Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pelatihan Penulisan Teks Cerita Inspiratif di SMP Negeri 21 Tangerang Selatan Nasrul Nasrul; Velayati Khairiah Akbar; Aryani Aryani; Endin Saparudin
Jurnal Abdidas Vol. 2 No. 4 (2021): August Pages 725-1020
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v2i4.381

Abstract

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melakukan pelatihan penulisan yang menjadi sasaran utamanya adalah siswa-siswi di sekolah. Berdasarkan studi keadaan dan situasi, bahwa masih banyak siswa-siswi yang belum memahami tata cara penulisan teks cerita inspiratif. Selain itu, siswa belum begitu menjiwai pengalaman kehidupan dijadikan teks inspiratif. Para siswa akan diarahkan dan dibimbing untuk menulis teks, kemudian menjabarkan mencari cerita yang menarik untuk dibaca. Metode dalam penyampaian dengan menggunakan metode ceramah dengan menggunakan daring Google Meet. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pengalaman dan pemahaman siswa dalam menulis teks yang dapat diaplikasikan untuk mata pelajaran menulis dan karya sastra untuk siswa.
Tokoh-Tokoh Dalam Penjara Bahasa Endin Saparudin; Arip Senjaya; Alfi Bahaviani
Jurnal Inovasi dan Kreativitas (JIKa) Vol. 2 No. 1 (2022): Februari
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jika.v2i1.4879

Abstract

Problem: In an interview in 2004, female writer Linda Christanty admitted that she had used politics as the initial foundation of her writing career. Furthermore, for Christanty, writing both literature and journalism is not only a celebration of pleasure, but also her choice and opportunity to take action. Unfortunately, in Christanty’s three published anthologies of short stories, namely Kuda Terbang Maria Pinto (2004), Rahasia Selma (2010), and Seekor Anjing Mati di Bala Murghab (2012), the politics turns out to be neither a dominant nor an explicit theme. Christanty appears to “merely” hands out the theme of politics as a story filler which is barely alluded while putting more emphasis on inter-relationships among human beings (the characters within her short stories). In fact, the majority of Christanty’s short stories’ protagonists often seem to try to take a form of identity that is acceptable to their social surroundings. Purpose: this writing will attempt to examine the desires of the three anthologies’ protagonists while also proving that these characters have experienced symbolic violence as they have been linguistically repressed. Methodology: Hence, using Lacanian Psychoanalysis, this writing will attempt to examine the desires of the three anthologies’ protagonists while also proving that these characters have experienced symbolic violence as they have been linguistically repressed. Consequently, the protagonists of Christanty’s short stories always find themselves in a constant tension between the Symbolic and the Real. Results/Finding: Furthermore, this evidences that these protagonists are perpetually trapped in linguistic confinement, which ends up in forming chains of significations to the Imaginary. These characters have been eternally cursed to desire slippery linguistic signifiers as they have been anchored by Name-of-the-Father (Nom du Pere) through the socio-cultural order that influences the characters themselves. Paper Type: Literature studies Keywords: short stories, Linda Christanty, Lacanian Psychoanalysis, Linguistic Confinement
SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI RITUAL ADANG PADA MASYARAKAT SERANG Farid Ibnu Wahid; Subhan Widiansyah; Endin Saparudin
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i1.19862

