Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

BAMBOO AS A STRUCTURE AND CONSTRUCTION MATERIAL IN THE DESIGN OF THE BAMBOO BUKIT VILLA Nurazka, Azmi Afifah; Pynkyawati, Theresia; Davis, Muhammad Andre Mahardika Umarella; Garnida, Reva Regina
Journal of Architectural Research and Education Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Journal of Architectural Research and Education
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1081.129 KB) | DOI: 10.17509/jare.v3i1.33943

Abstract

Abstract - Bamboo is a building material that is easily renewed, light weight and has the strength and flexibility with a resistance of 3 to 4 years, therefore bamboo can be an alternative material for building materials. Just as in the Villa Bukit Saung Bambu, is a building located in Caringin Tilu, Bandung Regency, to have a high humidity and bermaterial bamboo in the whole building, down to its structure and construction. Apart from being an aesthetic, even this material makes a special attraction for visitors, as well as the raised foundation to make a stilt-style building, the joint system between  the horse- horse truss  structure  on the column, beams stacked in columns, column support on the foundation, floor construction that rests on the beams and roof coverings. The method used in this research is a qualitative descriptive method by means of direct observation in the field, observe the roof structure, columns, beams and foundations which are then compared with theories related to structure and construction, So it can be seen that bamboo can be an alternative building material, especially the structure of trusses horse- horse, beams, columns, floor and roof construction. Keywords: Villa Design, Structure and Construction, Bamboo Material
Kajian Desain Sirkulasi Ruang Dalam Sebagai Sarana Evakuasi Pada Bangunan Pasar Baru Trade Centre Bandung Shirley Wahadamaputera; Theresia Pynkyawati; Rarasati Intan Widuri; Linda Lidwina
JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2011): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (804.667 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v2i1.296

Abstract

Alih fungsi hingga renovasi bangunan mewarnai maraknya pembangunan pusat perbelanjaan di kota wisata belanja Bandung. Pasar Baru, sebuah pasar tradisional tertua di Bandung. yang pada mulanya dibangun horizontal diubah menjadi pasar vertikal modern. Beragamnya komoditi jualan, tersebarnya gerai masakan diantara komoditi kering menjadikan bangunan ini rawan bahaya kebakaran, sehinggapengguna harus secepatnya meninggalkan bangunan. Kenyataannya sirkulasi ruang dalam pasar yang digunakan sehari hari adalah sirkulasi yang digunakan juga sebagai sirkulasi evakuasi, sehingga sirkulasi dan tatanan zona dalam sebuah pasar perlu dipersiapkan dengan baik sejak tahap awal perencanaan. Guna mendapatkan wawasan penataan sirkulasi dan zona pasar yang baik, perlu dilakukan kajian terhadapdesain pasar. Pasarbaru Trade Centre menjadi objek studi kasus yang menarik untuk dikaji karena dibangun secara vertikal. Kajian dengan metoda analisis deskriptif terhadap data lapangan yang diperoleh dan literatur terkait, menunjukan bahwa desain sirkulasi ruang dalam pasar sehari-hari harus juga dapat digunakan sebagai jalur evakuasi kebakaran yang aman .Bandung known as a shopping city builds many malls in recent years. Old buidings were renovated or even more refunctioned to a shop or factory outlets. One of its popular old building was the Pasar Baru. An old traditional horizontal market place change into a modern vertical market. Food retails placedamong a various combustible commodity could be a point where a fire ignites. People in a shopping activities should be evacuated out of the building immediately through its corridors. Therefore circulation schemes as a path of travel and zonning inside the building should be carefully designed even from theearly stage of design concept . A study on Pasarbaru Trade Centre using descriptive analysis was developed to get an over view about planning a circulation schemes on a vertical modern market building that will serve as a reference to those engaged on building design. Since most of the building contains combustable commodity on each floor, passage way of egress should be safe to run through .
Kajian Desain Sirkulasi Ruang Dalam sebagai Sarana Evakuasi pada Kondisi Bahaya Kebakaran di Bandung Supermal dan Trans Studio Bandung Theresia Pynkyawati; Azwar Amir; La Ode Abdullah Al Syafaat
REKA KARSA Vol 1, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i1.44

