Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Teni Aryanti; Supriyono Supriyono; Ishaq Ishaq
Jurnal Pendidikan Nonformal Vol 10, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan-Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.177 KB) | DOI: 10.17977/um041v10i1p1 - 13

Abstract

Penelitian bertujuan mendeskripsikan evaluasi program yang dilaksanakan di Balai Diklat Keuangan Malang. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: jenis evaluasi program diklat meliputi evaluasi tingkat reaction, learning, behavior,dan result. Komponen yang di evaluasi meliputi; evaluasi penyelenggaraan, kurikulum, dan evaluasi pengajar. Pemanfaatan hasil evaluasi diklat dimanfaatkan pihak lembaga untuk pengembangan atau perbaikan diklat selanjutnya dan laporan bentuk pertanggungjawaban kepada pusdiklat.
Development of Student Entrepreneurship Skills in LKP Kresna Informatika Usup Usup; Supriyono Supriyono; Hardika Hardika; Endang Sri Redjeki
EDUCATIO : Journal of Education Vol 5 No 1 (2020): May 2020
Publisher : STAI Miftahul Ula Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.072 KB) | DOI: 10.29138/educatio.v5i1.241

Abstract

The purpose of this study is 1) Describe the ideal and feasible model of the allocation of an entrepreneurship education curriculum for learners at a course institution. 2) Describe an ideal and feasible model of an entrepreneurship education learning strategy for learners in a course institution. Qualitative research is also called naturalistic research. Subjects in this study are students and alumi in course programs organized by LKP Kresna Informatika such as English courses courses, computer and office accounting. Data collection techniques in the context of this study have a significant role considering the quality of various types of data obtained at each stage of module development. Observation and documentation, interviews and tests are the data collection techniques used in this research before it will be analyzed. Stages of data analysis pursued after the need for data both secondary and primary when it has been fulfilled which includes; (1) data reduction, (2) display data, and (3) conclusion drawing/verification. The results in the study conclude that to establish entrepreneurial attitude in the courses and training programs conducted by LKP Kresna Informatika include; 1) The prerequisite of one's attitude input and one's entrepreneurial nature in LKP Kresna Informatika includes; discipline, high commitment, honest, reative and Innovative. 2) Design learning strategies in growing and developing entrepreneurship skills of learners in LKP Kresna Informatika through a special approach that is called 4 in 1 or with four stages. 3) Implementation of learning strategies in growing and developing entrepreneurship skills of learners in LKP Kresna Informatika; Identification of Business Opportunities, entrepreneurship learning based on the development of attitudes, knowledge and entrepreneurship skills, Evaluation of Learning Outcomes and Business Assistance and Pioneering.
PERILAKU PEMAGANG PENGOBATAN SANGKAL PUTUNG Dias Putri Yuniar; Supriyono Supriyono; Zulkarnain Nasution
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 2, No 12: Desember 2017
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.318 KB) | DOI: 10.17977/jptpp.v2i12.10324

Abstract

One form of local wisdom that is derived through informal education in the form of life skills that is traditional treatment sangkal putung. The research was conducted using qualitative research method with case study approach. Learning stages found in the learning of sangkal putung are stage of tumut (follow), stage njajal (try), stage laku (ritual), stage ngetrapake (application) and stage jumeneng piyambak (independent). While the learning components found are teachers, learners, goals, time, place, methods, materials, media, tools, materials and learning evaluation. Behavior of the denier trader is seen from the motivation which includes attitude and situation, and ability consisting of skill and knowledge.Salah satu bentuk kearifan lokal yang diturunkan melalui pendidikan informal berupa kecakapan hidup (life skill) yaitu pengobatan tradisional sangkal putung. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tahapan belajar yang ditemukan dalam pembelajaran sangkal putung adalah tahap tumut (mengikuti), tahap njajal (mencoba), tahap laku (ritual), tahap ngetrapake (penerapan) dan tahap jumeneng piyambak (mandiri). Sedangkan komponen pembelajaran yang ditemukan adalah pengajar, pebelajar, tujuan, waktu, tempat, metode, materi, media, alat, bahan dan evaluasi pembelajaran. Perilaku pemagang sangkal putung dilihat dari motivasi yang meliputi sikap dan situasi, dan kemampuan yang terdiri atas kecakapan dan pengetahuan.
Keaktifan Belajar Peserta Didik pada Transfer Pengetahuan Kerajinan Pandai Besi Umu Da’watul Choiro; Ach. Rasyad; Supriyono Supriyono
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 3, No 4: APRIL 2018
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.222 KB) | DOI: 10.17977/jptpp.v3i4.10765

