Gunawan Widi Santosa
Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Soedharto SH, Tembalang, Semarang. 50275.Telp. (024)7474698, 085640565065, Email Sriyulinawulandari@yahoo.com

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Pengaruh Konsentrasi Logam Berat Zn pada Pertumbuhan Mikroalga Dunaliella salina (Chlorophyceae: Dunaliellaceae) Sihotang, Angelina Yusniar Christanty; Santosa, Gunawan Widi; Sunaryo, Sunaryo
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.29291

Abstract

Logam berat Zn merupakan salah satu logam berat essensial yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah sedikit, termasuk mikroalga Dunaliella salina. Konsentrasi logam pada media kultur diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan proksimatnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pertumbuhan dan kandungan proksimat pada mikroalga Dunaliella salina pada konsentrasi logam berat Zn yang berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroalga D. salina yang diperoleh dari stok murni Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Hasil penelitian menunjukkan penambahan konsentrasi logam berat Zn yang berbeda pada media tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan D. salina (p≥0,05). Heavy metal Zn is one of the essential heavy metals needed by plants in small amounts, including the microalgae Dunaliella salina. Metal concentration in the living medium is thought to have an effect on growth and proximate content. The purpose of this study was to determine the growth and proximate content of green microalgae D. salina at different concentrations of heavy metal Zn. The material used in this study was D. salina microalgae obtained from pure stock from the Laboratory of the Center for Brackish Water Cultivation Development (BBPBAP) Jepara. The results showed that the addition of different heavy metal concentrations affected the growth cellular counts at the last expontial phase, though it did not affect the cellular growth rate of D. salina at (p≥0,05).
Pengaruh Pemberian Ekstrak Stichopus hermanii Semper, 1868 (Stichopodidae, Holothuroidea) terhadap Jumlah Total Hemosit Litopenaeus vannamei Boone, 1931 (Penaeidae, Crustacea) Ni'mah, Ulin; Pringgenies, Delianis; Santosa, Gunawan Widi
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.31112

Abstract

Peningkatan imunitas udang vaname dengan menggunakan imnostimulator merupakan salah satu upaya untuk mencegah kegagalan panen pada budidaya udang vaname. Ekstrak teripang emas memiliki senyawa yang berperan sebagai peningkat imun. Beberapa senyawa yang terkandung pada teripang emas yaitu saponin dan steroid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teripang emas terhadap jumlah total hemosit Litopenaeus vannamei dan konsentrasi ekstrak teripang emas yang paling tepat untuk meningkatkan jumlah total hemosit udang vaname. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen laboratoris dengan perlakuan konsentrasi ekstrak teripang emas yang ditambahkann pada pakan udang komersil yaitu 0 ppm; 40 ppm; 80 ppm; 120 ppm. Hasil penelitian jumlah total hemosit udang vaname terjadi peningkatan akibat pemberian ekstrak teripang emas dibandingkan kontrol. Peningkatan tersebut terlihat pada jumlah total hemosit udang vaname yang diberi ekstrak teripang emas dengan konsentrasi 40 dan 120 ppm pada hari ke-8. Pemberian ekstrak teripang emas dengan konsentrasi 120 ppm memberikan hasil terbaik yaitu jumlah total hemosit sebanyak 1,18x106 sel/mL, dan untuk kelangsungan hidup udang vaname yang diberikan ekstrak teripang emas dan kontrol memiliki persentase sebesar 100%. Kesimpulannya adalah pemberian ekstrak teripang emas berpengaruh terhadap jumlah hemosit udang vaname.  Increased immunity of vaname shrimp by using imnostimulator is one of the efforts to prevent crop failure in the cultivation of vaname shrimp. gold sea cucumber extract has a compound that acts as an immune enhancer. Some of the compounds contained in Stichopus hermanii are saponins and steroids. The purpose of this study was to determine the effect of gold sea cucumber extract on the total amount of vaname shrimp haemocyte and the most appropriate concentration of golden sea cucumber extract to increase the total amount of vaname shrimp haemocyte. The method used was a method of laboratory experimentation with the treatment of the concentration of Stichopus hermanii extract added to commercial shrimp feed that is 0 ppm; 40 ppm; 80 ppm; 120 ppm. The results of the study the total amount of shrimp haemocyte Litopenaeus vananamei increased due to administration of Stichopus hermanii extract compared to control. The increase was seen in the total amount of vaname shrimp haemocyte given gold sea cucumber extract with concentrations of 40 and 120 ppm on day 8. Administration of gold sea cucumber extract with a concentration of 120 ppm gives the best result that is the total amount of haemocyte as much as 1.18x106 cells / mL, and for the survival of Litopenaeus vannamei given extract gold sea cucumber and control has a percentage of 100%. The conclusion is that the administration of gold sea cucumber extract affects the amount of haemocyte shrimp vaname.
Kandungan Logam Berat Hg dan Cd dalam Air, Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granossa) dengan Menggunakan Metode Analisis Pengaktifan Neutron (APN) Sri Yulina Wulandari; Bambang Yulianto; Gunawan Widi Santosa; Ken Suwartimah
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.103 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.170-175