Abstract

ABSTRAKBangunan Bandung Supermal (BSM) dan Trans Studio Bandung merupakan sebuah mall dantempat rekreasi yang mempunyai banyak pengujung setiap akhir pekan, sehingga menarik untukdikaji desain sirkulasi ruang dalam terhadap bahaya kebakaran pada bangunan komersil tersebut.Banyaknya pengunjung pada bangunan BSM dan Trans Studio perlu mendapatkan perhatian padasaat terjadi kebakaran. Bangunan ini sarat fasilitas pendukung seperti lubang pada shaft, tangga, liftdan ducting AC yang dapat memicu api merambat dengan cepat serta kemungkinan adanya humanerror. Kajian bangunan komersil ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami desain sirkulasiruang dalam yang memenuhi syarat terhadap bahaya kebakaran di bangunan BSM dan Trans Studio.Studi dilakukan melalui analisis deskriptif yaitu meliputi analisis desain sirkulasi ruang dalam,pembagian zona fungsi, bentuk dan besaran jalur evakuasi, alat pengamanan kebakaran, sertaperletakan alat-alat tersebut di dalam bangunan. Hasil analisis menunjukkan bahwa gunamengurangi korban jiwa pada saat terjadi kebakaran perlu mempertimbangkan bentuk desainsirkulasi ruang di dalamnya, serta memperhatikan terhadap syarat koridor buntu, jarak tangga,jarak tempuh, kelengkapan alat pengaman pada jalur evakuasi seperti sprinkler, hydrant, fireextinguisher, smoke detector, smoke fan dan signage (tanda), dengan sarana evakuasi pada kondisibahaya kebakaran, guna mengevakuasi pengunjung dalam waktu yang sangat singkat. Hasilpenelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dalam perancangan sirkulasi ruangdalam bagi penghuni pada sebuah bangunan pusat perbelanjaan dan rekreasi.Kata kunci : sirkulasi, ruang dalam, evakuasi, komersil.
Konsep Bentuk Dasar Arsitektural Pada Gereja St. Yusuf Cirebon Theresia Pynkyawati; Azibanyu Tresna; M Fajari; Indra Pratama
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 3 (2021)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i3.4735

Abstract

ABSTRAKGereja merupakan salah satu bangunan peribadatan yang dapat dijumpai di Indonesia. Bangunan ini merupakan wadah kegiatan spiritual umat kristiani yang mulai didirikan pada era pemerintah kolonial Belanda. Gereja mudah dikenali dari keberadaan menara dan bentuk geometri bangunannya. Sejalan dengan perkembangan zaman, berbagai bentuk gereja bermunculan sehingga bentuk gereja menjadi makin variatif. Gereja St. Yusuf Cirebon merupakan salah satu Gereja Katolik tertua di Jawa Barat yang didirikan pada era kolonial Belanda. Bangunan ini telah mengalami perubahan; ada tambahan massa bangunan untuk menampung lebih banyak jemaat meskipun demikian bentuk asli bangunan tidak berubahan. Oleh karenanya menarik untuk diteliti lebih dalam mengenai konsep bentuk dasar arsitektural dan elemen-elemen dasar yang diterapkan pada Gereja St. Yusuf Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep dasar bangunan secara arsitektural dan bagaimana Gereja St. Yusuf Cirebon menambah kapasitas ruang ibadah tanpa merubah tampilan fisik bangunannnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan cara mengumpulkan data hasil survey lapangan yang meliputi kondisi gereja sebelum dan setelah pengembangan sampai kondisi saat ini. Hasil analisa menunjukkan bahwa Gereja St. Yusuf Cirebon sebagai bangunan cagar budaya, mengalami berbagai perubahan baik pada ruang-luar maupun ruang-dalam, proporsi fasad bangunan tetapi tetap mempertahankan bentuk dan elemen-elemen dasar sebuah gereja eks kolonial. Kata kunci: Konsep Dasar Arsitektur, Bangunan Peribadatan, Ruang-luar dan Ruang-dalam.ABSTRACTThe Church is one of the religious buildings that can be found in Indonesia. This building is a spiritual activity place for Christians that began to established in the era of Dutch colonial goverment. The church is easily recognized by the existence of minaret and the geometric shape of the building. In line with the times, various design of church have emerged so that the shape of church has become more and more varied. The St Yusuf Cirebon church is the oldest Catholic church in West Java that was established in Dutch colonial era. This building had been changed, there is an additional building mass to accommodate more congregations, although the original building shape has not changed. Therefore it is interesting to study more deeply about the architectural basic concept and basic elements that are applied to the St Yusuf Cirebon church. This study aims to understand the architectural building concept and how the St Yusuf Cirebon church increases the capacity of prayer room without changing the physical appearance of the building. The analysis was conducted using qualitative and quantitative descriptive approach by collecting field survey’s data covering the condition of the church before and after the development to its current condition. The analysist shows that the St Yusuf Cirebon church as a cultural heritage building, has esperienced various changes both in the outer and inner room, the proportions of building facades but still maintains the shape and basic elements of an ex-colonial church.Keyword: Basic Architecture Concepts, Religious Building, Outer and Inner room.
Kenyamanan Pencapaian Pengguna Bangunan Rumah Sakit Multi Massa terhadap Desain Sirkulasi sebagai Penghubung Antarfungsi Bangunan Theresia Pynkyawati; Panji Meilan; Alfonzo Dianro Rafles; Bayu Mirza Dwi Putro
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4017

