Maimun Rizalihadi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111.

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Observasi Garis Freatis pada Model Bendungan Berdasarkan Kepadatan Tanah Melalui Model Fisik Azmeri, Azmeri; Rizalihadi, Maimun; Yanita, Irma
Jurnal Teknik Sipil Vol 20, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.689 KB)

Abstract

Abstrak. Kestabilan tubuh bendung tergantung pada besar kecilnya rembesan yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengamati pola aliran garis freatis yang terjadi pada tubuh bendungan serta menghitung debit rembesan yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan model tubuh bendungan yang terbuat dari tanah lempung kekuning-kuningan dengan memvariasikan tingkat kepadatan tanah sebesar 60%, 65%, dan 70%. Penelitian uji model menggunakan bejana kaca setebal 10 mm dengan panjang 180 cm, lebar 44 cm, dan tinggi 68 cm dengan skala 1 : 25 dari prototipenya. Penelitian ini memiliki 3 variasi tinggi air tampungan, yaitu 35 cm, 45 cm, dan 55 cm. Pola aliran rembesan ini dianalisis dengan menggunakan teori perhitungan aliran yaitu metode Dupuit, metode Schaffernak, dan metode Cassagrande. Pada penelitian ini, pada kondisi kepadatan tanah 60%, 65%, dan 70% hanya pada kondisi air tampungan 55 cm yang dapat memenuhi metode Cassagrande. Besar debit yang dihasilkan menurut perhitungan dan penelitian masing-masing untuk kepadatan 60%, 65%,70% adalah 6,015 x 10-6 cm3/det dan 8,07 x 10-6 cm3/det, 5,806 x 10-6 cm3/det dan 7,80 x 10-6 cm3/det, 5,372 x  10-6 cm3/det dan 7,21 x 10-6 cm3/det. Perbedaan debit dari hasil perhitungan dan penelitian menunjukkan kalibrasi pemodelan belum sempurna. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan tanah pada tubuh bendungan maka semakin kecil debit rembesan yang dihasilkan. Abstract. Stability of dam depends on the size of the seepage that occurs. The purpose of this study was to see and observe flow pattern of phreatic line occurred on dam body and calculate the resulting seepage discharge. This study used a model dam body made of yellowish clay with varying soil density 60%, 65%, and 70%. Model test study used 10 mm thick glass vessel with a length of 180 cm, width of 44 cm, height of 68 cm with a 1:25 scale of prototype. This study had three height variations of water level, which is 35 cm, 45 cm, and 55 cm. Seepage flow pattern was analyzed by using flow computation theories, namely Dupuit, Schaffernak, and Cassagrande method. The discharge resulting from the calculation and physical modelling each soil density are for 60%, 65%, 70% was6,015 x 10-6 cm3/det and 8,07x10-6 cm3/det, 5,806 x 10-6 cm3/det and 7,80 x 10-6 cm3/det, 5,372 x 10-6 cm3/det and 7,21 x 10-6 cm3/det Differences in discharge from the calculation and studies indicated that the calibration models were not perfect. The results obtained show that the higher the density of the soil on the dam body, the smaller the resulting seepage discharges.
Analisis Spasial Kerawanan Banjir Menggunakan Metode Overlay AHP Multi Criteria Decision Making di DAS Keureuto Calvin, Aldo Febriyan; Rizalihadi, Maimun; BC, Alfiansyah Yulianur; Shaskia, Nina
Journal of The Civil Engineering Student Vol 6, No 1 (2024): Volume 6 Nomor 1 Maret 2024
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/journalces.v6i1.28974