Abstract

Abstrak  Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif karena akan memperoleh gambaran tentang bagaimana Solidaritas Sosial dalam tradisi ritual Adang berjalan dimasyarakat. Setiap penelitian tentu memiliki masalah tertentu yang menjadi bahan kajiannya. Pada penelitian ini ingin melihat bagaimana Solidaritas Sosial dalam Tradisi Ritual Adang pada masyarakat Kabupaten Serang. Untuk meringankan dan membantu dalam pelaksanaan upacara hajat pernikahan masyarakat harus saling bekerjasama. Adang adalah realisasi dari bentuk kerjasama/gotong royong; dalam keadaan perasaan social yang tinggi; tidak ada pembedaan antara status social, suku dan ras. Oleh karena itu perlu dipahami tradisi-tradisi yang ada di masyarakat Serang saat ini guna mendorong terbangunnya rasa kebersamaan diantara masyarakat, dan jika ditelaah dari tahapan kegiatannya, jenis solidaritas yang ada pada tradisi ritual Adang ini ditinjau dari teori solidaritas social. Tradisi ritual Adang sebagai tradisi social keagamaan turun temurun dan terus dilakukan sampai dengan saat ini sebagai syarat akan solidaritas. Tingkat partisipasi masyarakat dalam membantu mensukseskan tradisi Adang dengan mengesampingkan keperluan pribadi mereka menunjukkan eksistensi Solidaritas Sosial dalam tradisi tersebut. Rasa saling percaya anggota komunitas dengan anggota lainnya. Solidaritas ditandai dengan persatuan, persahabatan, dan rasa saling percaya yang berkembang sebagai hasil dari tugas bersama dan kepentingan bersama diantara orang-orang yang menjadi point pokok dari fundamental solidaritas yang ditemukan pada Tradisi Adang. Selain itu, aspek keseragaman pemahaman agama juga hadir; mereka menganut agama yang sama dan berbagai pemahaman yang sama, umumnya sebagai alasan utama dalam pelaksanaan tradisi yang ada. Semangat gotong royong dan pembagian kerja berdasarkan fungsi dan kemampuan yang ditemukan dalam tradisi ini menunjukkan wujud bentuk-bentuk solidaritas yang akhirnya turut memperkokoh ikatan silaturahmi dan kerjasama antar masyarakat muslim di Serang. Kata-kata Kunci: Solidaritas Sosial, Tradisi Ritual Adang,
Dinamika Panggung Kritik Sastra Indonesia Fadhilla, Indah; Saparudin, Endin
Narasi: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya Vol. 1 No. 1 (2023): April
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/narasi.v1i1.875

Abstract

Produksi kritik sastra Indonesia berasal dari lingkup akademisi dan praktisi. Kritik sastra yang dihasilkan di lingkup akademisi biasanya berasal dari skripsi, tesis, dan disertasi mahasiswa Jurusan Sastra. Sedangkan kritik sastra yang dihasilkan di lingkup praktisi biasanya berasal dari sayembara kritik sastra atau dipublikasi di majalah/koran. Penelitian ini memaparkan analisis terhadap kritik sastra yang dilakukan di dalam dan di luar kampus menggunakan teori resepsi sastra. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan ciri produksi kritik sastra berdasarkan ruang lingkup yaitu dalam penggunaan teori; bentuk dan gaya tulisan; refleksi tulisan; dan luaran yang dihasilkan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai teori dan metode yang digunakan dalam penulisan kritik sastra dari lingkup akademisi dan praktisi sebagai pembanding yang dapat digunakan ketika melakukan telaah terhadap karya sastra.
Relasi Kuasa dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari Alfiansyah; Saparudin, Endin
Narasi: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya Vol. 1 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/narasi.v1i2.1818

Abstract

Jurnal ini membahas analisis relasi kuasa dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan menggunakan pendekatan postmodernisme dan teori relasi kuasa Michel Foucault. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mendalami dan memahami bentuk-bentuk relasi kuasa yang terdapat dalam novel. Data dikumpulkan melalui teknik studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat aspek relasi kuasa dalam novel ini. Pertama, terdapat 48 data relasi kuasa atas pikiran yang mencakup tokoh Sasana dan Cak Jek, serta interaksi antara keduanya. Kedua, terdapat 23 data relasi kuasa atas tubuh individu yang terfokus pada pengalaman Sasana dan Cak Jek dalam menghadapi konflik mayoritas dan minoritas, terutama terkait dengan identitas waria dan orang dalam gangguan jiwa. Ketiga, terdapat 9 data relasi kuasa atas tubuh sosial yang melibatkan Sasana dan Cak Jek dalam komunitas agama dan lingkungan sekitar. Keempat, terdapat 7 data mengenai media penyebaran informasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan memanipulasi opini publik terhadap kedua tokoh. Penelitian ini memberikan pemahaman dan interpretasi tentang bentuk-bentuk relasi kuasa dalam novel Pasung Jiwa, yang menggambarkan kompleksitas konflik sosial, identitas, dan penyelewengan kekuasaan.
Dinamika Panggung Kritik Sastra Indonesia Fadhilla, Indah; Saparudin, Endin
Narasi: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya Vol. 1 No. 1 (2023): April
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/narasi.v1i1.875

