekonomi keluarga, serta tingkat pendidikan ibu. Diagnosis stunting ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anak dengan hasil TB/U <-2 SD dapat dinyatakan stunted perlu dievaluasi lebih lanjut mengenai status gizi anak dengan pemeriksaan berat badan, lingkar kepala, kecepatan tumbuh, dan potensi tinggi genetik. Tatalaksana stunting dimulai dengan tindakan pencegahan dan melakukan tindakan kuratif pada anak stunting. Prognosis stunting adalah baik apabila terdeteksi dan mendapat intervensi gizi lebih dini.
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6-59 BULAN DI DESA MUNDUK BALI TAHUN 2023 Putu Tia Adnyani, Ni; Hendra Setiawan, Komang; Made Kusuma Wijaya, I
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 15 No. 2, Juli 2024
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34035/jk.v15i2.1232

Abstract

Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang ditandai dengan hasil TB/U < -2 standar deviasi. Sampai saat ini stunting masih menjadi permasalahan di Indonesia dengan prevalensi 24,4%. ASI Eksklusif memiliki peran krusial dalam pemenuhan gizi untuk mendukung tumbuh kembang anak. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-59 bulan di Desa Munduk Bali tahun 2023. Penelitian ini dilakukan di Desa Munduk Bali yang merupakan kawasan wisata, tetapi masih memiliki permasalahan gizi khususnya stunting. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain penelitian case control. Populasi penelitian mencakup seluruh anak usia 6-59 bulan yang tinggal di Desa Munduk sejumlah 250 anak. Penelitian dilakukan dengan menyetarakan karakteristik umum antara kelompok kasus dan kontrol dengan metode purposive sampling lalu diseleksi dengan kriteria inklusi dan eksklusi hingga didapatkan subjek penelitian berjumlah 20 anak dengan keterangan 10 anak kelompok kasus dan 10 anak kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam bersama Ibu dari sampel penelitian. Hasil uji bivariat dengan fisher exact test mendapat hasil P= 0,020 (Pvalue<0,05) dengan nilai Odds Ratio (OR) = 21,000 dengan confidence interval CI 95% berkisar 1,777 – 248.103. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting di Desa Munduk tahun 2023. Anak yang tidak ASI Eksklusif memiliki risiko terkena stunting 21 kali lebih tinggi dari pada anak dengan ASI Eksklusif. Stunting is a chronic nutritional problem characterized by a height-for-age (HAZ) result of < -2 standard deviations. Until now, stunting remains a prevalent issue in Indonesia, with a prevalence rate of 24.4%. Exclusive breastfeeding (EBF) plays a crucial role in fulfilling nutritional needs to support the growth and development of children. This research aims to investigate the influence of exclusive breastfeeding on the occurrence of stunting in children aged 6-59 months in Bali’s Munduk Village in 2023. The study is conducted in Balis’Munduk Village, a tourist area that still faces nutritional problems, particularly stunting. This analytical observational research employs a case-control study design. The study population includes all children aged 6-59 months residing in Munduk Village, totaling 250 children. The characteristics of the case and control groups are matched through purposive sampling, followed by selection based on inclusion and exclusion criteria, resulting in a total of 20 research subjects, comprising 10 cases and 10 controls. Data collection is carried out through in-depth interviews with the mothers of the research subjects. Bivariate analysis using Fisher's exact test yields a significant result with P = 0.020 (P value < 0.05) and an Odds Ratio (OR) value of 21.000, with a 95% confidence interval ranging from 1.777 to 248.103. This indicates a significant influence between exclusive breastfeeding and the occurrence of stunting in Munduk Village in 2023. Children who do not receive exclusive breastfeeding have a 21 times higher risk of experiencing stunting compared to those exclusively breastfed
A situational analysis of model holistic-comprehensive and integrated approaches to handling stunting in Buleleng Regency, Bali, Indonesia Setiawan, Komang Hendra; Hartono, Made Sugi; Budiarta, I Wayan; Wirabrata, Dewa Gede Firstia; Sekarini, Ni Nyoman Ayu Desy
MEDISAINS Vol 22, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/medisains.v22i2.23375

