Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Terapi Diseksi Aksila dan Usia Terhadap Kejadian Limfedema Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dharmais Jakarta Bernadus Sadu
JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI) Vol 6 No 1 (2021): Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI)
Publisher : STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51143/jksi.v6i1.267

Abstract

Limfedema pada kanker payudara adalah terganggunya sistem limfatik sehingga menimbulkan akumulasi cairan yangkaya dengan protein di ruang interstisial dan pada akhirnya secara klinis disajikan sebagai pembengkakan lengan, bahu,leher, atau daerah thorak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar risiko terjadinya limfedema padapasien kanker payudara setelah menjalani terapi diseksi aksila dan usia. Metode penelitian ini merupakan analisis lanjutberdasarkan penelitian induk, menggunakan desain case-contro studyl pendekatan multicenter dengan total 110 subjek.Wawancara dan pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian, terapi diseksi aksila pada pasien kankerpayudara tidak menyebabkan limfedema. Pasien kanker payudara usia ≥ 50 tahun yang mengalami limfedema sebesar57,1% dan usia < 50 tahun yang mengalami limfedema sebesar 48,1%. Kesimpulan, terapi diseksi aksila tidakberpengaruh terjadinya limfedema pada pasien kanker payudara (aOR = 0,8), sedangkan pasien kanker payudara berusiadiatas 50 tahun 1,4 kali lebih berisiko mengalami limfedema (OR = 1,4). Kata Kunci: Kanker Payudara, Diseksi Aksila, Limfedema, Tanpa Limfedema.
SOSIALISASI RISIKO DAN LATIHAN PENCEGAHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) TERKAIT PENGGUNAAN GAWAI PADA MAHASISWA ASRAMA PUTRA STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN Bernadus Sadu; Ninuk Kusumawati
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM) Vol 3 No 2 (2021): Jurnal Suaka Insan Mengabdi (JSIM)
Publisher : STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51143/jsim.v3i2.313

Abstract

Penggunaan gawai/gadget sangat membantu seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas.Namun penggunaan perangkat teknologi seperti gawai/gadget secara berlebihan (dengan posisi tanganyang salah) dapat menyebabkan munculnya masalah kesehatan seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS).CTS merupakan sekumpulan gejala yang muncul diarea pergelangan tangan dan jari-jari tangan (jari-Isampai dengan sebagian jari-IV) disebabkan oleh terjadinya penekanan/kompresi pada saraf medianusdi pergelangan tangan (carpal tunnel). Sosialisasi terkait CTS perlu dilakukan untuk meningkatkanpengetahuan mahasiswa asrama putra STIKes Suaka Insan tentang risiko dan latihan sederhanapencegahan CTS. Sosialisasi dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi latihanpencegahan CTS diikuti seluruh peserta. Untuk melihat tingkat pengetahuan peserta terkait risiko danlatihan pencegahan CTS maka dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan peserta dengan melakukanpre-test dan post-tes menggunakan angket. Hasil pre-test 90.9% peserta menjawab tidak tahu, sedangkansetelah sosialisasi/post-test didapatkan 77,3% peserta menjawab tahu dan sisanya pada kategri sangattahu dan sedikit tahu. Sosialisasi cukup berhasil ditandai dengan antusiasme peserta dengan memberikanbanyak pertanyaan saat sesi diskusi dan partisipasi peserta memperagakan latihan pencegahan CTS.
PENGABDIAN MASYARAKAT “PEMBERIAN TES FUKUDA UNTUK MENGETAHUI GANGGUAN KESEIMBANGAN PADA LANSIA" Dadan Prayogo; Julfiana Mardatillah; Utomo Wicaksono; Bernadus Sadu; Akhmad Ridhani
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 3 No. 11: Nopember 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jpm.v3i11.8986