Abstract

ABSTRAKRumah sakit merupakan sebuah sarana penunjang bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmani ketika dalam kondisi sakit ataupun saat mengalami kecelakaan darurat. Sarana maupun prasarana yang tersedia pada rumah sakit diharapkan dapat memberikan kenyamanan terhadap pasien, maupun staff tenaga medis dan non medis. Sarana sirkulasi menjadi sebuah penghubung kegiatan di dalam sebuah bangunan. Pola sirkulasi yang baik akan mempermudah pengguna bangunan dalam beraktifitas. Desain rancangan Rumah Sakit Dustira menerapkan konsep bangunan dengan tatanan multi massa. Dampak dari konsep ini menyebabkan setiap bangunan pada kawasan memiliki jarak pencapaian yang berbeda. Adapun maksud dari penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kenyamanan pencapaian pada pengguna di kawasan rumah sakit. Metode analisa dilakukan secara kualitatif terhadap kenyamanan sirkulasi yang diuraikan secara deskriptif dan mengacu pada teori kenyamanan pencapaian, zoning pada rumah sakit, dan teori konsep tatanan massa. Hasil analisis menunjukan bahwa kenyamanan pencapaian pada setiap kebutuhan medis cukup nyaman, dengan pola sirkulasi yang teratur dan zoning yang jelas ditambah adanya signage disetiap node dapat membantu pengunjung atau pasien dalam menemukan gedung medis yang dituju.Kata kunci: Rumah Sakit, multi massa, kenyamanan pencapaian, sirkulasi, pengguna bangunnan AbstraCTThe hospital is a supporting facility for the community in meeting physical needs when they are sick or when experiencing an emergency accident. Facilities and infrastructure available at the hospital are expected to provide comfort to patients, as well as medical and non-medical staff. The means of circulation become a hub of activity in a building. A good circulation pattern will facilitate building users in their activities. The design design of the Dustira Hospital applies the concept of building with a multi-mass order. The impact of this concept causes each building in the region to have different achievement distances. The purpose of this study aims to measure the level of comfort of achievement for users in the hospital area. The method of analysis is carried out qualitatively on the convenience of circulation which is described descriptively and refers to the theory of comfort of achievement, zoning in hospitals, and the theory of the concept of mass order. The results of the analysis show that the comfort of achievement in each medical need is quite comfortable, with regular circulation patterns and clear zoning plus the presence of signage in each node can help visitors or patients find the intended medical building.Keywords: Hospital, multi mass, comfort achievement, circulation, building users
KAJIAN KENYAMANAN RUANG DITINJAU DARI TATANAN RUANG-DALAM BANGUNAN GPH PLTP DI RANTAU DEDAP Theresia - Pynkyawati
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 5, No 1 (2022): Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2022
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v5i1.43956

Abstract

Bangunan Geothermal Power House (GPH) merupakan rumah pembangkit bagian dari bangunan PLTP Rantau Dedap yang berlokasi di Muara Enim, Sumatera Selatan. Di dalam bangunan terjadi proses pengkonversian energi panas bumi menjadi daya listrik dimana didalamnya berisikan 75% peralatan utilitas dan 25% pekerja. Peralatan utilitas didalam bangunan mengeluarkan panas yang mempengaruhi suhu ruang dan desain bangunan. Perencanaan arsitektur baik dari luasan maupun tatanan ruang penting untuk menunjang aktivitas didalamnya. Desain ruang-dalam yang baik akan meminimalisir suhu tinggi dan mempermudah pergerakan aktivitas di dalam bangunan tersebut. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan ditinjau dari desain ruang-dalam yang dirasakan oleh pengguna akibat banyaknya komponen utilitas dalam ruangan. Metoda penelitian menggunakan metoda analisa deskriptif secara kualitatif dari pola tatanan ruang dan sirkulasi serta kuantitatif dari bukaan ruang dengan membandingkan antara teori dan data lapangan. Hasil kajian terhadap perancangan menunjukkan bahwa bangunan GPH PLTP memenuhi standar kenyamanan bangunan ditinjau dari bukaan, pola tatanan ruang dan sirkulasi dalam bangunan.Kata Kunci: GPH, Bukaan, Pola Tatanan Ruang, Sirkulasi
PEMBUATAN DOKUMENTASI DAN SOSIALISASI PEMELIHARAAN MATERIAL PADA BANGUNAN KLENTENG DEWI WELAS ASIH CIREBON Nurtati soewarno; Theresia Pynkyawati
Lentera Karya Edukasi Vol 1, No 1 (2021): Jurnal LENTERA KARYA EDUKASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Pengembangan dan Kajian Sarana dan Prasarana Pendidikan (P2K Sarprasdik)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.921 KB)