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan dan tingkat pencemaran logam berat Hg dan Cd dalam air, sedimen dan kerang darah (Anadara granossa) di perairan Morodemak, Banjir Kanal Timur dan Mangkang Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2004-Januari 2005 dengan metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Pengaktifan Neutron (APN). Hasil penelitian kandungan logam berat Hg dan Cd pada ketiga lokasi menunjukkan pola akumulasi yang cenderung sama di stasiun muara dan laut, baik pengamatan dalam sedimen maupun air. Kandungan logam berat Hg dan Cd pada kerang Anadara granosa menunjukkan nilai yang bervariasi, namun cenderung dipengaruhi sedimen dan air pada dua media tersebut, terkait dengan sifatnya yang filter feeder dan sessil. Meskipun demikian variasi faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kecepatan arus dan jenis sedimen juga memberikan kontribusi yang cukup penting. Kandungan logam berat Hg dan Cd dalam kolom air di Morodemak, Banjir Kanal Timur dan Mangkang telah melampaui batas yang diperbolehkan, demikian pula kandungan berat Hg pada kerang darah  sudah melampaui baku mutu yang ditetapkan. Kata kunci : Hg, Cd, Air, Sedimen, Anadara granossa,metode APN  The aims of the research is to analyze the heavy metals concentrations and the pollution level of Hg and Cd in water, sediment and blood mussels (Anadara granossa) at Morodemak, Banjir Kanal Timur and Mangkang Rivers. This research was conducted from August 2004 to January 2005 using The Neutron Activation Analysis Method. The results showed that the heavy metals concentrations of Hg and Cd  in water and sediment tend to show similar accumulation patern both on estuary and the sea. While the heavy metals concentrations of Hg and Cd in blood mussels (Anadara granossa) show a variated value, which was influenced by the environmental conditions, due to the their behaviour as filter feeder and sesille. The environmental factors such as temperature, salinity, pH, current dan sediment type also play an important role and contributed significantly to the heavy metals accumulation. The concentrations of Hg and Cd in water at the  Morodemak, Banjir Kanal Timur dan Mangkang was higher than standard quality, so does  the Hg concentration in blood mussels. Key words : Hg, Cd, water, sediment, Anadara granossa, NAA method.
Effect of pH on Growth and Survival Rate of Artemia Fed on Picophytoplankter Nannochloris sp. (Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Artemia yang Diberi Pakan Nannochloris sp.) Gunawan Widi Santosa
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 2 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.2.105-112