Abstract

Background: Policies and strategies for handling stunting cases effectively and efficiently vary in different regions, depending on their situation and conditions. There has yet to be an empirical study of stunting management with a holistic-comprehensive and integrated approach in Indonesia, especially in Buleleng Regency, Bali. Thus, conducting initial research to analyze the policy and determine the right stunting management strategy to implement is essential.Purpose: This study aims to map stunting cases, explore their causal factors, analyze the suitable policy model for overcoming stunting and describe the effective and efficient stunting management strategy in Buleleng Regency based on a holistic, comprehensive, and integrated approach.Methods: This is a situation analysis case study. Respondents were stunted children and related governmental agencies in Buleleng Regency, Bali. The incidence of stunting, risk factors suspected as the cause, policy models and appropriate stunting handling strategies were analyzed in depth using qualitative and quantitative methods.Results: There were 1040 cases of stunting in the regency, with the highest cases in Banjar District. Significant risk factors influencing the stunting incidence in the region include the lack of good complementary feeding (OR: 2.6722; p <0.05) and low family income (OR: 7.6667; p <0.0001). The results of the analysis of stunting handling policies, based on a holistic-comprehensive and integrated approach model by regional needs, are categorized into two policy areas: Policies in the Medical and Non-Medical fields. In contrast, the handling strategy is divided into two stages: the screening and the handling stages.Conclusion: Poor-quality complementary foods and low family income are the main risk factors for high stunting rates in Buleleng Regency, Bali. These factors must be considered in an effective and efficient policy and strategy model for handling stunting cases in the regency.
PELATIHAN MENU SEHAT SEIMBANG UNTUK DIABETES DI DESA BINAAN KERAMBITAN Giri, Made Kurnia Widiastuti; Nugraha, Arya; Putra, Adnyana; Dharmapala, Ekanova; Setiawan, Komang Hendra
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.803 KB) | DOI: 10.23887/jwl.v10i2.38966

Abstract

Upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui tindakan promotif dan preventif membutuhkan adanya perubahan perilaku hidup sehat di kalangan masyarakat desa yang bersifat mendasar dan fundamental. Program pengabdian kepada masyarakat ini berangkat dari potensi dan kebutuhan dari masyarakat Desa Kerambitan. Desa Kerambitan dipilih sebagai tempat pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat dikarenakan adanya beberapa data yaitu adanya 1) tingginya kebutuhan edukasi dan pendampingan holistik bagi lansia dengan penyakit diabetes ; 2) rendahnya pengetahuan dan keterampilan ibu rumah tangga dalam menyusun menu pencegahan penyakit degenerative seperti diabetes. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan solusi dari kedua permasalahan di kelompok sasaran. Hasil pendampingan menunjukkan peningkatan kognitif dan keterampilan melalui hasil pretest dan post test serta hasil penilaian ceklis keterampilan menyusun menu seimbang untuk pasien diabetes yang diberikan sebelum dan sesudah kegiatan. Kegiatan pendampingan di dua generasi ini telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari kedua kelompok sasaran dan menjadi cikal bakal pengembangan desa sehat di desa Kerambitan.. Kata kunci: promotif, sehat,diabetes
ASTHENOPIA: DIAGNOSIS, TATALAKSANA, TERAPI Pratama, Pande Putu Arista Indra; Setiawan, Komang Hendra; Purnomo, Ketut Indra
Ganesha Medicina Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.315 KB) | DOI: 10.23887/gm.v1i2.39551