Abstract

Abstract: The existence of a temple as a cultural heritage building deserves special attention. The temple is one of the old Chinese buildings founded by Chinese immigrants around the 16th century AD. Currently several temples have been declared as cultural heritage buildings, one of it’s the Dewi Welas Asih Temple in the city of Cirebon, West Java. Therefore, conservation and maintenance actions are needed, especially for building materials. The Itenas Bandung architecture study program in collaboration with the STT Cirebon architecture study program assisted by students helping the Kacapi Batara community to make documentation and material maintenance designs on old Chinese buildings in the city of Cirebon. Documentation is generally written in Kanji characters which are no longer known by future generations due to the political situation which has not allowed for cultural regeneration for approximately 32 years. In addition, replacement of managers are generally regenerated without a formal handover of documents. The initial step of this activity was started by studying the history of the establishment and other factors related to the development of the temple. Additional data were obtained by conducting interviews with the elders and administrators of the temple. The next step is a field visit to take measurements, shoot and sketch of architectural details and decorations. Measuring and taking pictures not only of buildings but also of heirlooms that are outside and inside the building. The data obtained were then analyzed to produce a drawing document including floor plans, views, sections, and plans for the proposed building material maintenance efforts. Documentation can be historical evidence in the past to be studied not only by future generations but also by the general public as one of the cultural heritage of the Indonesian nation. Abstrak: Keberadaan klenteng sebagai bangunan cagar budaya selayaknya patut mendapat perhatian khusus. Klenteng merupakan salah satu bangunan tua Tionghoa yang didirikan imigran Tinghoa sekitar abad ke 16 Masehi.  Saat ini beberapa Klenteng telah dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya, salah satunya adalah Klenteng Dewi Welas Asih di kota Cirebon Jawa Barat. Oleh karenanya diperlukan tindakan konservasi dan pemeliharaan terutama pada material bangunannya. Progam studi arsitektur Itenas Bandung bekerja sama dengan program studi arsitektur STT Cirebon dibantu oleh mahasiswa membantu komunitas Kacapi Batara membuat dokumentasi serta rancangan pemeliharaan material pada bangunan tua Tionghoa di kota Cirebon. Dokumentasi umumnya ditulis dalam huruf Kanji yang sudah tidak dikenal oleh generasi penerus karena situasi politik yang tidak memungkinkan terjadinya regenerasi budaya selama kurang lebih 32 tahun. Selain itu penggantian pengelola umumnya secara beregenerasi tanpa serah terima dokumen secara formal. Langkah awal kegiatan ini dimulai dengan mempelajari sejarah pendirian dan faktor lain yang berkaitan dengan perkembangan klenteng. Data tambahan diperoleh dengan melakukan wawancara kepada para sesepuh dan pengelola klenteng. Langkah berikutnya adalah kunjungan ke lapangan untuk melakukan pengukuran, pemotretan dan pembuatan sketsa detail-detail arsitektur dan ragam hias. Pengukuran dan pengambilan gambar tidak hanya pada bangunan tetapi juga pada benda-benda pusaka yang terdapat di luar dan dalam bangunan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga menghasilkan dokumen gambar meliputi gambar denah, tampak, potongan, serta rancangan upaya pemeliharaan material bangunan yang diusulkan. Dokumentasi dapat menjadi bukti sejarah di masa lampau untuk dipelajari tidak saja oleh generasi penerus tetapi juga oleh masyarakat umum sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia
PENERAPAN DESAIN MODERN VERNACULAR PADA BANGUNAN LABDA PARAHYANGAN EXHIBITION DI KOTA BARU PARAHYANGAN Ulya Zhafira Arifin; Theresia Pynkyawati
Jurnal Arsitektur Vol. 13 No. 2 (2021): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1569.972 KB) | DOI: 10.59970/jas.v13i2.33

