Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Antosianin Ubi Ungu terhadap TNF-α, Apoptosis dan Memori Spasial Hipokampus Tikus Model Diabetes Melitus Darwatik, Darwatik; Ratnawati, Retty; Rianawati, Sri; Sarwono, Imam
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No. 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2018.030.01.3

Abstract

Hiperglikemia pada diabetes melitus menyebabkan penurunan fungsi memori spasial. Terapi yang efektif terhadap gangguan fungsi kognitif akibat hiperglikemia yang sampai saat ini masih dalam perdebatan, menjadikan pendekatan pencegahan menjadi pilihan. Ubi ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman tradisional yang mengandung antosianin, sebagai antiinflamasi, antioksidan, berhubungan dengan peningkatan signalling neuronal otak dalam memperbaiki fungsi memori. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian antosianin ubi ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap ekspresi TNF-α, apoptosis dan fungsi memori spasial tikus wistar/(Rattus novergicus) model diabetes melitus. Pendekatan ekperimental dilakukan dalam 5 kelompok yaitu kontrol negatif, kontrol positif, antosianin dosis 10, 20, dan 80mg/kgBB selama 6 minggu. Ekspresi TNF-α dan apoptosis diukur menggunakan imunohistokimia, fungsi memori spasial dengan Morris water maze test. Dosis Antosianin 80mg/kgBB menurunkan ekspresi TNF-α dan apoptosis secara bermakna dibandingkan kontrol positif (p=0,028, p=0,025). Dosis 10 dan 20mg/kgBB menurunkan waktu tempuh Morris water maze hari ke 54 pada semua kuadran secara bermakna dibandingkan kontrol positif (p=0,000). Pemberian antosianin dosis 80mg/kgBB menurunkan ekspresi TNF-α dan apoptosis sel hipokampus, antosianin dosis 10 dan 20mg/kgBB menurunkan waktu tempuh Morris water maze pada tikus wistar/Rattus novergicus model diabetes melitus.
DAYA REGENERASI PLBs ANGGREK DENDROBIUM VAR. JACQUELINE THOMAS x WALTER OUMAE DAN KUMALA AGRIHORTI PADA JENIS MEDIA KULTUR IN VITRO DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA Sri Rianawati; Sulastri Isminingsih; Nuniek Herminta; Luqyana Ulfa Riyadi
Jurnal Agroekoteknologi Vol 13, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jur.agroekotetek.v13i2.13167

Abstract

Dendrobium is the epiphytic orchid and high demand because of its long-lasting freshness, color variants, shape, and high productivity. The addition of organic complex Coconut Water (CW) to the in vitro media such as MS and VW because in general organic complex compounds are sources of sugars, vitamins, growth regulators, and amino acids. The purpose of this study was to obtain the best media for plantlet regeneration from PLBs of Dendrobium orchids var. JTWO and var. Kumala Agrihorti. This study used a Completely Randomized Design consisting of two factors with five replications. The combination of  planting media with the addition of coconut water was consist of 10 levels, ½ MS+0 ml/l CW, ½ MS+75 ml/l CW, ½ MS+100 ml/l CW, ½ MS+125 ml/l CW, ½ MS+150 ml/l CW, VW+0 ml/l CW, VW+75 ml/l CW, VW+100 ml/l CW, VW+125 ml/l CW and VW+150 ml/l CW. The results showed that the variety treatment gave a significant effect on the percentage of PLBs regeneration, the number of shoots, and the increase in plantlet height. The treatment of media gave a significant effect on the percentage of PLBs regeneration, percentage of PLBs life, the number of leaves, and the number of roots. The interaction between treatments significantly affects the percentage of PLBs regeneration.
Tissue Culture Initiation Using Local Maize Explants from the Field Ningsih, Irnawati; Wahyuni, Febriana Dwi; Rahman, Nurhamidar; Fitriani, Hani; Rianawati, Sri; Supriadi, Dedi; Mulyaningsih, Enung Sri
Biofarm : Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 20 No. 2 (2024): BIOFARM JURNAL ILMIAH PERTANIAN
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/biofarm.v20i2.5019

