Nurpudji A. Taslim
Bagian Ilmu Biomedik, Universitas Hasanuddin, Makassar

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERANAN ZINK DAN VITAMIN D TERHADAP PENCEGAHAN TERJADINYA IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMATORY SYNDROME (IRIS) Andi Azizah Yusuf; Nurpudji A. Taslim; Aryanti Bamahry; Devinta Virani
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 3 No 1 (2020): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v3i1.22

Abstract

Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome (IRIS) menggambarkan suatu kumpulan gejala dari kondisi klinis paradoks yang memburuk pada suatu kondisi yang diketahui atau munculnya suatu kondisi baru setelah memulai terapi Antiretroviral (ARV) dapat disebabkan oleh gangguan non-infeksi dan infeksi mikobakteri, jamur dan atau virus oportunistik. Kami melaporkan kasus seorang wanita, 19 tahun dengan keluhan asupan makan via oral menurun didiagnosis dengan Severe Protein Energy Malnutrition (IMT 12.4 kg/m2) , TB Paru relaps dengan riwayat putus obat dan Immunodeficiency syndrome. Terapi nutrisi diberikan sesuai dengan manajemen refeeding syndrome mulai dari 15 kkal/kg BB dan ditingkatkan bertahap sampai 2000 kkal sesuai dengan kemampuan dan kondisi pasien dengan komposisi protein 1.5 gr/kgBBI/hari, karbohidrat 50-55% dan protein 30-33% diikuti dengan pemberian suplementasi zinc dan vitamin D. Saat Pasien di Rumah, dilakukan pemantauan selama 5 bulan untuk menilai kondisi klinis, asupan kalori, berat badan dan kapasitas fungsional. Terdapat perbaikan klinis, peningkatan asupan (energi ±2000 kkal), berat badan yang meningkat (IMT 22.37 kg/m2) dan peningkatan kapasitas fungsional (20 kg). Dengan dukungan nutrisi dan dilanjutkan dengan pemberian ARV setelah pengobatan TB paru berlangsung 25 hari, dapat memperbaiki kondisi dan status metabolisme sehingga mencegah terjadinya IRIS.
ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DALAM KAITANNYA DENGAN MALARIA, POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI DI DAERAH ENDEMIK MALARIA Ansar Ansar; Nurpudji A. Taslim; Nurhaedar Jafar
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 10 No. 2: JUNI 2014
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.776 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v10i2.488

Abstract

Anemia pada remaja putri merupakan salah satu masalah gizi utama di negara berkembang apalagi pada mereka yang bermukim di wilayah endemik malaria. Penelitian ini bertujuan menilai faktor yang berperan dalam kejadian anemia pada remaja putri di wilayah endemik malaria. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dirancang dalam bentuk survei pada wilayah kabupaten, pada setiap kecamatan dipilih beberapa desa yang dilakukan dalam bentuk cluster. Terdapat 314 sampel remaja putri yang terpilih dalam penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, anamnesa malaria, pemeriksaan darah untuk hemoglobin, dan formulir frekuensi makanan. Analisis data menggunakan uji chi square. Ditemukan prevalensi anemia sebesar 29,9%. Responden dengan pola makan bervariasi lebih sedikit yang anemia (10,2% vs 33,6%) (p=0,001). Responden yang tidak terbiasa sarapan pagi lebih banyak yang anemia (44,3% vs 26,5%) (p=0,006). Dan yang pernah menderita gejala malaria klinis dalam tiga bulan terakhir hampir dua kali lebih banyak yang anemia (45,1% vs 27,0%) (p=0,010). Sedangkan berdasarkan penghasilan keluarga ditemukan pula bahwa remaja putri dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih banyak yang anemia (32,5% vs 24,8%) (p=0,156). Sebagai kesimpulan bahwa pola konsumsi pangan, kebiasaan sarapan pagi, dan penyakit malaria memiliki hubungan yang bermakna dengan anemia pada remaja putri di wilayah endemik malaria.
Efek Fortifikasi Asam Folat pada Beras Premiks Lokal terhadap Konsentrasi dan Hasil Belajar pada Santri Aminuddin Syam; Nurpudji Astuti Taslim; Budu Budu; Nurhaedar Jafar; Muhammad Jufri
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 15 No. 4: DESEMBER 2019
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.414 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v15i4.7621