Abstract

Akumulasi CO2 dan naik turunnya pH adalah faktor yang sangat penting untuk dikendalikan dalam mengkultur hewan yang diberi pakan algae. Percobaan pemberian pakan dengan salah satu picophytoplanton  seperti Nannochloris sp sebagai penyumbang utama produktifitas primer dalam ekosistem laut, menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsunganhidup Artemia setelah diberi pakan sel algae baik dalam keadaan hidup atau mati dalam media dengan pH yang berbeda. Dalam penelitian ini sebanyak 1500 nauplii Artemia dikultur, dalam tabung Ferbach  dengan posisi terbalik, pada kisaran pH  6.5, 7.0, 7.5, 8.0, dan 9. Sebanyak 4.0 x 106 sel.mL-1 Nannochloris sp pada fase logaritme diberikan sebagai konsentrasi awal pakan sampai hari ke-4. Mulai hari ke-5 pakan diberikan setiap 12 jam. Perubahan konsentrasi pakan dan pH media dicatat tiap hari dan selalu dikembalikan pada konsentrasi awal. Setiap dua hari disampling untuk menghitung pertumbuhan panjang/berat, kelulushidupan Artemia dan efisiensi pertumbuhannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Artemia mengikuti pola yang sama di semua tingkatan pH (kisaran 4,37-5.28 mm), namun tidak berbeda secara statistik pada P>0.05. Sebaliknya, kelangsungan hidup Artemia menunjukkan adanya pengaruh yang nyata pada kondisi ini pada P<0.05 (kisaran 82,5-95.0%). Dari kajian ini menunjukkan bahwa kisaran pH media masih baik untuk kultur Artemia pada kondisi laboratoris penelitian, buktinya kelangsunganhidupnya mencapai 95% dengan pakan sel mati dan 82,5% dengan pakan sel hidup. Hasil ini mengkonfirmasikan bahwa Nannochloris sp merupakan pakan yang layak diberikan kepada Artemia baik dalam kondisi hidup maupun mati. Kata kunci: pertumbuhan, kelangsungan hidup, artemia, picofitoplankton, Nannochloris sp.  Accumulation of CO2 and associated with drift of pH is one of important factors should be controlled in culturing animals fed on microalgae. Feeding trials with Artemia fed on one of picophytoplankters Nannochloris sp, which has been to be major contributor of the primary productivity of marine ecosystems, is becoming importance to be done. The experiment was aimed to investigate the growth and survival rate of Artemia after consuming on either live or dead cells of algae in different pH media. In this experiment 1500 Artemia nauplii were cultured in upside down potition of Ferbach glass in various pH levels ranged from 6.5, 7.0, 7.5, 8.0, and 9.0 respectively. The food was added to the culture flasks from day 0 to give an initial population density of 4.0 x106 cells.mL-1 and thereafter at 24 h intervals until day 4. From day 5 the food were given to the animal at 12 h interval with each addition regulated to restore the population density to the initial level. pH level was kept and adjustment was made by addition of NaOH and or HCl to bring the pH at original levels. Water media was changed at every four day period. Every two and four days the animals were sampled for body length/weight, growth efficiency, and survival rate measurement. The results showed that growth of Artemia followed a similar pattern in all levels of pH (ranged from 4.37-5.28 mm), however, there was no effect on body length growth rate of Artemia after 15 days period of incubation at P>0.05. On the other hand, the survival rate of Artemia showed a significant effect under these condition at P<0.05. From the present study it could be confirmed that range of pH in the media was suitable for the culture of Artemia in the current laboratory conditions as evidenced by higher survival (up to 95% fed on  dead cell and 82.5% fed on live cell). This result also confirmed that Nannochloris sp. was suitable food for Artemia culture both given alive or dead cell. Keywords: Growth, Survival, Artemia, picophytoplankton, Nannochloris sp.
Pertumbuhan dan Kadar Pigmen Dunaliella salina (Chlorophyta) pada Media dengan Penambahan Konsentrasi Tembaga (Cu) yang Berbeda Faiz Naida Salimah; Gunawan Widi Santosa; Ali Ridlo
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i1.35906