Abstract

DAS Keureuto di Aceh merupakan wilayah yang rentan terhadap risiko banjir tinggi. Beberapa faktor mempengaruhi penilaian kerawanan banjir, antara lain curah hujan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, elevasi, kerapatan sungai, dan buffer sungai. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor dominan untuk menentukan tingkat kerawanan banjir dan memetakan sebaran tingkat rawan banjir di DAS Keureuto dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Multi Criteria Decision Making (MCDM). Hasil analisis menunjukkan bobot tertinggi pada kriteria jenis tanah (0,196) dan bobot terendah pada kriteria penggunaan lahan (0,095). Seluruh bobot kemudian dikalikan dengan skor parameter untuk mendapatkan nilai total yang digunakan pada proses overlay. Hasil overlay memperlihatkan empat kelas tingkat kerawanan banjir, yaitu sangat rawan, sedang, cukup rawan, dan tidak rawan. Pemetaan tersebut menunjukkan bahwa daerah hilir, khususnya, dikategorikan sebagai sangat rawan dan berpotensi mengalami banjir bila intensitas hujan tinggi, dibandingkan dengan daerah hulu.
ANALISIS TOTAL SEDIMEN SUNGAI KRUENG SIMPO KABUPATEN BIREUEN Shalihin, Ahmad Ihya; Fauzi, Muhammad; Rizalihadi, Maimun
Journal of The Civil Engineering Student Vol 5, No 2 (2023): Volume 5 Nomor 2 Juni 2023
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/journalces.v5i2.23339

Abstract

Konversi lahan pada Sub DAS Krueng Simpo memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar, akan tetapi kegiatan ini menyebabkan banyak permasalahan erosi yang berimplikasi pada permasalahan sedimen Sungai Krueng Simpo. Transpor sedimen oleh air mengakibatkan proses agradasi sedimen pada dasar sungai sehingga berkurangnya daya tampung sungai, hal ini secara berkepanjangan berdampak pada terjadinya banjir akibat penampang sungai tidak mampu menampung debit air yang tinggi. Permasalahan sedimen juga berdampak pada kualitas air sungai dan dampak lingkungan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya muatan sedimen dasar (bed load), sedimen melayang (suspended load), dan sedimen total (total load). Penelitian ini dilakukan di Sungai Krueng Simpo, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen. Pengambilan sampel sedimen dan perhitungan hidrometri dilakukan pada tiga titik lokasi A, B, dan C dengan jarak 0,5 km per titik. Dari perhitungan hidrometri diperoleh lebar sungai  ±  30 m, panjang sungai 26 km, debit lokasi A 4,95 m3/det, lokasi B 3,89 m3/det, dan lokasi C 3,38 m3/det. Besar muatan sedimen dasar dihitung dengan menggunakan metode Persamaan Meyer Peter Muller dan besar muatan sedimen melayang dihitung dengan menggunakan metode Persamaan Lane dan Kalinske. Sehingga besar muatan sedimen total diperoleh dari total besar muatan sedimen dasar dan besar muatan sedimen melayang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar laju sedimen total per satuan lebar yaitu pada lokasi A 0,1808 kg/m/det, pada lokasi B 0,1324 kg/m/det, dan pada lokasi C 0,1259 kg/m/det. Hasil analisis menunjukkan hubungan dimana total angkutan sedimen akan meningkat apabila debit sungai meningkat. 
Pengaruh Kerapatan Alur (Rill Density) Pada Lahan Yang Ditanami Cabai Terhadap Estimasi Erosi Khairurrizal, Muhammad Aulia; Rizalihadi, Maimun; Fauzi, Amir
Journal of The Civil Engineering Student Vol 7, No 1 (2025): Volume 7 Nomor 1 Maret 2025
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/journalces.v7i1.4019