Abstract

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi dari tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan tergantung pada input terus menerus dari tiga system yaitu system vestibular, system propioseptif dan system visual serta integrasinya dengan batang otak dan serebelum. Tujuan dari pelaksanaan pengmas ini adalah untuk mengetahui gangguan keseimbangan pada lansia. Metode yang diperguanakan terdiri dari metode ceramah untuk menjelaskan tentang materi yang akan diberikan yaitu mengenai menjaga keseimbangan lansia, dan metode demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan tes fukuda untuk mengetahui gangguan keseimbangan pada lansia. Pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh lansia yang hadir di acara pengabdian masyarakat sebanyak 22 lansia. Hasil pengabdian masyarakat dari 22 responden berdasarkan tabel hasil tes fukuda stepping test usia rata-rata yaitu 65,32, jarak rerata perpindahan (cm) 33,68 (normal: jarak perpindahan: < 40 cm), untuk derajat rerata rotasi yaitu 39,77 (normal: derajat rotasi: < 45 derajat), sedangkan untuk arah perpindahan terbanyak yaitu ke arah kanan atas dengan jumlah 13 lansia. Bisa disumpulkan bahwa rerata keseimbangan lansia dari 22 responden di Yayasan Uma Kandung masih dalam batas normal
HUBUNGAN SATURASI OKSIGEN (SPO₂) SAAT LATIHAN DENGAN KEMAMPUAN VO₂MAX STUDENT ATHLETE SMA DI BANJARMASIN Ridhani, Akhmad; Bernadus Sadu; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Uswatun Hasanah; Juliani Saputri; Sally Pobas
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 3: Agustus 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemampuan VO₂max merupakan indikator utama kebugaran kardiovaskular yang sangat dipengaruhi oleh efisiensi sistem respirasi, salah satunya ditunjukkan melalui nilai saturasi oksigen (SpO₂) saat latihan. Meskipun VO₂max telah banyak dikaji, hubungan langsungnya dengan SpO₂ selama aktivitas fisik intens pada populasi remaja atlet masih belum banyak dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara SpO₂ saat latihan dengan kemampuan VO₂max pada siswa putra SMA yang aktif mengikuti kegiatan olahraga di Kota Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain observasional cross-sectional. Data dikumpulkan dari 42 siswa melalui pengukuran SpO₂ menggunakan pulse oximeter saat mengikuti beep test dan estimasi VO₂max berdasarkan level akhir tes. Data yang telah dikategorikan dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara status SpO₂ dan VO₂max, di mana seluruh siswa dengan SpO₂ <95% memiliki VO₂max dalam kategori rendah, sedangkan hampir seluruh siswa dengan SpO₂ ≥95% memiliki VO₂max tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa SpO₂ saat latihan dapat menjadi indikator fungsional dalam mengevaluasi kapasitas aerobik remaja. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu fisiologi olahraga dan praktik evaluasi kebugaran, serta merekomendasikan penggunaan pemantauan SpO₂ sebagai alat bantu praktis dan prediktif dalam pembinaan atlet usia sekolah.
EFEKTIVITAS KOMBINASI MYOFASCIAL RELEASE DENGAN KINESIO TAPING UNTUK PENURUNAN NYERI PADA LANSIA RESIKO KNEE OSTEOARTHRITIS DI PUSKESMAS KENDAL KEREP Ridhani, Akhmad; Julfiana Mardatillah; Bernadus Sadu; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Uswatun Hasanah
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 3: Agustus 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jirk.v4i3.8287

