Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

POTENSI PENGENDALIAN DENGANBERBAGAI AGENS HAYATI PADA HAMA PENGGEREK PUCUK KAPAS (Gossypium hirsutum L.) Wardati, Irma; Erawati, Dyah Nuning; Triwidiarto, Cherry; Fisdiana, Usken
AGRITROP Vol 11, No 1 (2013): Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.49 KB) | DOI: 10.32528/agr.v11i1.675

Abstract

Pengembangan pengendali hayati (agens hayati) yang efektif dan efisien sebagai pengendali hama sangat penting untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman kapas dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan hidup yang aman.Salah satu alternatif pemecahan pengendalian hama utama tanaman kapas adalah dengan teknik pengendalian hama yang aman bagi lingkungan dan dapat menekan residu kimia pada produk pertanian (pengendalian hayati). Pengendali hayati (agens hayati) yang mempunyai potensi besar sebagai pengendali alami hama tanaman kapas antara lain adalah dari golongan bakteri, jamur dan nematoda entomopatogen. Pengembangan agens hayati yang efektif dan efisien sebagai pengendali hama sangat penting untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman kapas dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan hidup yang aman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji patogenisitas bakteri, jamur dan nematoda entomopatogen dalam mengendalikan hama utama tanaman kapas, serta untuk memperoleh isolat lokal bakteri, jamur dan nematoda entomopatogen yang paling efektif sebagai pengendali hama penggerek pucuk kapas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas lima faktor perlakuan dengan lima ulangan, yaitu isolat lokal bakteri Bacillus thuringiensis, jamur Beauveria bassiana 1, jamur Beauveria bassiana 2, nematoda Steinernema sp. dan kontrol. Analisis data menggunakan uji F dan selanjutnya menggunakan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD). Parameter yang diamati terdiri atas: (1) Gejala kematian serangga uji; (2) persentase mortalitas serangga uji; (3) perilaku serangga uji terinfeksi; (4) laju kematian serangga uji; dan (5) bedah serangga uji terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agens hayati bakteri Bacillus thuringiensis (Bt), jamur Beauveria bassiana (Bv) dan nematoda entomopatogen Steinernema sp. (NEP) berpotensi dalam menekan  hama penggerek pucuk kapas Earias sp., sedangkan agens hayati yang paling efektif dalam mengendalikan Earias sp. adalah isolat lokal jamur Beauveria bassiana 1, dengan waktu kematian tercepat yaitu 128 jam. Kata Kunci: Agens hayati, hama penggerek pucuk, kapas.
JALUR INFEKSI Beauveria bassiana DAN Metarhizium anisopliae SEBAGAI PENGENDALI HAYATI COLEOPTERA:Oryctes rhinoceros L. Dyah Nuning Erawati; Irma Wardati; Suharto Suharto; Joni Murti Mulyo Aji; Novita Cholifah Ida; Yeni Suprapti
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 21 No 3 (2021)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jppt.v21i3.2139

Abstract

Recent co-evolutionary studies of insect-pathogens have shown that entomopathogenic fungi have a greater potential for oral toxicity in terms of virulence in the mouth infection of insect pests. Therefore, it is necessary to conduct research on finding the route of infection of B. bassiana and M. anisopliae through the mouth in the larvae of the rhinoceros beetle O. rhinoceros. The purpose of this study was to analyze the path of infection of B. bassiana and M. anisopliae in O. rhinoceros larvae through exposure to the entompotagen fungus. The study was conducted at the Plant Protection Laboratory Politeknik Negeri Jember using a single factor Completely Randomized Design (CRD) with B. bassiana and M. anisopliae isolates from Temanggung, Jember and Jombang. Data analysis used Analysis of Variance and further analysis used Least Significant Difference Test at 5% level. The results showed that all isolates were able to infect and cause mortality in the test insects. MJb isolate had the highest effectiveness with the mortality rate of the test insects reaching 100% and the highest spore density with an average of 8.9 x 109 conidia/ml on day 6 after application. The hyphae that were abundant in the abdomen of cadaveric infected with M. anisopliae were different from the hyphae which grew more on the head of insects infected with B. bassiana, confirming previous research on the route of B. bassiana infection through oral toxicity. These results will be useful in providing new information regarding potential pathways of infection of B. bassiana in O. rhinoceros larvae through oral toxicity mechanisms, which until now have been very little reported. Keywords: entomopathogenic fungi, oral infection, larvae, coleoptera
Optimasi Konsentrasi Kinetin dan Benzyl Amino Purine Pada Kultur Tunas Vanili (Vanilla planifolia) Dyah Nuning Erawati; Yusriatul Mawaddah; Siti Humaida; Irma Wardati
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 21 No 1 (2021): April
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v21i1.2636

Abstract

Vanili berpotensi untuk dikembangkan melalui teknik kultur jaringan untuk mengantisipasi keterbatasan tanaman induk sebagai sumber bahan tanam. Kemampuan perbanyakan tunas vanili secara in vitro perlu dikendalikan dengan pengaturan Kinetin dan Benzil Amino Purin. Kepentingan penelitian ini adalah 1) analisis respon eksplan vanili pada beberapa konsentrasi Kinetin; 2) analisis respon eksplan vanili pada beberapa konsentrasi BAP dan 3) analisis interaksi Kinetin dan BAP terhadap respon eksplan vanili terhadap perbanyakan tunas. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember pada bulan Juni sampai Desember 2020 dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor 1 adalah konsentrasi Kinetin 0,0, 1,0, 2,0 mg.L-1 dan faktor kedua adalah konsentrasi BAP 0,5, 1,5, 2,5 mg.L-1. Hasil penelitian membuktikan bahwa perbanyakan tunas paling cepat terjadi pada media MS + Kinetin 2 mg.L-1 dengan rerata 8,7 hari setelah inokulasi. Rerata jumlah pucuk 7,6 pucuk/eksplan dengan berat basah rata-rata tertinggi 0,9 gram/eksplan pada penambahan BAP 1,5 mg. L-1 pada pengukuran 70 hari setelah inokulasi.