Abstract

Abstract: The purpose of this study was to determine the active learners in the learning process in a pandai besi. This study uses a qualitative with case study design using observation and interview methods. Learners on transfer of knowledge pandai besi is panjak with educators are empu and senior panjak. The panjak activity of learning to be critical success in mastering a set of skills that transfer. Panjak in their learning activities to observe, listen, practice and frequently asked questions. Pande is place learning activities where panjak work, pande others, and in the marketplace. The activity of learning other than on the basis of personal awareness, also created by the masters.Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam proses belajar di suatu pande. Penelitian ini menggunakan kualitatif desain studi kasus dengan metode observasi dan wawancara. Peserta didik pada transfer pengetahuan kerajinan pandai besi adalah panjak dengan pendidiknya empu dan panjak senior. Keaktifan belajar menjadi penentu keberhasilan panjak dalam menguasai serangkaian keterampilan yang di transfer. Panjak dalam proses belajarnya melakukan kegiatan mengamati, mendengarkan, praktik, dan tanya jawab.  Kegiatan pembelajaran di pande tempat panjak bekerja, pande milik orang lain, dan di pasar. Keaktifan belajar tersebut selain atas dasar kesadaran pribadi, juga diciptakan oleh empu.
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN INFORMAL PADA TRANSFER PENGETAHUAN KECAKAPAN KETOG MAGIC Ferdinanda Sherly Noya; Supriyono Supriyono; Sri Wahyuni
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 2, No 9: September 2017
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.068 KB) | DOI: 10.17977/jptpp.v2i9.9986

Abstract

This study aims to find out the learning strategy on informal education on the transfer of knowledge of ketog magic skills. This research use qualitative method with case study design. Research subjects in this study is a workshop owner and 4 (four) employers/workers who are participant learning in the workshop ketog magic Bangsri Village Nglegok District Blitar Regency. Data using the method. The results showed. Learning strategy in learning transfer knowledge of ketog magic skills is by using active learning strategy.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran pendidikan informal pada transfer pengetahuan kecakapan ketog magic. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seorang pemilik bengkel dan empat orang pemagang/pekerja yang merupakan warga belajar di bengkel ketog magic Desa Bangsri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran dalam pembelajaran transfer pengetahuan kecakapan ketog magic adalah dengan menggunakan strategi active learning.
TRANSFER OF KNOWLEDGE KETERAMPILAN PENGOBATAN TRADISIONAL PIJAT SANGKAL PUTUNG Firsta Bagus Sugiharto; Supriyono Supriyono; Ach. Rasyad
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol.1, No.9, September 2016
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.93 KB) | DOI: 10.17977/jp.v1i9.6862

Abstract

This study aims to describe the transfer of Knowledge the skills of the local wisdom of traditional medicine sangkal putung massage (KPTPSP). Qualitative research approach with the types of case studies, the research took three shaman deny one as the subject of the case. Data unearthed by the method of interview and observation, as well as equipped with study documents. Data were analyzed through the stages of reduction data, display data, and conclusions. To get the keabsyahan data sources and triangulation methods do data mining. There are five major stages that must be traversed learners in Knowledge KPTPSP, i.e. stages melu, stage njajal praktek, stage laku, stage practice, and independent stages. Melu stage is the activity of prospective learners observe all activities related to KPTPSP. Phase njajal praktek are doing massage on some members of the body of the client in the supervision of Knowledge resource (tentor). Phase laku is doing the fast and read the verses of the Holy Qur'an. Stages of practice in the form of activity doing massage to patient fractures. Independent stage in which learners opens own Massage practice.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan transfer of knowledge kearifan lokal pengobatan tradisional pijat sangkal putung yang selanjutnya dapat disingkat (KPTPSP). Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis studi kasus. Penggalian data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Analisa data dilakukan dengan reduksi data, display data, dan pengambilan keputusan. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Tahapan-tahapan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari (KPTPSP), yaitu (a) tahap melu, (b) tahap njajal praktek, (c) tahap laku, (d) tahap praktik, dan (e) tahap mandiri. Tahap melu yaitu mengamati semua kegiatan yang berhubungan dengan (KPTPSP). Tahap njajal praktik yaitu mencoba melakukan pemijatan. Tahap laku yaitu melakukan puasa dan membaca ayat suci Al-Qur’an. Tahap praktik adalah melakukan pemijatan kepada pasien patah tulang. Tahap mandiri, peserta didik membuka praktik pijat sendiri. Transfer of Knowledge (KPTPSP) merupakan upaya dalam melestarikan kearifan lokal, hal ini bertujuan untuk menjaga eksistensi dari kearifan lokal.
LITERASI FINANSIAL DAN DIGITAL KELUARGA PEKERJA MIGRAN DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN Bayu Adi Laksono; Supriyono Supriyono; Sri Wahyuni
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 4 No. 2 (2019)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v4i2.1291

