Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

EKSTRAK METANOL TERIPANG (Holothuria scabra) MENURUNKAN EKSPRESI GEN COX-2 PADA HEPAR MENCIT (Mus musculus) BETINA GALUR C57BL YANG DIINDUKSI DMBA DAN HIGH FAT DIET Sariwidyantry, Raden Ghita; Maratantiningtyas, Demes Chornelia; Ratnawati, Hana; Liliana, Teresa; Sanjaya, Ardo
Jurnal Medika Malahayati Vol 7, No 4 (2023): Volume 7 Nomor 4
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v7i4.11277

Abstract

Abstrak : Ekstrak Metanol Teripang (Holothuria scabra) Menurunkan Ekspresi Gen Cox-2 Pada Hepar Mencit (Mus musculus) Betina Galur C57BL Yang Diinduksi DMBA dan High Fat Diet. Saat ini NAFLD banyak dikenal sebagai penyebab utama penyakit hepar kronis di Asia, dimana diperkirakan sepertiga populasi negara berkembang memiliki bukti adanya steatosis dengan mayoritas berada pada kondisi simple steatosis (70-90%). Sama seperti penyakit hepar kronis pada umumnya, NAFLD juga didasari oleh mekanisme stres oksidatif yang melibatkan mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-6, tromboksan, dan prostaglandin yang diketahui mampu meregulasi reaksi inflamasi dan pertumbuhan kanker pada kolon dan hepar. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor mencit betina galur C57BL yang diinduksi DMBA dan diberi pakan tinggi lemak, dibagi dalam 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang diberi ekstrak metanol teripang dengan dosis 0,33 g/KgBB ; 0,66 g/KgBB ; 0,99 g/KgBB selama 6 minggu. Mencit dikorbankan, kemudian organ hepar diekstraksi dan dilakukan pemeriksaan ekspresi gen COX-2 dengan metode semikuantitatif RT-PCR. Hasil penelitian diuji secara statistik menggunakan ANOVA dan Post Hoc Test Tukey HSD yang menunjukkan hasil signifikan dengan nilai P<0,001. Ekspresi gen COX-2 berbanding terbalik dengan konsentrasi ekstrak metanol teripang. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol teripang memiliki efek antiinflamasi melalui cara menurunkan ekspresi gen COX-2.
Perbandingan Pemberian Krim Feniletil Resorsinol dan Krim Hidrokuinon 2% dalam Memperbaiki Derajat Pigmentasi Melasma Angeline, Stephanie; Jasaputra, Diana Krisanti; Ratnawati, Hana
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 9 (2024): Volume 11 Nomor 9
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i9.15755

Abstract

Melasma adalah kondisi hiperpigmentasi epidermis dan dermis yang ditandai oleh makula kecoklatan pada wajah, sering ditemukan pada wanita usia 30-70 tahun di negara tropis seperti Indonesia. Hidrokuinon 2% adalah regimen topikal efektif untuk melasma, namun penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi dapat menyebabkan okronosis dan dermatitis kontak. Feniletil resorsinol, senyawa pencerah alami yang menghambat aktivitas enzim tirosinase, dianggap lebih aman. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas krim feniletil resorsinol dan krim hidrokuinon 2% dalam menurunkan derajat pigmentasi melasma. Uji klinik double blind dilakukan pada wanita menopause dengan melasma wajah, dibagi menjadi dua kelompok (masing-masing 27 subjek): kelompok A (krim feniletil resorsinol) dan kelompok B (krim hidrokuinon 2%). Krim digunakan setiap malam, diikuti dengan sunscreen SPF 20 setiap pagi hingga siang. Derajat pigmentasi diukur menggunakan skin analyzer Tab A One sebelum dan setelah 30 hari. Hasil menunjukkan penurunan derajat pigmentasi yang signifikan pada kedua kelompok (p=0,000), dengan rerata skor pasca-perlakuan kelompok A (6,41) lebih rendah dibandingkan sebelum perlakuan (13,33), dan kelompok B dari 13,23 menjadi 7,37. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok (p=0,326). Simpulan: krim feniletil resorsinol dan hidrokuinon 2% sama-sama efektif menurunkan derajat pigmentasi melasma.
Efektivitas Krim Kombinasi Anti Akne (Retinyl Palmitate 0,2%, Potassium Azeloyl Diglycinate 3%) Dibandingkan Krim Tretinoin Untuk Terapi Akne Vulgaris Pada Pasien di Klinik “X” Kota Bandung Gabriella, Raissa; Jasaputra, Diana Krisanti; Ratnawati, Hana
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 12 (2024): Volume 11 Nomor 12
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i12.16201

