Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

DASENG SANGGALUHANG: A COMMUNITY WISDOM IN MANAGING MARITIME AND FISHERIES RESOURCE Bustami, Abdul Latif
LITERASI: Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : LITERASI: Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.603 KB)

Abstract

This article discusses daseng sanggaluhang as fishing community’s wisdom in managing maritime and fisheries resource in District Tatoareng Island, Sangihe Regency, North Sulawesi. For the discussion, it uses a qualitative design for analyzing field data collected through in-depth interviews, participant observation, and document studies. The article has some conclusions. Firstly, daseng Sanggaluhang by setting up a temporary home at the location of fishing ground for 3-6 months in accordance with customary rules loads on the suggestion and the prohibition in the management of marine resources and fisheries equipped with social sanctions for noncompliance. Secondly, daseng carries out in accordance with the dynamics of the community through strengthening the rule of customary rules through formal regulation. Thirdly, daseng functions as meaningful cosmos purification, conservation ecology, communalism, and regeneration principles. Fourthly, daseng loads rule-based ecological conservation that substantially contributes to the future of fishing communities themselves, especially to ensure ecological, social, and economic sustainability as a model of maritime development and sustainable fisheries. Keyword: community wisdom, daseng Sanggaluhang, Sangihe Island
Kampung, Tato, dan Identitas: Studi Dekonstruksi Makna Simbolik Kampung Tato Dini Anisa Sasqia; Luhung Achmad Perguna; Abd Latif Bustami
Sosial Budaya Vol 17, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v17i2.9914

Abstract

Identitas kampung tato diambil dari sebuah kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat sejak ±40 tahun yang lalu. Kebiasaan yang dilakukan dari waktu ke waktu ternyata menghasilkan konstruksi yang dapat memberikan label maupun cap kepada pelaku pencipta realitas. Artikel ini fokus kepada dekonstruksi makna kampung tato. Dengan menggunakan metode kualitatif yang didukung teknik pengumpulan data purposive sampling. Hasil dari data yang telah didapat dengan observasi, wawancara, dan dokumen maka akan dipaparkan sebuah tulisan dan gambar. Didukung pula dengan sebuah teori dari Jacques Derrida yaitu Dekonstruksi. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini yaitu terdapat dua aspek yang mempengaruhi adanya dekonstruksi. Pertama dari setting sosial masyarakat kampung tato. Dimana penamaan istilah kampung tato lahir dari masyarakat luar yang memandang kampung tato sebagai basis tato. Alih-alih menghindari stigma tato, masyarakat setempat justru terang-terangan menyatakan bahwa desanya merupakan basis tato. Kedua dari oposisi biner, ditunjukkan dengan pelaku tato membongkar penafsiran makna tato atas dasar ketidaksadaran, bukan pertimbangan dan bukan karena organisasi. Dari realitas yang terus diciptakan menjadikan kampung tato kelas dua, kelas yang dikesampingkan. Meskipun pelaku tato telah berusaha untuk keluar jurang masa lalu tetapi mereka tetap dicap kurang baik. Disinilah oposisi biner menjadi keniscayaan.
PALANG MERAH DI NEGERI BULAN BINTANG: Sebuah Kajian tentang Strategi Kebudayaan International Committee of The Red Cross (ICRC) di Indonesia Abdul Latif Bustami
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 8, No 1 (2014): Juni
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.385 KB) | DOI: 10.17977/sb.v8i1.4754

Abstract

Abstrak: Tulisan ini menjelaskan tentang strategi kebudayaan ICRC di Indonesia. Karakteristik Indonesia yang bersifat majemuk dengan ekonomi pro pasar, pemerintahan dalam kondisi transisi demokrasi, dukungan politik pemerintah melemah karena campur tangan ICRC dalam isu-isu kemanusiaan di Indonesia. Politik identitas bahwa kehadiran ICRC di suatu negara mengindikasikan negara tersebut tidak aman, meningkatnya gerakan keagamaan transnasional yang memperjuangkan solusi sesuai dengan keyakinan keagamaan mereka dan konflik di Indonesia menunjukkan kondisi yang berbeda dengan sebelumnya. Dinamika itu dijadikan ancangan untuk menyusun strategi kebudayaan baru ICRC untuk melaksanakan kegiatannya di Indonesia dengan mempertahankan prinsip kemanusiaan yang bersifat universal dalam konteks kebudayaan Indonesia dan memperluas mandat. Abstract: This paper describes the cultural strategy of the ICRC in Indonesia. Indonesian characteristics which are compounds with pro-market economy, in transition of democratic government, the government political support weakened by ICRC intervenes in humanitarian issues in Indonesia. Identity politics mean that ICRC's presence in a country indicates the country is not safe, the increasing of transnational religious movement struggling for appropriate solution with their religious beliefs and conflict in Indonesia that contrast with the previous condition. This dynamics was used to construct ICRC new cultural strategy to implement their activities in Indonesia and at the same time maintain universal humanitarian principles in the context of Indonesian culture and expand the mandate.
DASENG SANGGALUHANG: A COMMUNITY WISDOM IN MANAGING MARITIME AND FISHERIES RESOURCE Abdul Latif Bustami
LITERASI: Indonesian Journal of Humanities Vol 1 No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Humanities, Jember University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article discusses daseng sanggaluhang as fishing community’s wisdom in managing maritime and fisheries resource in District Tatoareng Island, Sangihe Regency, North Sulawesi. For the discussion, it uses a qualitative design for analyzing field data collected through in-depth interviews, participant observation, and document studies. The article has some conclusions. Firstly, daseng Sanggaluhang by setting up a temporary home at the location of fishing ground for 3-6 months in accordance with customary rules loads on the suggestion and the prohibition in the management of marine resources and fisheries equipped with social sanctions for noncompliance. Secondly, daseng carries out in accordance with the dynamics of the community through strengthening the rule of customary rules through formal regulation. Thirdly, daseng functions as meaningful cosmos purification, conservation ecology, communalism, and regeneration principles. Fourthly, daseng loads rule-based ecological conservation that substantially contributes to the future of fishing communities themselves, especially to ensure ecological, social, and economic sustainability as a model of maritime development and sustainable fisheries. Keyword: community wisdom, daseng Sanggaluhang, Sangihe Island
Ritual Sebagai Ekosistem Budaya: Inovasi Pertunjukan Berbasis Ekonomi Kreatif Novi Anoegrajekti; Sudartomo Macaryus; Asrumi Asrumi; M. Zamroni; Abdul Latif Bustami; Latifatul Izzah; Rendra Wirawan
PANGGUNG Vol 31, No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1982.135 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i1.1535