Abstract

Asthenopia (kelelahan mata) merupakan sekumpulan gejala berupa permasalahan pada penglihatan (visual), mata (okular), dan muskuloskeletal yang umumnya terjadi hilang timbul. Keluhan ini sering muncul akibat pengaruh penggunaan perangkat digital dalam waktu yang lama terutama lebih dari 6 jam perhari. Penderita asthenopia secara global mencapai 60 juta orang yang didominasi usia muda. Gejala asthenopia yang paling sering dirasakan adalah keluhan mata kering, kesulitan dalam memfokuskan objek, mata tegang, mata lelah, dan sakit kepala. Diagnosis asthenopia dapat dilakukan secara subjektif dengan menggunakan kuesioner standar ataupun secara objektif dengan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan berupa pengukuran Critical Flicker-fusion Frequency (CFF), pengukuran frekuensi berkedip, kemampuan akomodasi, serta refleks cahaya dan ukuran pupil yang dapat memberikan gambaran lebih jelas ke arah asthenopia. Tatalaksana dan terapi pada asthenopia diberikan untuk meredakan gejala dan mengatasi penyebabnya seperti terapi untuk mengatasi mata kering, koreksi gangguan refraksi, terapi gangguan akomodasi dan vergensi, dan penggunaan kacamata filter cahaya biru. Walaupun asthenopia terjadi secara hilang timbul, penyakit ini dapat menjadi menetap dan berkembang menimbulkan keluhan permanen. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil literature review dari penelitian terkait diagnosis, tatalaksana, dan terapi asthenopia yang sudah dipublikasi. Penulisan artikel ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menindaklanjuti kasus asthenopia sehingga prevalensi dan insidensinya dapat ditekan.
Tingkat Kesiapan Interprofessional Education Mahasiswa Kedokteran Dalam Pembelajaran Field Lab Travel Medicine Ni Luh Putu Pranena Sastri; Made Kurnia Widiastuti Giri; Komang Hendra Setiawan; Made Bayu Permasutha
Ganesha Medicina Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/gm.v5i1.94526

Abstract

Interprofessional education (IPE) menjadi suatu hal yang penting dalam pembelajaran kedokteran dan kesehatan, dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama dalam tim dan pemahaman mahasiswa mengenai peran profesinya dalam perawatan pasien IPE sebagai persiapan dari mahasiswa profesi kesehatan untuk dapat berkolaborasi dan kerjasama tim dalam perawatan pasien sejak dini. Mahasiswa Kedokteran di FK Undiksha mempelajari materi IPE pada mahasiswa semester 7. Beberapa penugasan kuliah IPE terkait dengan pelaksanaan field lab travel medicine yang dilaksanakan di beberapa puskesmas di Kabupaten Buleleng. Field lab ini dilaksanakan pada semester 7 serta berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan kedokteran pariwisata. Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui tingkat kesiapan pembelajaran IPE mahasiswa dalam pembelajaran field lab. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa semester 7 Program Studi Kedokteran FK Undiksha yang dipilih secara secara total sampling. Instrumen yang digunakan adalah RIPLS yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat kesiapan pembelajaran IPE dari mahasiswa pada masing-masing item instrumen. Pada penelitian ini mahasiswa menunjukkan telah memiliki pemahaman yang baik mengenai kerjasama dan kolaborasi antar profesi, identitas professional positif dan identitas professional negative. Kata Kunci : interprofessional education (IPE), field lab travel medicine, kesiapan mahasiswa.   Abstract Interprofessional education (IPE) is important in medical and health education, to improving students’ teamwork and  understanding their profession role in patient care. IPE as a preparation for health profession students to be able to collaborate and teamwork in patient care. Medical students in FK Undiksha are learned IPE on 7th semester. Several IPE assignments are related to the implementation of the travel medicine field lab which is carried out in several health centers in Buleleng Regency. This field lab is carried out in 7th semester and is related to public health and travel medicine. This study was conducted to determine the level of readiness of students' IPE learning on field lab learning. This study was conducted on 7th semester Medical Student in FK Undiksha who were selected by total sampling. The instrument used was RIPLS which has been tested for validity and reliability. The results will be analyzed descriptively to determine the level of readiness of students' IPE learning on each instrument item. In this study, students showed that they had good understanding of cooperation and collaboration between professions, positive professional identity and negative professional identity. Keywords : interprofessional education (IPE), field lab travel medicine, student readiness
Penanggulangan Stunting Melalui Pendekatan Home Visit Setiawan, Komang Hendra; Maheswari, Kadek Indira; Wilwadana, I Putu Dimasatya; Mahayana, Dewa Gede Putra; Kinanti, Ni Komang Rustika Ayu
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 14 No 1 (2025): January
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jwl.v14i1.86599