Abstract

Latar Belakang : Osteoarthritis merupakan proses patologis dari berbagai gangguan yang dapat mengakibatkan kerusakan struktural dan fungsional sendi, terjadi karena tidak seimbangnya antara kerusakan dengan perbaikan pada jaringan sendi akibat adanya proses degeneratif yang sangat erat kaitannya dengan lansia. Permasalahan utama pada osteoarthritis adalah nyeri. Terdapat berbagai modalitas fisioterapi untuk membantu mengatasi permasalahan nyeri antara lain myofascial release dengan kinesio taping. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental yaitu non equivalen group design yang melibatkan 25 responden dengan teknik sampling purposive sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus yaitu myofascial release dengan kinesio taping (n=11) dan kelompok kontrol yaitu kinesio taping (n=14). Data dianalisa menggunakan wilcoxon test dan mann whitneyy test. Hasil: Hasil analisis uji mann whitneyy test antara kelompok myofascial release dengan kinesio taping dan kelompok kinesio taping diperoleh nilai signifikan penurunan nyeri 0,76 (p>0,05) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 ditolak, yang artinya tidak ada perbedaan pengaruh antara kelompok kombinasi myofascial release dengan kinesio taping dan kelompok kinesio taping untuk penurunan nyeri pada lansia resiko knee osteoarthritis. Kesimpulan: Kombinasi myofascial release dengan kinesio taping dengan kinesio taping saja sama-sama berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada lansia, tidak ada berperbedaan signifikan diantara kedua kelompok perlakuan.
PERBANDINGAN PENGARUH PILATES DAN CORE STABILITY TERHADAP PENURUNAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI CV. COOL CLEAN Mardatillah, Julfiana; Ridhani, Akhmad; Bernadus Sadu; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Uswatun Hasanah
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 3: Agustus 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jirk.v4i3.8290

Abstract

Latar Belakang : Low back pain merupakan sindroma klinik yang banyak dijumpai pada para pekerja, ditandai dengan nyeri sekitar tulang punggung bawah. Aktivitas kerja dengan posisi duduk dalam waktu yang lama adalah faktor penyebab timbulnya nyeri punggung bawah. Terdapat berbagai modalitas fisioterapi untuk membantu mengatasi permasalahan nyeri antara lain dengan pilates atau latihan core stability. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental with pre and post test two group design menggunakan purposive sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok intervensi yaitu kelompok pemberian latihan pilates (n=30) dan latihan core stability (n=30). Data dianalisis menggunakan uji independent t-test. Hasil: Hasil analisis uji independent t test perbandingan latihan pilates dengan core stability adalah t hitung > t tabel atau 3,125 > 2,002, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H1 diterima karena hasil menunjukkan bahwa dari intervensi latihan pilates memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan core stability. Sehingga dinyatakan latihan pilates lebih efektif daripada core stability. Kesimpulan: Intervensi latihan pilates dinyatakan lebih efektif dibandingkan latihan core stability terhadap penurunan nyeri punggung bawah.
Core strengthening dan breathing exercises sebagai intervensi antropometri pada perempuan obesitas Hasanah, Uswatun; Juliani Saputri; Akhmad Ridhani; Utomo Wicaksono; Dadan Prayogo; Bernadus Sadu; Rizky Ridhayanti
Bravo's: Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Vol 13 No 4 (2025): Bravo's: Journal of Physical Education and Sport Science
Publisher : Physical Education Departement of University PGRI Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32682/bravos.v13i4/193

Abstract

Obesity is a global health issue associated with an increased risk of metabolic diseases such as diabetes mellitus, hypertension, and cardiovascular disorders. Women are more susceptible to abdominal obesity due to higher visceral fat accumulation. This study aimed to investigate the effect of a combined core strengthening and breathing exercise program on reducing body mass index (BMI) and waist circumference in obese women. A one-group pretest-posttest design was used, involving 15 obese female participants aged 20–35 years. The intervention was conducted over six weeks, with a frequency of three sessions per week. The exercise program included core strengthening exercises (pelvic tilt, supine marching, bridge, modified and full bird-dog, side leg lift, wall plank, single-leg bridge, modified and full side plank, light curl-up, dynamic bridge, modified full plank, light wall sit, flutter kick, and superman hold) and breathing exercises (diaphragmatic breathing and pursed-lip breathing). BMI and waist circumference were measured before and after the intervention. Paired sample t-test results showed a significant reduction in BMI from 27.63 ± 0.76 to 26.61 ± 0.76 (p < 0.001) and in waist circumference from 91.07 ± 3.57 cm to 86.73 ± 3.22 cm (p < 0.001). These findings suggest that the combined exercise program is effective in improving anthropometric indicators related to obesity. This non-pharmacological intervention may be recommended for obesity management in women. Further research is needed to assess its long-term effects and potential integration with other lifestyle interventions such as dietary changes and health education. Further research is needed to assess its long-term effects and potential integration with other lifestyle interventions such as dietary changes and health education.