Abstract

Dunaliella salina merupakan mikroalga hijau yang memiliki peran penting dalam rantai makanan di lingkungan perairan dan kandungan pigmennya telah banyak dimanfaatkan. Pertumbuhan dan kandungan biomolekul  D. salina dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidupnya, salah satunya mikronutrien tembaga (Cu). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Cu dalam media terhadap pertumbuhan dan kandungan pigmen D. salina. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 1 perlakuan dengan 4 taraf perlakuan (3 kali ulangan). Perlakuan yang diberikan adalah penambahan Cu dengan konsentrasi 1, 3, dan 5 ppm kedalam media kultur D. salina dan tanpa penambahan atau kontrol. Analisis kadar pigmen klorofil-a,b dan total karotenoid dilakukan menggunakan metode spektroskopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi Cu yang berbeda pada media memberikan pengaruh nyata (p≤0,05) terhadap laju pertumbuhan mikroalga dan kadar pigmen D. salina. Laju pertumbuhan tetinggi dicapai pada perlakuan B (penambahan 1 ppm) sebesar 0,44±0,03 sel/hari dan terendah pada perlakuan D (penambahan 5 ppm) sebesar 0,26±0,04 sel/hari. Kadar pigmen tertinggi diperoleh pada perlakuan A (kontrol/tanpa penambahan) dengan klorofil-a sebesar 18,04±1,80 μg/mL, klorofil-b sebesar 9,03±0,87 μg/mL, serta total karotenoid 5,66±0,80 μg/mL dan terendah pada perlakuan D (penambahan 5 ppm) dengan klorofil-a sebesar 7,56±1,30 μg/mL, klorofil-b 3,91±0,90 μg/mL serta total karotenoid 2,12±0,37 μg/mL. Semakin tinggi konsentrasi Cu yang ditambahkan maka laju pertumbuhan dan kadar pigmen D. salina semakin menurun. Efek toksik Cu terhadap laju pertumbuhan dan kadar pigmen secara signifikan mulai terjadi dari penambahan 3 ppm Cu ke dalam media.  Dunaliella salina is a green microalga that has an important role in the food chain in aquatic environments and its pigment content has been widely utilized. The growth and content of biomolecules D. salina are influenced by environmental conditions, one of which is the micronutrient copper (Cu). This study used an experimental method with a completely randomized design (CRD) using 1 treatment with 4 levels of treatment (3 replications). The treatment given was the addition of Cu with a concentration of 1, 3, and 5 ppm into the D. salina culture media and without addition or control. Analysis of the levels of chlorophyll-a, b, and total carotenoid pigments was carried out using a spectroscopic method. The results showed that the addition of different Cu concentrations in the media had a significant effect (p≤0,05) on the growth rate of microalgae and the pigment levels of D. salina. The highest growth rate was achieved in treatment B (addition of 1 ppm) of 0,44±0,03 cell/day and the lowest was in treatment D (addition of 5 ppm) of 0,26 ± 0,04 cell/day. The highest pigment content was obtained in treatment A (control) with chlorophyll-a of 18,04±1,80 μg/mL, chlorophyll-b of 9,03±0,87 μg/mL, and total carotenoids 5,66±0,80 μg/mL and the lowest in treatment D (addition of 5 ppm) with chlorophyll-a of 7,56±1,30 μg/mL, chlorophyll-b 3,91±0,90 μg/mL and total carotenoids 2,12±0,37 μg/mL. The higher the Cu concentration was added, the lower the growth rate and pigment levels of D. salina. The toxic effect of Cu on the growth rate and pigment levels was significant from the addition of 3 ppm Cu into the media.
Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. pada Media yang Mengandung Tembaga (Cu) dengan Konsentrasi yang Berbeda Endang Supriyantini; Gunawan Widi Santosa; Ladies Nikita Alamanda
Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.7 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v7i1.19038