Abstract

Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi. Erosi alur terjadi ketika ada aliran air bahkan pada lahan yang memiliki kemiringan sangat kecil. Pada aliran air ini akan timbul gaya laju aliran air sehingga mengikis tanah-tanah yang berada di lapisan bawahnya. Aliran air bersama tanah yang terkikis ini menimbulkan alur-alur yang dangkal pada tanah. Penanaman searah garis kemiringan lahan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya erosi alur pada suatu lereng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kerapatan alur (rill density) dengan variasi kemiringan lahan, intensitas hujan dan sebaran tanaman, sehingga diperoleh gambaran sejauh mana pengaruh alur terhadap erosi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hidroteknik, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala menggunakan plot uji dengan dimensi (250 x 100 x 20) cm. Intensitas hujan buatan dibuat dengan menggunakan alat rainfall simulator. Erosi lahan diukur pada setiap perlakuan kemiringan lahan 00, 3o dan 6o, intensitas hujan (468,03; 598,25 dan 701,09) mm/jam, kerapatan alur (0; 1 dan 2) m/m2 dan pada variasi sebaran tanaman 50 % tanaman (acak dan setengah) tanaman cabai (Capsicum annumL.). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran alur dapat meningkatkan erosi lahan.
Kajian Besaran Erosi dengan Pengaruh Panjang Alur Terhadap Estimasi Erosi dengan Metode USLE Santoso, Arief Adkha; Rizalihadi, Maimun; Fauzi, Amir
Journal of The Civil Engineering Student Vol 7, No 1 (2025): Volume 7 Nomor 1 Maret 2025
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/journalces.v7i1.3095

Abstract

Erosion may cause loss of topsoil (top soil) and nutrient elements which are very important for growing plants on agricultural land. So far, the estimation of soil erosion can be done using USLE method. This method is limited only for the estimation of the soil erosion in the form of sheet erosion. In fact, not all soil is in the form of complete sheets, but it also in the form of rill. This study aims to look at the effect rill density with varian slope and rainfall intensity against soil erosion with no vegetation, so that the extent of the rill effect to erosion can be pictured. Erosion measurements performed on the variation of slope 00, 30dan 60, variation rain pressure (10, 30 and 50) Kpa and variation of density plot (0, 1, 2 and 3) m / m2. The results indicate that soil erosion is increasing about 1.05-2.13 times higher than erotion on a field without rill.
Penetapan Daerah Banjir Menggunakan Model Hec-Ras Dua Dimensi (Studi Kasus: Das Tripa) Annisa, Nurul; Refika, Cut Dwi; Rizalihadi, Maimun; Ziana, Ziana; Shaskia, Nina
JURNAL TEKNIK SIPIL Vol 14, No 1 (2025): Volume 14 Nomor 1 Mei 2025
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jts.v14i1.41934

Abstract

Bencana alam banjir dapat terjadi karena limpasan air sungai yang keluar dari alur sungai saat kapasitas sungai tidak mampu menampung aliran yang terjadi. Banjir akibat luapan air sungai juga terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tripa, Aceh. Banjir yang terus berulang menimbulkan keresahan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah Sungai Krueng Tripa. Maka dari itu diperlukan kajian untuk melihat sebaran genangan banjir akibat dari meluapnya Sungai Krueng Tripa. Dalam menetapkan sebaran genangan banjir diperlukan analisis banjir rencana dengan metode Hidrograf Satuan Sintetis Soil Conservation Service (SCS) yang menghasilkan nilai debit banjir maksimum pada periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun ialah sebesar 1273,35 m/dt, 2092,41 m/dt, 2670,03 m/dt, 3361,64 m/dt, 4036,57 m/dt, dan 4664,72 m/dt. Hasil perhitungan debit banjir di-input kedalam software HEC-RAS 2D dengan aliran unsteady flow dan menghasilkan luasan sebaran genangan banjir pada setiap periode ulang sebesar 41,29 km, 68,14 km, 86,66 km, 108,35 km, 128,58 km, dan 142,54 km. Pembentukan peta genangan banjir dibantu dengan software ArcGIS 10.8.2. Validasi genangan banjir hasil pemodelan HEC-RAS dengan titik sebaran banjir didapatkan persentase genangan banjir pada setiap periode ulang menggenangi 3,45%, 27,59%, 46,55%, 77,59%, 82,76%, dan 91,38% titik sebaran banjir di DAS Tripa.
POLA GERUSAN LOKAL AKIBAT PERLAKUAN PADA ABUTMEN JEMBATAN Shaskia, Nina; Rizalihadi, Maimun
JURNAL TEKNIK SIPIL Vol 8, No 2 (2019): Volume 8, Nomor 2, November 2019
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jts.v8i2.14055