Abstract

Di awal milenium baru, di era perkembangan teknologi dan globalisasi yang pesat, arsitektur vernakular masih berada pada posisi marginal. Hal ini sebagian besar diabaikan dalam desain dan kegunaan pada arsitektural , dan pengakuan atas keterampilan pembangun lokal di dunia masih terbatas. Dalam menghadapi penyangkalan terus-menerus akan pentingnya arsitektur vernakular, di abad ke-21 ini pertanyaan tentang fungsi dan signifikansi masih bergulir. Penerapan konsep modern vernacular pada disain untuk menunjukkan bahwa pendekatan semacam itu akan memungkinkan implementasi aktif pengetahuan vernakular dalam konteks kontemporer, dan akan menunjukkan bahwa masih ada tempat untuk berkembangnya arsitektur vernakular. Penerapan vernacular modern pada Labda Parahyangan Exhibition (LPE) dalam bentukan bangunan traditional adat sunda dengan penggabungan material lokal pada fasad bangunan dan bentukan interior kontemporer diterapkan pada alur sirkulasi yang dapat mengurangi adanya kerumunan berlebih pada era pandemi covid-19. Penerapan konseptersebut diharapkan menjadi keselarasan antar desain traditional dengan kegunaan bangunan eksibisi dan konferensi yang dapat menjadikan LPE sebagai bangunan yang interaktif sertamencerminkan tempat, budaya sunda di kota baru parahyangan
PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA BANGUNAN APARTEMEN KAHIRUPAN Muhammad Yusrizal Mahendra; Theresia Pynkyawati
Jurnal Arsitektur Vol. 14 No. 1 (2022): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1783.557 KB) | DOI: 10.59970/jas.v14i1.38

Abstract

Indonesia merupakan negara yang tersusun atas berbagai macam daerah dan kepualauan yang memiliki keberagaman suku, tradisi, suku, seni dan bahkan arsitektur vernakularnya masing-masing. Nilai-nilai tradisional pada suatu daerah mencirikan keunikan dan keindahan dari daerah tersebut. Namun, seiring perkembangan zaman, nilai-nilai tradisional mulai luntur karena dianggap sebagai sesuatu hal yang kuno tergantikan dengan nilai-nilai modern. Permasalahan ini juga tidak luput di daerah Jawa Barat khususnya di Kota Bandung sehingga diperlukannya sebuah solusi desain yang dapat melestarikan kembali nilai-nilai tradisional tersebut dan juga dapat mengakomodasi perkembangan zaman. Salah satu solusi yang dapat diterapakan adalah mengusung penerapan Neo Vernakular Sunda pada desain bangunan yang akan dibangun. Neo Vernakular merupakan sebuah konsep yang dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan unsur-unsur dari suatu budaya. Rancangan dari bangunan Apartemen Kahirupan akan menerapkan tema Neo Vernakular Sunda yang akan memiliki fungsi sebagai bangunan hunian dan juga komersil perbelanjaan. Selain itu, bangunan apartement juga akan menjadi wadah yang akan mengedukasi, menyadarkan, dan memeprekenalkan masyarakat dan wisatawan akan nilai-nilai dan identitas sunda berhubung Kota Bandung merupakan ibukota Jawa Barat yang merupakan daerah berbudaya Sunda.
PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR SUNDA PADA RANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG EMPAT DI BANDUNG Awalia Azhari Nurul Azizah; Theresia Pynkyawati
Jurnal Arsitektur Vol. 14 No. 1 (2022): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1881.426 KB) | DOI: 10.59970/jas.v14i1.40

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki logo nasional yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk namun tetap satu. Secara keseluruhan masyarakat Indonesia terdiri dari 300 suku bangsa. Salah satunya merupakan suku sunda yang berada di Jawa Barat. Merancang sebuah Hotel Bisnis dengan tema Neo-Vernakular Sunda merupakan sebuah upaya untuk memperkenalkan kebudayaan khas sundayang merupakan kebudayaan tertua di Nusantara. Dengan penggunaan material tradisional pada area eksterior dan interior serta ornamen-ornamen kebudayaan khas Jawa Barat diharapkan hotel bisnis ini dapat mengembangkan serta memperkenalkan kebudayaan kepada masyarakat baik para pengunjung maupun para penduduk sekitar