Abstract

Budidaya rumput laut banyak dilakukan untuk memenuhi dan meningkatkan produksinya, namun masih banyak kendala, sehingga hasil produksinya belum stabil. Hal ini dapat dilihat dengan pemberian nutrien yang diharapkan akan meningkatkan pertumbuhannya. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pertumbuhan dan kemampuan absorpsi Gracilaria sp. pada media yang mengandung Cu dengan konsentrasi yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental laboratoris dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan penambahan konsentrasi Cu pada media pemeliharaan yang terdiri dari 4 tingkat yaitu kontrol (0,036 ppm, sesuai dengan konsentrasi Cu pada air laut), 0.5 ppm, 5 ppm, dan 50 ppm dengan 3 pengulangan. Hasil memperlihatkan bahwa penambahan Cu dengan konsentrasi yang berbeda  memiliki pengaruh nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan dan kemampuan absorpsi pada Gracilaria sp. Pertumbuhan Gracilaria sp. tertinggi dicapai pada perlakuan A (kontrol) dengan pertambahan berat sebesar 25,34 g dan laju petumbuhan spesifik (SGR) sebesar 0,43%. Nilai pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) yang didapatkan pada perlakuan B (0,5 ppm) sebesar  -80,37 g dan -1,84% per hari, perlakuan C (5 ppm) sebesar -85,19 g dan -2,02% per hari, dan perlakuan D (50 ppm) sebesar -99,19 g dan -2,47% per hari. Semakin tinggi konsentrasi Cu yang diberikan maka pertumbuhan Gracilaria sp. akan semakin rendah. Seaweed cultivation is done to meet and improve its production, but there are still many obstacles, so its results are not yet stable. This can be seen with the awarding of the nutrients that will hopefully increase its growth. The goal of the research is to know the growth and absorption ability of Gracilaria SP. in medium containing different concentrations of Cu with. The method used is the method of experimental design of randomized Complete laboratories (RAL). Addition of Cu concentration on treatment of media maintenance which consists of 4 levels, namely control (0.036 ppm, according to the concentration of Cu in sea water), 0.5 ppm, 5 ppm and 50 ppm, with three repetitions. The results showed that the addition of Cu with a different concentration of real influence (p < 0.05) towards growth and the ability of absorption on Gracilaria sp. Highest growth of Gracilaria sp. was achieved on A treatment (control) and the increase of the weight of 25.34 g and specific growth rate (SGR) of 0.43%. The absolute growth rate and specific growth rate (SGR) obtained at the treatment B (0.5 ppm) of -80.37g and-1.84% per day, treatment C (5 ppm) of -85.19 g and -2.02% per day, and treatment D (50 ppm) for -99.19 g and -2.47% per day. The higher the concentration of Cu given, then the growth of Gracilaria sp. will be even lower. 
Kualitas Ekstrak Karaginan Dari Rumput Laut “Kappaphycus alvarezii” Hasil Budidaya Di Perairan Pantai Kartini Dan Pulau Kemojan Karimunjawa Kabupaten Jepara Endang Supriyantini; Gunawan Widi Santosa; Agus Dermawan
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.352 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16556