Abstract

Inisiasi kultur jaringan adalah salah satu metode bioteknologi yang bertujuan untuk menghasilkan tanaman baru menggunakan eksplan yang telah ada. Teknik kultur jaringan saat ini telah berkembang perannya sebagai tool untuk menghasilkan tanaman hasil pemuliaan modern seperti hasil rekayasa. Namun untuk dapat dimanfaatkan sebagai tool, penguasaan kultur jaringan di tahap awal (inisiasi) perlu dikuasai. Jagung lokal yang berasal dari lapangan merupakan salah satu eksplan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan inisiasi kultur jaringan. Hal ini menarik dilakukan karena jagung merupakan tanaman graminea yang paling rekalsitran terhadap kultur jaringan. Kegiatan dimulai dengan memilih varietas jagung lokal, menggunakan material genetik berupa benih tua (jagung pipilan) kemudian dilakukanlah optimasi proses sterilisasi. Teknik sterilisasi yang digunakan bersifat fast dan overnight. Benih yang telah steril ditumbuhkan pada media dasar. Selanjutnya untuk percobaan kultur jaringan, material genetik dibedakan atas bagian: buku utuh, buku dibelah dan ujung akar. Material eksplan diperoleh dari seedling yang tumbuh steril dan normal pada hasil percobaan sterilisasi. Eksplan yang diperoleh di tanam pada media NB, 1⁄2 MS, dan SH yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh (ZPT) yaitu: label A) TDZ 0,75 mg/L (Thidiazuron) & BAP 0,25 mg/L (Benzyl amino purin), label B) dengan hormon NAA 0,5 mg/L (Naptalaneacetic acid) & BAP 1 mg/L (Benzyl amino purin), dan label C) dengan hormon 2,4-Dichlorophenoxy Acid 1 mg/L dan Kinetin 0,5 mg/L yang dilengkapi asam amino (proline, casein) sumber karbon (sukrosa), dan pemadat (phytagel). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dengan sterilisasi cepat, pertumbuhan tanaman memiliki hasil perkembangan yang cepat yaitu tumbuh pada hari ke 10, namun memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi. Sedangkan dengan sterilisasi overnight memiliki hasil perkembangan yang lambat yaitu tumbuh pada hari ke 16, namun memiliki tingkat kontaminasi yang rendah. Kombinasi ZPT dengan media yang paling cocok adalah media NB yang dikombinasikan dengan ZPT TDZ 0,75 mg/L dan BAP 0,25 mg/L, menghasilkan plantlet dari bagian buku, dan kalus dari bagian ujung akar, walaupun kalus yang di maksud masih kalus secara umum. Penyimpanan pada lingkungan gelap, memiliki persentase pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan pada lingkungan terang. Dan hasil akhir juga menunjukan bahwa pada kondisi terang, tingkat dorman/ mati nya eksplan lebih tinggi.
Embriogenesis Somatik dari Eksplan Daun Anggrek Phalaenopsis sp L. (Somatic Embryogenesis from Leaf Eksplant of Phalaenopsis Orchids) Rianawati, Sri; Purwito, Agus; Kurniati, Ridho; Marwoto, Budi; Suryanah, Suryanah
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 37 No. 3 (2009): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.295 KB) | DOI: 10.24831/jai.v37i3.1241

Abstract

Somatic embryogenesis has been recoqnized as one of the process on plant micropropagation  techniques. This process occured through regeneration by direct embryo formation and through an intermediary callus phase. This research was conducted through an intermediary callus phase. The experiment was initiated with callus induction from leaf explant on five modifications of MS medium i.e :1/2MS without plant hormone  (MI-0); ½ MS containing 1mg/L BA + 0.5 mg/L 2.4-D + 1mg/L NAA  (MI-1);1/3 MS containing 2 mg/L  2.4-D (MI-2); ½ MS supplemented with 0.5 mg/L 2.4-D + 0.5 mg/L BAP +0.2 mg/L thidiazuron (MI-3); ½ MS supplemented 2 mg/L thidiazuron and 1 mg/L BAP (MI-4). After the tissues were swollen, the  explants  were  placed on callus proliferation medium  ½ MS supplemented with 0.2 mg/L thidiazuron and 0.5 mg/L 2.4-D (MP). After two months, calli were  regenerated in regeneration medium ½ MS supplemented with 0.4  mg/L BAP and 0.2 mg/L  2.4-D (MR). The results of this research  showed that  MI-1 and MI-3 were the best swelling explant mediums   before the callus  produced in both MP and MR medium. Callus produced was increased in every subculture. However, the level of callii production decreased on the following subculture. Plantlets were regenerated from somatic embryos derived from  callii on MR medium. The results of this study may contribute to our advancement of scientific knowledge achievements tissue culture techniques to support inconventional plant improvement.   Key words:  embryo somatic induction, in vitro, embryogenic callii