Abstract

Akne vulgaris merupakan penyakit umum pada unit pilosebasea yang disebabkan oleh meningkatnya produksi sebum, hiperkeratinisasi folikel, kolonisasi bakteri dan inflamasi. Berbagai panduan tatalaksana akne vulgaris terbaru menganjurkan penggunaan obat-obatan untuk akne vulgaris dengan mekanisme kerja yang berbeda yang menargetkan aspek-aspek patogenesis akne vulgaris secara bersamaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas krim kombinasi anti akne (retinyl palmitate 0,2%, potassium azeloyl diglycinate 3%) dibandingkan krim tretinoin 0,025% untuk terapi akne vulgaris pada pasien akne vulgaris derajat ringan hingga sedang. Penelitian kuantitatif intervensional ini dilakukan pada 50 pasien pria berusia 18-30 tahun dengan akne vulgaris derajat ringan hingga sedang yang dibagi dengan tabel randomisasi menjadi dua kelompok (masing-masing 25 subjek) : kelompok 1 (krim kombinasi anti akne) dan kelompok 2 (krim tretinoin 0,025%). Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran derajat akne vulgaris sebelum dan setelah perlakuan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan penurunan derajat akne vulgaris yang signifikan pada kedua kelompok, dengan rerata skor derajat akne vulgaris pasca perlakuan kelompok 1 (0,16) lebih rendah dibandingkan sebelum perlakuan (1,72) dan pada kelompok 2 dari 1,60 menjadi 0,20. Uji T tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok perlakuan. Krim kombinasi anti akne dan tretinoin 0,025% memiliki efektivitas yang setara dalam menurunkan derajat akne vulgaris.
The Potency of Centella asiatica Leaf Extract on VEGF Expression and Angiogenesis in Second-Degree Burn Wound in Mice Utoyo, Frederick Surya; Widowati, Wahyu; Ratnawati, Hana
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 32 No. 1 (2025): January 2025
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4308/hjb.32.1.140-146

Abstract

Burn injuries present a significant global health challenge, with the highest incidence rates reported in Southeast Asia, including Indonesia. Healing burn wounds is a complex and dynamic process involving various cellular and molecular mechanisms, prominently featuring the role of Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) in tissue regeneration and wound repair. VEGF is crucial for inducing and regulating angiogenesis and supplying oxygen and nutrients to the healing tissue. This study aims to evaluate the potential of pegagan (Centella asiatica) leaf extract cream 1%, 3%, and 5% daily for 14 days in enhancing VEGF expression and angiogenesis in second-degree burn wounds in mice (Mus musculus). This study investigates the application of C. asiatica extract cream on second-degree burn wounds in mice, comparing its effects on VEGF protein expression and angiogenesis to those of base cream and silver sulfadiazine cream, with outcomes evaluated using immunohistochemistry (IHC) and hematoxylin and eosin (HE) staining methods. Our findings suggest that C. asiatica extract cream promotes reduced burn wound size, significant upregulated VEGF expression, and enhanced angiogenesis in treating burn wounds compared to positive control, with a 5% dose having the best result. The study concludes that C. asiatica extract cream may effectively treat burn wound healing through enhancing VEGF expression and angiogenesis.
MATRIKS METALOPROTEINASE (MMP), ENZIM PENDEGRADASI KOLAGEN SEBAGAI TARGET UNTUK ANTIPENUAAN Putri, Fanny Karuna; Wargasetia, Teresa Liliana; Ratnawati, Hana
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8 No 2 (2025): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makin bertambahnya usia, orang dewasa mengalami kondisi kulit yang menua. Faktor yang dapat menyebabkan proses terjadinya penuaan kulit yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik utama sebagai penyebab dalam mempercepat proses penuaan kulit yaitu pajanan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet (UV), sehingga penuaan kulit tersebut sering disebut sebagai photoaging. Matriks metaloproteinase (MMP) adalah kelompok enzim pendegradasi kolagen yang diketahui berperan penting dalam peningkatan penuaan kulit secara ekstrinsik akibat pajanan sinar matahari (photoaging) pada kulit. Radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari menyebabkan akumulasi reactive oxygen species (ROS) sehingga semakin meningkat pula kadar matriks metaloproteinase dan kerusakan kolagen pada kulit. Secara spesifik, MMP1 menginisiasi degradasi dari serat kolagen tipe I dan III, yang selanjutnya degradasi dilanjutkan oleh MMP3 dan MMP9. Oleh karena itu pengetahuan mendalam terkait enzim-enzim MMP yang berperan dalam degradasi kolagen menjadi penting sebagai target pencegahan penuaan kulit dan terapi antipenuaan kulit. Kata kunci: MMP, penuaan kulit, photoaging DOI : 10.35990/mk.v8n2.p185-197