Abstract

Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang diekstraksi dari rumput laut merah jenis Kappaphycus alvarezii. Karaginan dapat digunakan untuk meningkatkan kestabilan bahan pangan baik yang berbentuk suspensi (dispersi padatan dalam cairan), emulsi (dispersi gas dalam cairan). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Kualitas ekstrak karaginan hasil ekstraksi rumput laut K. alvarezii dari dua lokasi sampling yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai bulan Januari 2016, di perairan Pantai Kartini, Jepara dan peraian Kemojan Karimunjawa, Jepara. Hasil penelitian menunjukkan analisis spektra FTIR produk telah memenuhi spesifikasi karaginan standar karena gugus-gugus fungsi yang terdapat pada spektrum sampel yang dihasilkan sama seperti gugus pada kappa karaginan yaitu gugus ester sulfat, OH, ikatan glikosidik. Hasil analisis sifat fisik-kimia karaginan (rendemen, kadar air, kadar abu, kadar sulfat, viskositas, dan kekuatan gel) yang paling baik yaitu karaginan dari perairan Kemojan Karimunjawa dibandingkan karaginan Pantai Kartini. Kadar sulfat Pantai Kartini dan Kemojan Karimunjawa masih dibawah kadar mutu yaitu 15-40 %, Sedangkan kekuatan gel kedua perairan yaitu Kemojan Karimunjawa 78,57 g.cm-2 dan Pantai kartini 61,86 g.cm-2 masih jauh di bawah baku mutu yaitu 685,50 g.cm2. Carrageenan is a hydrocolloid compounds extracted from red seaweed types Kappaphycus alvarezii. Carrageenan can be used to improve the stability of food in the form of suspension or emulsions. The purpose of this study was to determine the quality of the extract of carrageenan extracted from K. alvarezii at two different sampling locations. This research was conducted in August, 2015 and January, 2016. Samples of seaweed obtained from two different waters, namely Kartini Beach and Kemojan Karimunjawa Island, bolt at jepara regency. The results showed the FTIR spectra analysis of the product met the specifications for a standard carrageenan functional groups contained in the sample spectrum as expressed in clusters of kappa carrageenan namely sulphate ester group , OH , glycosidic bond. The results of analysis  of the physical-chemical properties of carrageenan ( yield, moisture content , ash content , sulphate content , viscosity and gel strength ) the best quality of carragenan was obtained from carrageenophyte taken from Kemojan Karimunjawa Island, although sulphate content from two different waters was under quality level at 15 – 40%, while the  gel strength kartini 61.86 g.cm-2 and Kemojan 78.57 g.cm-2 both were still far below the of carrageenophyte quality at 685.50 g.cm-2.
Komunitas Makrozoobentos pada Substrat Dasar Lunak Di Muara Sungai Wulan, Demak Narendra Prasidya Wishnu; Retno Hartati; Jusup Suprijanto; Nirwani Soenardjo; Gunawan Widi Santosa
Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.515 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v9i1.27431

Abstract

Muara Sungai Wulan yang terletak di Pantai Demak, Jawa Tengah,merupakan habitat yang baik bagi komunitas makrozoobentos. Habitat tersebutdicirikan dengan sedimen pasir, lanau dan lempung, karena pada beberapa tempat merupakan substrat dasar lunak yang didominasi oleh sedimen lanau. Identifikasi jenis makrozoobentos dan analisis keanekaragamannya penting untuk menentukan kondisi ekosistem substrat lunak tersebut.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis dan mengetahui struktur komunitas makrozoobentos pada substrat lunak di perairan Delta Wulan, Demak. Metode survei eksploratif diaplikasikan pada penelitian ini dan purposive random sampling dilakukan pada saat mengambil sample sedimen pada12 titik penelitian dengan menggunakan van veen grab sampler. Analisa makrozobentos dan ukuran butir dilakukan terhadap sampel sedimen. Penelitian menemukan 24 spesies makrozoobentos yang termasuk dalam 4 filum, yaitu Arthropoda, Cnidaria, Echinodermata dan Moluska. Titik 5 adalah titik dengan nilai kelimpahan dan keanekaragaman tertinggi adalah Anadara. Terdapat dominansi 4 species yang berbeda disemua titik pengambilan sampel, yaitu Anadara sp., Paphia sp., Cominella sp. dan Gemmula sp. Sedimen pada daerah penelitian termasuk klasifikasi lanau komposisi pasir 2,5-22,14%, lanau 67,82-94,79% dan lempung 0-22,86% serta kandungan bahan organik total yang dikategorikan rendah-sedang dengan nilai berkisar 3,0-14,83%. Adanya dominasi jenis tersebut, maka substrat lunak merupakan habitat yang baik untuk moluska, khususnya bivalvia, sehingga daerah tersebut menjadi tempat penangkapan kerang.  Wulan estuary, located in Demak regency, Central Java, is a suitable habitat for the macrozoobenthos community. The habitat is characterized by sand, silt, and clay sediments, which in some places are soft substrates dominated by silt sediments. Identification of macrozoobenthos types and diversity analysis is important to determine the condition of the soft substrate ecosystem. The purpose of this study was to identify species and determine the structure of the macrozoobenthos community on soft substrates in the waters of Delta Wulan, Demak. Explorative survey method was applied in this study while purposive random sampling was carried out to collect the sediment samples at 12 research stations using a Van Veen grab sampler. Macrozoobenthos and grain size analyzes were performed used the sediment samples obtained. The study found 24 species of macrozoobenthos, which included 4 phyla, namely Arthropods, Cnidaria, Echinoderms and Molluscs. Station 5 has the highest value of abundance and diversity Anadara. Four different genera are dominant at all sampling points, namely Anadara sp., Paphia sp., Cominella sp., and Gemmula sp. Sediments in the study area included silt classification in which the composition of sand 2,5-22,14%, the silt of 67,82-94,79%, and loam of 0-22,86% and total organic matter content which was categorized as low-moderate with values ranging from 3,0-14,83%. The dominance evidence in this estuary concluded that soft substrate is a suitable habitat for mollusks, primarily bivalves; therefore this was the capture area of bivalve.
Potensi Antioksidan Rumput Laut Gracilaria verrucosa Dari Pantai Gunung Kidul, Yogyakarta Wahyu Febrianto; Ali Djunaedi; Suryono Suryono; Gunawan Widi Santosa; Sunaryo Sunaryo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 22, No 1 (2019): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.174 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v22i1.4669