Abstract

Kegagalan struktur bangunan jembatan akibat gerusan lokal sangat sering terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan gerusan lokal agar struktur jembatan tetap aman. Salah satu penyebab terjadinya gerusan lokal adalah terhalangnya aliran sungai akibat keberadaan abutmen jembatan. Terganggunya pola aliran sungai ini menyebabkan terjadinya gerusan di sekitar abutmen jembatan yang pada akhirnya dapat merusak keseluruhan struktur jembatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perilaku gerusan lokal akibat perlakuan pada abutmen jembatan. Model abutmen yang digunakan pada penelitian ini adalah abutmen tipe vertical-wall dengan ukuran lebar 12 cm, tebal 4,5 cm, dan tinggi 80 cm. Perlakuan pada abutmen dilakukan dengan menempatkan orifice dan dengan membelokkan abutmen dengan sudut 90. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan flume dengan panjang 15,46 meter, lebar 0,50 meter dan tinggi 1,00 meter yang pada dasarnya diberi lapisan pasir setebal 10 cm dengan karakteristik d50 = 0,379 mm dan sg = 2,786. Pengamatan dilakukan pada debit konstan 2,65 l/det selama 60 menit untuk setiap kali running dan diukur dengan menggunakan point gauge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pada abutmen berpengaruh terhadap kedalaman dan distribusi gerusan yang terjadi. Akibat dibelokkan 90, kedalaman gerusan pada titik 1, 3, dan 4 berturut-turut berkurang sebanyak 17,8 %, 20,5 %, dan 24,3 %; sedangkan akibat penempatan orifice, kedalaman gerusan pada titik 1, 3, dan 4 berturut-turut berkurang sebanyak 21,6 %, 24,3 %, dan 30,4 %.
Analysis of the Hydraulic Jump Characteristics in a Stilling Basin to Avoid Dam Failure Fatimah, Eldina; Azmeri, Azmeri; 'Aini, Qurratul; Fauzi, Muhammad; Rizalihadi, Maimun
International Journal of Disaster Management Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : TDMRC, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/ijdm.v6i1.31990

Abstract

Flooding may occur due to dam failure at downstream of the spillway. Stilling basin of the spillway plays an important role in reducing turbulence generated by hydraulic jumps. It can avoid flooding and local scouring as well. Therefore, this study aims to analyze hydraulic jump characteristics experimentally. Two series of structures namely initial (S0) and final (S1) were tested. The S0 model is the United States Bureau of Reclamation (USBR) III type, while S1 is set the adverse slope of 1:2 at the downstream and lowering the bottom elevation of the channel by 4 m. Measurements were taken on the length of hydraulic jumps, water level and high speed before-after hydraulic jumps at various return periods discharges (Q) of 2, 5, 10, 25, 50, 100 and 1000 years. It is found that at S1, the jump is submerged, causing the relative hydraulic jump height (y2-y1)/y1 to be 40-90% higher than S0. Furthermore, the compression of more than 50% of the hydraulic jump length ratio (Lj/y2) was indicated at S1. In addition, the energy dissipation efficiency (t) obtained for each discharge at S1 ranged from 58-84% (good absorption). On the other hand, at S0, the t produced was around 70-89% (Q2-Q50) and 45% (Q100 and Q1000). It can be concluded that the modification of USBR III can reduce the vulnerability of the bottom and downstream parts of the stilling basin. It is expected that the potential flood disaster due to the stilling basin failure of the dam can be eliminated. These results may be used as recommendation to the disaster management strategies, such as improving dam safety guidelines, informing emergency response plans, or guiding infrastructure design to withstand hydraulic forces.