Abstract

Ritus merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) objek pemajuan kebudayaan. Ritus sebagai bagian dari budaya dipandang berpotensi sebagai basis pengembangan ekonomi kreatif. Artikel ini bertujuan membahas bagaimana dinamika ritual sebagai ritus tahunan bersih desa dalam kaitannya dengan ekonomi kreatif. Ritual diselenggarakan sebagai syukur atas panen, keselamatan, dan penghormatan cikal bakal desa. Ritual meliputi: Seblang, Ider Bumi, Kebokeboan, Keboan, Puter Kayun, Gelar Pitu, dan Petik Laut diselenggarakan setahun sekali. Dengan metode etnografi, menghimpun data lapangan melalui observasi, partisipasi, dan wawancara mendalam dengan informan kunci. Dengan pendekatan cultural studies setiap data ditempatkan sebagai peristiwa budaya dalam kaitannya dengan relasi kuasa. Dinamika dan inovasi ritual dilakukan untuk mendukung pengembangan pariwisata. Inovasi juga untuk mewujudkan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian penyelenggaraan ritual berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Hal itu menjadi peluang bagi optimalisasi potensi ekonomi kreatif masyarakat, menyosialisasikan, mempromosikan, dan memasarkan produk industri lokal.Kata Kunci: Festival, Kebijakan, Lokalitas, Ritual
Membaca Rasionalitas Masyarakat Islam Aboge dalam Penggunaan Sikep Penglaris di Dusun Tumpangrejo Kabupaten Malang Novia Ayu Windarani; Luhung Achmad Perguna; Abd. Latif Bustami
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 5 No. 1 (2021): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v5i1.15654

Abstract

Tulisan ini menggali rasionalitas penggunaan tradisi sikep penglaris masyarakat Islam Aboge di dusun Tumpangrejo kabupaten Malang dalam perspektif Webberian. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan dalam artikel ini dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Analisis data dengan mendeskripsikan secara mendalam  data yang diperoleh melalui  reduksi, interpretasi, dan penarikan kesimpulan. Penelitian menemukan bahwa rasionalitas tradisional dan rasionalitas instrumental mengemuka dalam penggunaan sikep penglaris. Salah satu rasionalitas tradisional adalah sikep penglaris merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang sebelum membuka usaha. Tradisi ini menjadi kesadaran kolektif masyarakat Aboge. Secara instrumental, pilihan menggunakan sikep penglaris karena munculnya ketakukan akan gangguan magis yang menyebabkan kebangkrutan atau  usahanya tidak berjalan seperti yang diharapakan. Menariknya antara satu sikep penglaris dengan lainnya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut karena perbedaan guru spiritiual sekaligus media sikep penglaris. Bertahannya sikep penglaris tidak terlepas dari proses konstruksi yang terus berjalan secara dialektis dalam kehidupan sosial masyarakat Tumpangrejo.      This paper explores the rationality of using the tradition of sikep penglaris in the Islamic community of Aboge in Tumpangrejo, Malang Regency, from a Webberian perspective. A qualitative descriptive approach is used with data collection techniques through observation and interviews in this article. Data analysis by describing in depth the data obtained through reduction, interpretation, and drawing conclusions. Research founds that traditional rationality and instrumental rationality come to the fore in the use of sikep penglaris. One of the traditional rationalities is that sikep penglaris is a tradition passed down from generation to generation before opening a business. This tradition has become the collective consciousness of the Aboge people. Instrumentally, the choice using sikep penglaris due to the fear of magical interference that will cause bankruptcy or the business does not well as expected. Interestingly, there are differences between one sikep penglaris cycle and another. This difference is due to differences in spiritual teachers as well as sikep penglais media. The persistence of sikep penglaris cannot be separated from the construction process that continues in the social life of the Tumpanrejo community dialectically.
Tradisi Sekaten Yogyakarta terhadap Perkembangan pada Abad Ke-21 dalam Teori Sosial Budaya Muhammad Kresna Dutayana; Abd. Latif Bustami
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.8966