Abstract

Gracilaria verrucosa is red algae that has been widely used as an antioxidant. This research was conducted to test antioxidant activity, total phenolic content and bioactive compound of Gracilaria verrucosa obtained from Pok Tunggal Beach and Ngandong Beach, Gunung Kidul, Yogyakarta. Research was carried out by descriptive method. Samples were fresh and taken from the beach, then macerated for 3x24 hours in a methanol solvent. Antioxidant test was carried out by electron transfer method with DPPH 0.1 mM and measurement of antioxidant activity using. Total phenolic contents were measured using the Folin-ciocalteau method using gallic acid standard on 725 nm wavelength. The phytochemical content observated by changing of extract color by reagent. Pigment contents were measured using spectrophotometric methods at wavelengths 636 and 663 (chlorophyll-a and chlorophyll-b) and 480 nm (carotenoids). The results showed that IC50 value extract of Pok Tunggal Beach and Ngandong Beach were 188,53 ppm and 168,76 ppm. Phenolic content of each extract were 16,527 and 17,497 mg GAE / g sample weight). Chlorophyll-a levels were 7,132 and 4,357 mg/g, chlorophyll-b were 8,335 and 5,401 mg/g, carotenoids were 31,625 and 35,494 µmol/g. Gracilaria verrucosa from Ngandong Beach have  antioxidant activity.Gracilaria verrucosa merupakan alga merah yang pemanfaatannya sudah banyak dilakukan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antioksidan, menghitung kadar fenolat total, dan senyawa bioaktif yang terkandung pada Gracilaria verrucosa yang diperoleh dari Pantai Pok Tunggal dan Pantai Ngandong, Gunung Kidul, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Sampel segar diambil langsung dari pantai, kemudian dimaserasi selama 3x24 jam dalam pelarut metanol. Uji antioksidan dilakukan dengan metode transfer elektron dengan DPPH 0,1 mM dan pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan perhitungan nilai IC50. Kadar fenolat total diukur menggunakan metode Folin-ciocalteau dengan asam galat sebagai standar pada panjang gelombang 725 nm. Kandungan fitokimia diuji menggunakan pengamatan perubahan warna ekstrak saat diberikan pereaksi. Kadar pigmen diukur menggunakan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 636, 663  (klorofil-a dan klorofil-b) dan 480 nm (karotenoid). Hasil menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak sampel dari Pantai Pok Tunggal dan Pantai Ngandong berturut-turut adalah 188,53 ppm dan 168,76 ppm. Kadar fenolat masing-masing ekstrak sebesar 16,527 dan 17,497 mg GAE/g berat sampel). Kadar klorofil-a sebesar 7,132 dan 4,357 mg/g, klorofil-b sebesar 8,335 dan 5,401 mg/g, karotenoid sebesar 31,625 dam 35,494 µmol/g. Gracilaria verrucosa dari Pantai Ngandong dan Pantai Pok Tunggal memiliki potensi antioksidan.  
Jenis Pelarut Metanol Dan N-Heksana Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Gelidium sp. Dari Pantai Drini Gunungkidul – Yogyakarta Wahyu Bagio Leksono; Rini Pramesti; Gunawan Widi Santosa; Wilis Ari Setyati
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 1 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.447 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i1.2236