Abstract

Deficiency of iron intake and folic acid intake can cause a shortage of concentration and studentachievement. The purpose of this study explains the effect of giving fortified rice with folic acid on concentrationand Student learning outcome. This study is an experimental using the Double-Blind Randomized ControlTrial Design. The population is students in the Annihaya boarding school is 603 people. The sample is 80male students of aged 12-15 years. The sample was divided into four groups, namely groups given fortificationrice (anemia and non-anemia) and groups given non-fortification rice (anemia and non-anemia). The resultsshowed that the greatest decrease in concentration scores in the intervention group was -2,75, while in thecontrol group, it decreased by -1,65 and there was no significant difference either in the group or the differencegroup with p value> 0,05. The increase in student learning outcomes in the intervention group was 0,11while the control group had decreased by -0,44. The results show that there were significant differences in theintervention group before and after the intervention. But statistical tests showed there were no differences instudent learning outcomes scores between the intervention group and the control group (p>0,05). The conclusionis that the concentration of students decreased in all groups after the intervention and the greatest decreaseoccurred in the group given non-anemic fortified rice. Student learning outcomes increased in all groupsafter the intervention and the largest increase occurred in the anemic group who were given fortified rice.
Hubungan IMT dan Kadar Albumin berhubungan dengan Penyembuhan Luka Syahrul Said; Nurpudji A. Taslim; Burhanuddin Bahar
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.639 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.137

Abstract

Pasien perioperatif gastrointestinal berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Malnutrisi dapat menyebabkan hasil yang tidak diharapkan pada asuhan keperawatan perioperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan status gizi pasien bedah gastrointestinal berdasarkan parameter antropometri (Indeks Massa Tubuh, Tebal Lipatan Kulit, dan Lingkar Lengan Atas) dan klinis (albumin dan tingkat hemoglobin) dengan penyembuhan luka dan lama rawat inap, serta mengidentifikasi asupan makanan pasien pra dan pasca operasi. Penelitian cross-sectional ini mengukur 38 pasien yang menjalani pembedahan gastrointestinal di sebuah rumah sakit umum daerah di Indonesia. IMT, TLK, LLA, albumin dan kadar hemoglobin diukur sebelum dan sesudah operasi. asupan makanan diukur dengan 24 jam makanan Recall. Sementara penyembuhan luka pasien diukur pada hari ke-3 dan ke-7 hari pasca pembedahan. Terjadi peningkatan prevalensi malnutrisi pada pasien sebesar 60% selama tinggal di rumah sakit. IMT dan kadar albumin secara bermakna berhubungan dengan penyembuhan luka (p <0,05). Rerata lama rawat inap pasien dengan IMT normal (13,8 ± 5,6 hari) lebih pendek dari pasien gizi kurang (27,8 ± 17,7 hari) dan pasien gizi lebih (22,4 ± 11,6 hari). Asupan pasien umumnya di bawah kebutuhan mereka. IMT, tingkat albumin, dan asupan makanan memiliki peran penting untuk penyembuhan luka dan lama rawat inap pasien pembedahan gastrointestinal di rumah sakit. Rumah sakit harus melakukan penilaian awal status gizi pasien (setidaknya IMT dan kadar albumin) untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien, dan memberikan intervensi yang tepat sebelum dan setelah operasi.Kata kunci: Kadar albumin, lama rawat inap, penyembuhan luka, status gizi. Body Mass Index and Albumin Level related to Wound HealingAbstractPatients with gastrointestinal perioperative are at high risk of being malnutrition. Malnutrition could cause an adverse outcome of perioperative nursing care. This study aimed to identify the relationship of nutritional status of gastrointestinal surgical patients based on anthropometrical (Body Mass Index, Tricep Skin Fold, Mid Arm Circumference) and clinical laboratory (albumin and haemoglobin level) parameters to wound healing and length of stay (LOS), and identify food intake of patients pre and post surgery. This cross-sectional study included 38 patients who were undergoing gastrointestinal surgery at a regional hospital in Indonesia. BMI, TSF, MAC, albumin and hemoglobin level were measured pre and post surgery. Food intake was measured by 24 hours Food Recall. While patients wound healing was measured on the 3rd and 7thday of surgery. Malnutrition among patients increases 60% during the stay in the hospital. BMI and albumin level were significantly related to wound healing (p<0,05). The average LOS of patients with normal BMI (13.8 ± 5.6 days) was shorter than the underweight patient (27.8 ± 17.7 days) and overweight patients (22.4 ± 11.6 days). Intake of patients was generally under the need of their body. BMI status, albumin level, and food intake play a significant role to wound healing and length of stay patient gastrointestinal surgery at the hospital. The hospital should perform an initial assessment (at least BMI and albumin level) of nutritional status of patients to identify the need for patients, and provide appropriate intervention before and after surgery.Keywords: Albumin level, length of stay, nutritional status, wound healing.
MENUJU MAKASSAR SEHAT MELALUI PENINGKATAN KONSUMSI IKAN, SAYUR DAN BUAH DI KOTA MAKASSAR Nurpudji A. Taslim; Muhammad Asfar; Sigit Angriawan; Indra Yuliana; Nur Ashari
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2018): Jurnal Panrita Abdi - Oktober 2018
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.596 KB) | DOI: 10.20956/pa.v2i2.4035