Abstract

Produksi kritik sastra Indonesia berasal dari lingkup akademisi dan praktisi. Kritik sastra yang dihasilkan di lingkup akademisi biasanya berasal dari skripsi, tesis, dan disertasi mahasiswa Jurusan Sastra. Sedangkan kritik sastra yang dihasilkan di lingkup praktisi biasanya berasal dari sayembara kritik sastra atau dipublikasi di majalah/koran. Penelitian ini memaparkan analisis terhadap kritik sastra yang dilakukan di dalam dan di luar kampus menggunakan teori resepsi sastra. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan ciri produksi kritik sastra berdasarkan ruang lingkup yaitu dalam penggunaan teori; bentuk dan gaya tulisan; refleksi tulisan; dan luaran yang dihasilkan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai teori dan metode yang digunakan dalam penulisan kritik sastra dari lingkup akademisi dan praktisi sebagai pembanding yang dapat digunakan ketika melakukan telaah terhadap karya sastra.
Relasi Kuasa dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari Alfiansyah; Saparudin, Endin
Narasi: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya Vol. 1 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/narasi.v1i2.1818

Abstract

Jurnal ini membahas analisis relasi kuasa dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan menggunakan pendekatan postmodernisme dan teori relasi kuasa Michel Foucault. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mendalami dan memahami bentuk-bentuk relasi kuasa yang terdapat dalam novel. Data dikumpulkan melalui teknik studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat aspek relasi kuasa dalam novel ini. Pertama, terdapat 48 data relasi kuasa atas pikiran yang mencakup tokoh Sasana dan Cak Jek, serta interaksi antara keduanya. Kedua, terdapat 23 data relasi kuasa atas tubuh individu yang terfokus pada pengalaman Sasana dan Cak Jek dalam menghadapi konflik mayoritas dan minoritas, terutama terkait dengan identitas waria dan orang dalam gangguan jiwa. Ketiga, terdapat 9 data relasi kuasa atas tubuh sosial yang melibatkan Sasana dan Cak Jek dalam komunitas agama dan lingkungan sekitar. Keempat, terdapat 7 data mengenai media penyebaran informasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan memanipulasi opini publik terhadap kedua tokoh. Penelitian ini memberikan pemahaman dan interpretasi tentang bentuk-bentuk relasi kuasa dalam novel Pasung Jiwa, yang menggambarkan kompleksitas konflik sosial, identitas, dan penyelewengan kekuasaan.
MENYOAL RAJAH DAN PASADUAN DALAM STRUKTUR TEKS CARITA PANTUN BADUY Saparudin, Endin; Fitriyah, Atiqotul; Yoesoef, M.; Nariswari, Fitria Sis; Siagian, Alfian
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article explores the text structure of Kanekes (Baduy) carita pantun, focusing on the presence of rajah, previously understood as the beginning and end of the text (functioning as 'prayers and supplications' to the ancestors). Through analysis of documentation from J.J. Meijer (1891), Wim van Zanten (1977), as well as recent fieldwork (2022-2023), it was found that the rajah was not always in this position. This research uses an ethnographic approach and was conducted in August-October 2022 and September-October 2023 in Kanekes, Leuwidamar, Banten. Nine informants who work as pemantun and responders were recruited. Data were obtained through interview and recording techniques in three agrarian rituals (rice planting, house inauguration, and marriage). Based on the field data, it is found that the text of Baduy carita pantun in the three rituals has a unique different structure, with the pasaduan element not at the beginning and end, but after bangbalikan/usualan. In addition, panunda (intermediary) repetition also plays an important role. This finding challenges previous views and shows the complexity of the Baduy carita pantuntext structure that is different from other Sunda Tatar regions. The results of this study contribute to the understanding of the patterns of carita pantun in Baduy community based on field data and carita pantun texts that have been collected by previous researchers (Pleyte, Zanten, and Rosidi); knowledge about the aspects of preserving intangible cultural heritage among the Baduy (Kanekes) community which can be illustrated through agricultural ritual activities routinely carried out; and this study illustrates the current condition of carita pantun in Baduy (Kanekes) in the midst of cultural changes in the supporting community.