Abstract

Dampak stunting tidak hanya terbatas pada tinggi badan yang tidak sesuai usia, tetapi juga berkaitan erat dengan penurunan kecerdasan, Pengabdian ini bertujuan menurunkan angka stunting melalui pendekatan home visit. Sepuluh anak yang menjadi sasaran pengabdian didapatkan dari data Puskesmas Jenis pengabdian ini adalah pengabdian pengabdian pengabdian penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi experiment). Populasi yang digunakan adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 0–59 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas X. Sampel pengabdian diambil secara purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensial. Metode pengabdian meliputi wawancara keluarga, pengukuran tinggi dan berat badan, pemberian suplemen (asam folat, vitamin B12, zat besi), serta distribusi bahan pangan bergizi. Instrumen pengukuran tinggi badan dan berat badan berupa microtoise dan timbangan digital. Hasil kegiatan menunjukkan 8 anak mengalami peningkatan tinggi badan, sedangkan 7 anak naik berat badan, 1 berat badan tetap, dan 2 berat badan menurun akibat gangguan kesehatan. Keluarga asuh merespons positif, menyatakan home visit membantu meningkatkan status gizi anak. Intervensi ini menunjukkan efektivitas pendekatan langsung dalam menangani stunting, dengan menekankan pentingnya edukasi, sanitasi, dan pola makan seimbang. Implikasi Pengabdian ini dapat digunakan sebagai model penguatan intervensi berbasis keluarga dalam pencegahan stunting dan mendukung kebijakan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan.
LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN HEMODIALISIS I Dewa Gde, Nanendra; Udrayana, Oka; Setiawan, Komang Hendra
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 3 (2025): DESEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i3.51289

Abstract

Penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel merupakan ciri khas penyakit ginjal kronis (CKD).  Hemodialisis merupakan salah satu pengobatan jangka panjang yang diperlukan untuk penyakit ini.  Kecemasan merupakan salah satu dari banyak masalah psikologis yang sering timbul akibat terapi rutin, kerusakan ginjal yang irreversibel, dan berbagai efek samping terapi.  Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang biasanya muncul ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang berpotensi berbahaya.  Kualitas tidur pasien hemodialisis terpengaruh negatif oleh gangguan kecemasan ini, dan gangguan tidur dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.  Tinjauan penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang kecemasan dan dampaknya terhadap kualitas tidur pasien hemodialisis.  Metodologi penelitian melibatkan pencarian literatur untuk karya yang diterbitkan antara tahun 2015 dan 2025 menggunakan basis data Google Scholar dan PubMed.  Tujuh publikasi penelitian yang relevan dikumpulkan untuk dievaluasi. Hasil penelitian dari ketujuh publikasi tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa kecemasan dan kualitas tidur pasien hemodialisis memiliki korelasi yang signifikan.  Pasien yang merasakan tingkat kecemasan yang lebih tinggi juga memiliki kualitas tidur yang lebih rendah.  Mekanisme fisiologis seperti aktivasi sistem saraf simpatik, yang meningkatkan hormon stres seperti kortisol dan norepinefrin, serta mekanisme psikologis seperti peningkatan pikiran negatif dan kekhawatiran berlebihan, yang mengganggu tidur, keduanya mendukung hubungan ini.  Menurut temuan setiap artikel yang dianalisis, tingkat kecemasan dan kualitas tidur pasien hemodialisis memiliki korelasi yang kuat dan signifikan.