Abstract

Obesitas salah satu yang ikut berkonstribusi terhadap meningkatnya penyakit tidak menular hipertensi dan stroke. Sulawesi Selatan menduduki rangking pertama untuk stroke (Riskesdas 2013).  Presentase sentral obesitas pada anak >15th di kota makassar sebesar 34,6%, khusus wanita  yang menderita obesitas pada usia >18 tahun ditemukan sebesar 24.7% dan  laki-laki sebesar 12%. Hal ini disebabkan masyarakat kota Makassar secara umum masih belum menerapkan pola hidup yang sehat, benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pola makan yang sehat. Obesitas dapat dicegah melalui konsumsi sayur dan buah yang mengandung serat tinggi dan digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan berat badan, selain sebagai sumber vitamin dan  mineral. Ikan yang berlimpah perlu mendapat perhatian khusus berkaitan dengan perannya sebagai  sebagai sumber protein, terutama untuk anak balita yang berhubungan dengan kecerdasan. Hal ini yang melatarbelakangi kegiatan Program Ipteks bagi wilayah (IbW)-CSR 2017 di kota Makassar.Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemilihan, penanganan dan pengolahan ikan, buah dan sayur yang baik dan benar, menyukseskan program pemerintah “menuju Makassar Sehat”.  Program IbW Kota Makassar dilaksanakan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Makassar. Kegiatan yang dilaksanakan berupa training of trainer (ToT),  penyuluhun terkait pemilihan dan penanganan ikan dan sayur-buah yang benar dan konsultasi gizi. Dari kegiatan Ipteks bagi Wilayah ini diperoleh luaran berupa leaflet dan buku saku cara memilih dan mengolah ikan, sayur dan buah yang benar.
EDUKASI GIZI SEBAGAI SALAH SATU MODALITAS TERAPI MEMPENGARUHI SURVIVAL RATE PASIEN DENGAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK Cecy Rahma Karim; Suryani As’ad; Nurpudji A Taslim; Mardiana Madjid
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.25

Abstract

Pendahuluan Kanker ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium. Keganasan ovarium dapat terjadi pada seluruh usia kehidupan wanita. Malnutrisi pada penderita kanker secara negatif berpengaruh terhadap respon terapi, komplikasi, kualitas hidup dan survival penderita. Intervensi nutrisi dapat mencegah malnutrisi. Laporan kasus Seorang perempuan dengan diagnosa neoplasma ovarium stadium IV A dengan efusi pleura dan asites yang direncanakan untuk dioperasi. Pasien mengeluh asupan tidak adekuat karena terasa cepat kenyang dan terjadi penurunan berat badan selama 8 bulan sebesar 6 kg. Pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak anemis,loss of subcutaneous fat,asites,muscle wasting ada. Pada laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin dan albumin,peningkatan kadar leukosit. Pasien di diagnosa dengan gizi buruk,anemia normositik normokrom,deplesi sistem imun, hipoalbuminemia, dan leukositosis. Total kebutuhan energi terkoreksi adalah 1450 kkal dengan komposisi protein 19.8 % karbohidrat 50-55% dan lemak 25-30%, yang ditingkatkan bertahap. Intervensi nutrisi diberikan melalui oral berupa makanan lunak dan formula tinggi protein, kebutuhan cairan 1000 ml/hr,diberikan suplementasi multivitamin neurodex,vitamin C 100 mg,vitamin A 6000 IU,zink 20 mg, dan kapsul ikan gabus 3x2 kapsul setiap hari. Setelah 11 hari intervensi nutrisi pasien menunjukkan perbaikan pada hemoglobin, albumin dan lekosit dan kondisi pasien mengalami perbaikan sehingga operasi dapat dilakukan. Kesimpulan Intervensi nutrisi; makro dan mikronutrien, monitoring serta edukasi gizi diperlukan untuk menunjang perbaikan kondisi klinis pasien.
PERBAIKAN KADAR ALBUMIN PASIEN POST AMPUTASI ET CAUSA LUKA BAKAR LISTRIK 25% DERAJAT III DAN STATUS GIZI KURANG DENGAN PEMBERIAN ASUPAN TINGGI PROTEIN Diane Paparang; Nurpudji A. Taslim; Haerani Rasyid; A. Yasmin Syauki
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.27