Abstract

The purpose of this study was to determine the level of financial and digital literacy of migrant workers’ families in terms of educational background. This study used a quantitative approach with analysis in the form of analysis of variants and kruskal-wallis. The study was conducted in one village in Lamongan Regency, East Java with a total sample of 95 persons. The results showed that there was no significant difference in the level of financial literacy in terms of the educational background of the families of migrant workers. There is significant differences in the level of digital literacy in terms of the educational background of migrant workers’ families. Families of migrant workers who have significant differences in the level of digital literacy are groups of primary school graduates to college graduates and junior secondary school graduates to college graduates. The conclusion of this study is that migrant worker families that tend to have low levels of financial literacy and digital literacy are families of migrant workers with a background in primary school (elementary) and junior secondary school. This is even more convincing that the educational background has an influence on one’s ability level. This becomes the identification of migrant worker families with educational background who has priority to get intervention in increasing knowledge and skills in the non-formal education programs that are useful for preparing migrant worker families in the industrial revolution era 4.0. Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat literasi finansial dan digital keluarga pekerja migran ditinjau dari latar belakang pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analysis of varian dan kruskal-wallis. Penelitian dilakukan di salah satu desa di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur dengan total sampel sebanyak 95 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat literasi finansial yang ditinjau dari latar belakang pendidikan keluarga pekerja migran. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat literasi digital yang ditinjau dari latar belakang pendidikan keluarga pekerja migran. Keluarga pekerja migran yang memiliki perbedaan tingkat literasi digital yang signifikan adalah kelompok lulusan SD dengan lulusan perguruan tinggi serta lulusan SMP dengan lulusan perguruan tinggi.  Kesimpulan penelitian ini adalah keluarga pekerja migran yang cenderung memiliki tingkat literasi finansial maupun literasi digital yang rendah adalah keluarga pekerja migran dengan latar belakang lulusan SD dan SMP. Hal tersebut semakin meguatkan bahwa latar belakang pendidikan memberikan pengaruh terhadap tingkat kemampuan seseorang. Identifikasi keluarga pekerja migran dengan latar pendidikan yang memiliki prioritas mendapatkan intervensi peningkatan pengetahuan dan keterampilan berupa program pendidikan nonformal yang berguna untuk mempersiapkan keluarga pekerja migran dalam era revolusi industri 4.0. 
DESAIN DIKLAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NONFORMAL Supriyono Supriyono
Jurnal Ilmiah Visi Vol 1 No 2 (2006): VISI : Jurnal Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal
Publisher : Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.97 KB) | DOI: 10.21009/JIV.0102.8

Abstract

Vast development occurs in the domain of Non Formal Education (NFE). It is in regards of educators, and its education personnel. They have to be professional in doing the job. In order to be professional, they have to undergo some preservice training followed by practice teaching. These trainings are vital to educators and educations personnel because trainings would be an opportunity to teach them to be role models, responsible, patient and to have empathy. Trainings consist of foundations of instructions and educational technology, managerial skills and teaching skills related to NFE context.
STANDARISASI KURSUS: ANTARA KEBUTUHAN DAN KESULITAN MENETAPKAN BENCHMARK Supriyono Supriyono
Jurnal Ilmiah Visi Vol 2 No 2 (2007): VISI : Jurnal Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal
Publisher : Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.991 KB) | DOI: 10.21009/JIV.0202.7

Abstract

Course institutions are one kind of well-known non-formal education unit in Indonesia. Its role and contribution in the development of national system and the development of human resources can not be neglected. The amount of course institutions fluctuates overtime; however, it can be assured that the amount stays significantly fulfilling the learning need of the people. In 2002, the recorded amount of course institution is 22,510, but it decreased up to 11,745 in 2005. Those institutions provide 167 types of courses and trainings, which can be categorized into several subjects of study. According to the Government Regulation of Number 19 in 2005 on the National Standard of Education, course institutions need to have standardization. Different from the formal education (school) standard which is more systematical and homogeneous, the standardization for course institutions faces obstacles related to the minimum criteria of several components because of the wide variability and heterogeneity on its types, scopes, and levels.
MODEL HIPOTESIS PENERAPAN SATUAN KREDIT KOMPETENSI (SKK) PADA PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN Supriyono Supriyono
Jurnal Ilmiah Visi Vol 3 No 1 (2008): VISI : Jurnal Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal
Publisher : Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.372 KB) | DOI: 10.21009/JIV.0301.7

Abstract

Based on the regulation of Minister of National Education, No. 14 of 2007 about the standard content for the program of A, B, and C packages, the attainment of learning achievement competence, named as the unit of competence credit (SKK) has been regulated. The system of SKK at equivalency is education in different from semester credit system (SKS) at higher education. This article discusses SKK introducing an implementation model by distributing the learning loads on each competence unit or sub unit into SKK unit. SKK system will enable to implement various flexibility competence and excellence competence of nonformal education. Besides, several learning models in nonformal education can be integrated in one interconnected system, i.e. SKK and national examination of equivalency education.