Abstract

Tradisi sekaten telah membudaya sejak lama dimasyarakat Yogyakarta, yang mana terbentuk dari unsur keagamaan. Abad ke-21 ini perkembangan zaman mulai berubah kearah modernisasi akibat gelobalisasi, sehingga hal yang berbau unsur tradisonal seperti tradisi dan ritus mulai teralienasi dari minat generasi muda. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif, untuk pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis datanya dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa adanya temuan dalam perubahan tradisi sekaten. Terlihat bahwa adanya perubahan pada pelengkap pasar malam yang mana, sekarang ini tidak ada pasar malam saat sekaten yang sudah sejak tahun 2019-2020 dan hal tersebut menunjukan bahwa adanya perkembangan teknologi yang lebih modern pada permainan yang disuguhkan dalam pasar malam. Pasar malam yang menghadirkan teknologi yang modern ini merupakan akibat dari pengaruh globalisasi yang meluaskan perkembangan kearah modern, serta masyarakat (khususnya generasi muda) mengangap pasar malam adalah bagian inti dari tradisi ini. Itu menunjukan bahwa perkembangan gelobalisasi yang kearah perubahan yang modern, membuat segala hal yang berbahu unsur tradisonal atau tradisi ini menjadi teralienasi.
An Educated Community: The Key To Participatory Election Monitoring Alim Harun Pamungkas; Zulkarnain Zulkarnain; Abd. Latif Bustami
KOLOKIUM Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 11, No 1 (2023): KOLOKIUM : Publisihing April 2023
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/kolokium.v11i1.581

Abstract

This paper was compiled based on literary sources which explain participatory election supervision as a form of active involvement of the community and all components of government and communities outside the Election Supervisory Body in supporting the implementation of election supervision. A participatory society is understood to be born from a society that has awareness. Awareness is driven from a set of knowledge and skills and morals that a person has. The Need for Achievement (n-Ach) approach and social change are used as an analytical tool for literature review. This paper concludes that the active involvement of the community demands a change in the attitude of the bureaucracy and its accompanying institutions. The views of the organizers of election supervision must be based on the idea that society can improve the ongoing process of implementing election supervision provided that they are given the trust and opportunity.
Quality Assurance Model for Non-formal Institutions at Community Learning Center Al-Madinah, Kediri City Abdurochman Abdurochman; Zulkarnain Zulkarnain; Hardika Hardika; Ahmad Ahmad; abd Latif Bustami
KOLOKIUM Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 11, No 3 (2023): Kolokium : Publishing December 2023 Special Issue Non Formal Education Internat
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/kolokium.v11i3.737

Abstract

This article examines the quality assurance model implemented by Community Learning Center (CLC) Al-Madinah in Kediri City. This research uses a qualitative approach with a case study method. Research data was collected through observation, interviews and documentation techniques. Research data was analyzed using an interactive analysis model. The research results show that CLC Al-Madinah implements an internal quality assurance model that is participatory, collaborative and sustainable. This internal quality assurance model includes four stages, namely planning, implementation, assessment and improvement. This internal quality assurance model has several advantages and disadvantages that need to be considered and improved by CLC Al-Madinah and other non-formal institutions. This research provides several recommendations for CLC Al-Madinah and other non-formal institutions in improving the quality of educational services. This study also has several limitations that need to be addressed by future research.
Survival Strategy of Randai Sabai Nan Aluih in Nagari Aia Angek, X Koto District, Tanah Datar Regency Muthia Chaerani Herman; Abd Latif Bustami; Luhung Achmad Perguna
Humanities Horizon Vol. 1 No. 2 (2024)
Publisher : PT. Pena Produktif Kreatif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Randai is a combination of dance, music, dialogue and theater which depicts social life and stories in Minangkabau society. In facing challenges, it is important to continue to develop relevant and innovative strategies to keep Randai arts alive and thriving in the modern era. This research has two formulations of the problem, namely, first, why has Randai Sabai Nan Aluih survived to this day in Nagari Aia Angek? What is the strategy used by Randai Sabai Nan Aluih to maintain its existence? This study uses a qualitative approach with a descriptive type and applies the social construction theory of Peter L. Berger and Thomas Lukmann. The results of this study reveal that Randai Sabai Nan Aluih managed to survive in Nagari Aia Angek by going through many social processes. To be able to survive Randai Sabai Nan Aluih uses several strategies including adding economic value to Randai Sabai Nan Aluih, maintaining traditional concepts, innovating several parts of Randai such as: updating comedic musical accompaniment, setting up an interesting stage, joining Parinsau studio to strengthen its position Randai as well as making Randai an extracurricular at a school in the village of Aia Angek.