Abstract

Pendahuluan Proses penyembuhan luka post amputasi dan luka bakar dengan luas 25% dan kedalaman derajat III serta hipoalbuminemia sedang (albumin 2,6g/dL) dan status gizi kurang memerlukan terapi gizi spesifik tinggi protein. Laporan Kasus Tn.I, laki-laki, 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah dengan luka post amputasi dan luka bakar listrik derajat III luas 25%. Keluhan utama asupan makan kurang sejak 16 hari terakhir karena nafsu makan kurang akibat nyeri pada luka post amputasi dan luka bakar. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Asupan 24 jam 1000kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi kurang (LLA=80,7%), status metabolik anemia normositik normokrom (Hb 9.7 g/dl), deplesi sedang sistem imun (TLC 940/µL), hipoalbuminemia (albumin 2,6g/dL) dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 2500 kkal, protein 2 gr/kgBBI/hari (23%), karbohidrat 57% dan lemak 20 %, melalui oral berupa makanan biasa 1250 kkal, ONS glutamine 2.5g/hari, suplementasi 6 butir putih telur (protein 31,5g/hari), vitamin C 1g/24jam, vitamin A 6.000IU/12jam, vitamin B1-100mg, vitamin B6-200mg, vitamin B12-200mg, Zinc 50mg/24jam, selenium 55µg, Curcuma 400mg/8jam dan ekstrak ikan gabus 2 kapsul/8 jam. Setelah perawatan 30 hari, terjadi perbaikan dalam penyembuhan luka, peningkatan LLA menjadi 23,5cm, peningkatan hemoglobin 9.3g/dl, peningkatan sistem imun (TLC 2064/µL), peningkatan albumin 3.9g/dL. Kesimpulan Terapi nutrisi spesifik dengan protein 2 gr/kgBBI dapat meningkatkan kadar albumin dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien luka bakar.
KECUKUPAN KALORI MENUNJANG PERBAIKAN IMBALANCE ELEKTROLIT PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA BULI Josefina Junizar; Nurpudji A Taslim; Suryani As’ad; Mardiana Madjid
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.28

Abstract

Pendahuluan Karsinoma buli merupakan jenis kanker yang dimulai di kandung kemih. Insiden karsinoma buli tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan sebanyak 53.200 orang. Karsinoma buli merupakan keganasan terbanyak nomor 4 pada pria. Laporan Kasus Seorang laki-laki berusia 30 tahun dikonsul dengan diagnosa medis tumor buli-buli metastase ke hepar dan pulmo, intake inadekuat, cancer paru dan DIC. Pasien dikonsulkan karena asupan makan berkurang sejak 3 hari lalu karena merasa mengganjal di tenggorokan, nafsu makan menurun, ada rasa nyeri uluhati dan sakit perut. Asupan 24 jam 52,5 kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi buruk (LLA 68%), status metabolik anemia (Hb 8,9g/dl), hipoalbuminemia (albumin 3,3g/dl), hypokalemia (3,3g/dl), penurunan fungsi ginjal (ureum 64mg/dl, kreatinin 1,82mg/dl), dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 1080 kkal deinaikkan bertahap sesuai toleransi pasien sampai 2700 kkal, protein 1g/kgBBI/hari dinaikkan sampai 2g/kgBBI/hari, karbohidrat 60% dan lemak 31% melalui oral awalnya kemudian pasang NGT berupa makanan lunak selanjutnya bubur saring, formula nefrisol, jus buah dan putih telur 6 butir/hari, zinc 20mg/24jam, neurodex 1tablet/24jam, KSR 600mg/24jam dan ekstrak ikan gabus 2kapsul/8jam. Setelah perawatan 18 hari, status gizi masih buruk. Kesimpulan Dukungan nutrisi yang optimal dan monitoring pada pasien kanker menunjukkan perbaikan status gizi, perbaikan status metabolik sehingga dapat mempercepat proses perbaikan keadaan umum.
PEMBERIAN PROTEIN YANG ADEKUAT MEMPERCEPAT PENUTUPAN BURST ABDOMEN PADA PASIEN GERIATRI DENGAN TUMOR KOLON Rosdiana R; Agussalim Bukhari; Nurpudji A Taslim; Mardiana Madjid
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.29