Abstract

Gelidium sp. the one of red seaweed which has potential as naturalantioxidant. The researh was to know the activity of methanol extract, n-hexane Gelidium sp., and determined totalphenolic compound of pigments (chlorophyll a and carotenoid). Decriptiveexplorative method was used in this research and it was taken from Drini Beach, Gunungkidul, Yogyakarta. Maseration to this sample was done by methanol as solvent, evaporated by rotary evaporator and partitied by n-hexane solvent with separatoryfunnel. Antioxidant activity was determined by transfer electron method using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) as free radicals. Totalphenolic compound being tested using Folin-Ciocalteu solution with gallic acid as standard and measured at a wavelength of 725 nm, while the chlorophylls were spectrophotometry method and measured at a wavelength of 663 nm and 646 nm as well as carotenoidswere measured at a wavelength of 470 nm. The results showed that IC50 value of methanol extract was 340,10 ppm and n-hexane was 66,25 ppm. IC50 value of methanol extract was categorized as very weak in antioxidant activity, while n-heksan extract was categorized as strong. Total phenolic content in each extract were 46,55 and 135,62 (mg GAE/g extract), chlorophyll a 8,47 and 10,88 (mg/g extract sample) and carotenoids 50,38 and 84,27 (μmol/g extract sample).  Gelidium sp. merupakan salah satu rumput laut merah yang berpotensi sebagai sumber antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan n-heksan Gelidium sp. (segar), menentukan kadar total fenolat dan pigmen (klorofil a dan karotenoid). Metode deskriptif eksploratif digunakan dalam penelitian ini dan diperoleh diambil dari Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta dibersihkan dengan air tawar, dimaserasi dengan pelarut metanol, diuapkan dengan rotary evaporator dan dipartisi dengan pelarut n-heksan menggunakan corong pemisah (separatory funnel). Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode transfer elektron menggunakan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) sebagai radikal bebas. Kadar total fenolat diuji dengan metode Folin-Ciocalteu dengan asam galat sebagai larutan standar dan diukur pada panjang gelombang 725 nm. Kadar klorofil a diukur dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 663 nm dan 646 nm sedangkan kadar karotenoid diukur pada panjang gelombang 470 nm. Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 ekstrak metanol sebesar 340,10 ppm dan ekstrak n-heksan 66,25 ppm. Nilai IC50ekstrak metanol termasuk kategori aktivitas antioksidan sangat lemah sedangkan n-heksana termasuk kategori kuat. Kadar total fenolat pada masing-masing ekstrak 46,55 dan 135,62 (mg GAE/g ekstrak), kadar klorofil a sebesar 8,47 dan 10,88 (mg/g sampel) dan kadar karotenoid sebesar 50,38 dan 84,27 (µ mol/g sampel).Kata kunci: Gelidium sp., Antioksidan, DPPH