Abstract

Pendahuluan Burst abdomen adalah terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara parsial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif disertai protrusi dan eviserasi isi abdomen yang merupakan komplikasi tindakan bedah karena tidak adekuatnya perawatan luka, pengobatan, dan dukungan nutrisi. Resume kasus Seorang laki-laki berumur 85 tahun, dikonsul dari bagian bedah digestif dengan diagnosis medis Burst abdomen post operasi laparatomi dan colostomi et causa tumor colon rectosigmoid, keluhan utama luka terbuka di perut dan asupan tidak adekuat, Riwayat penurunan berat badan kurang dari 5 kg selama 1 bulan terakhir. Buang air besar via colostomi. Pemeriksaan antropometri didapatkan LLA 18 cm. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, anemia (+), Loss of subcutaneus fat (+), terdapat wasting pada keempat ekstremitas. Pemeriksaan laboratorium didapatkan deplesi berat sistem imun (874), hipoalbuminemia (2.6), anemia (9.6) dan hipokalemia (2.9). Kebutuhan Energi Terkoreksi : 1394 kkal dengan komposisi makronutrien: Protein: 1,7 gr/kg BBI/hari = 79.92 gr =22%, Karbohidrat : 55%= 192,5 gr, Lemak : 23% = 35,7gr. Penatalaksanaan nutrisi perioperatif yang diberikan bertujuan sebagai manajemen nutrisi perioperatif, meningkatkan status gizi dan memperbaiki status metabolik pasien, mempercepat penyembuhan luka dan memberikan edukasi gizi ke pasien. Operasi repair wound dilakukan dengan nilai PNI 36,5.Pada hari ke-13 post operasi terjadi dehisensi luka. Peningkatan pemberian protein sebesar 2 gram /kgBBI/hari karena tidak adanya peningkatan kadar albumin. Setelah diintervensi pada hari ke 35 post operasi mulai terjadi perbaikan luka operasi. Pada pasien ini juga dilakukan program peningkatan berat badan( penambahan kalori secara bertahap dengan maksimal pemberian sebesar 1000 kkal) untuk perbaikan status gizi . Pada Monitoring dan evaluasi asupan membaik, antropometri terjadi peningkatan (LLA 20,5cm)dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan perbaikan kadar TLC (2.769), albumin (3,8) dan kalium (5,3) serta kadar Hb (11).Lama perawatan perioperatif 100 hari. Kesimpulan Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi diperlukan untuk menunjang perbaikan kondisi klinis pasien pre dan post operatif dengan burst abdomen. Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi yang baik menunjukkan adanya perbaikan asupan kalori, status metabolik sehingga dapat mengurangi risiko infeksi, lama rawat dan mortalitas yang berefek pada perbaikan luka.
PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL DAPAT MEMPERTAHANKAN KADAR ALBUMIN NORMAL NAMUN TIDAK MEMPERBAIKI KADAR TLC PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING Lusi Makaba; Suryani As’ad; Nurpudji A Taslim; A. Yasmin Syauki
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.30

Abstract

Pendahuluan Malnutrisi pada keganasan kepala dan leher sering terjadi yang ditandai dengan penurunan berat badan 10% selama menjalani terapi. Intervensi nutrisi dapat mencegah malnutrisi. Laporan Kasus Tn.M, umur 35 tahun dikonsulkan dari THT-KL dengan diagnosa karsinoma nasofaring stadium IV B dengan keluhan utama sulit menelan selama 2 hari sebelum dikonsul dan penurunan berat badan dalam 2 minggu. Pemeriksaan Antropometri: panjang badan: 171 cm, lingkar lengan atas: 22 cm, berat badan ideal: 63,9 kg, berat badan aktual: 45 kg, indeks masa tubuh:15,3 kg/m2. Pemeriksaan fisik didapatkan: massa tumor pada leher kanan, kehilangan lemak subkutan, muscle wasting. Status gizi: gizi buruk. Pemeriksaan laboratorium: kolesterol total 224 mg/dL,LDL190 mg/dL. Intervensi nutrisi dengan kebutuhan energi terkoreksi 2200 kkal dengan komposisi karbohidrat 50 %, protein 17% dan lemak 33 %. Diet diberikan 50 % via nasogastric tube berupa makanan saring, susu formula, jus buah. Selanjutnya, diet akan ditingkatkan sesuai toleransi sampai kebutuhan energi terkoreksi tercapai. Setelah perawatan 14 hari, pada pasien ini terjadi peningkatan lingkar lengan atas pada awal perawatan 22 cm menjadi 22.5 cm, berat badan aktual 45 kg menjadi 46 kg. Hasil laboratorium didapatkan perbaikan profil lipid. Kesimpulan Terapi nutrisi pada pasien karsinoma nasofaring dengan gizi buruk dapat meningkatkan berat badan dan mencegah adanya malnutrisi energi-protein yang berat.