Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Budidaya Ikan Lele Didesa Talang Ipuh Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin) Gita Isyanawulan; B Budiawan
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 10, No 2 (2016): Pengetahuan dan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.793 KB)

Abstract

Budidaya ikan lele bila ditekuni serius mendatangkan laba yang menggiurkan.  Pasalnya,  pasar  ikan  di  Indonesia  masih  tergolong  besar karena jumlah penduduk yang besar. Hal ini lah yang dilakukan oleh masyarakat desa Talang Ipuh kebupaten banyuasin sumatera selatan dengan dukungan dan peran serta dari pemerintahan Desa serta lahan yang tersedia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan suatu peristiwa untuk diambil kesimpulan secara umum. Informan yang digunakan diambil secara acak random dan dilakukan wawancara mendalam. Dengan dibentuknya peternak ikan lele di Desa Talangi puh semua anggota kelompok yang mampu memenuhi kebutuhannya melalui daya beli yang baik itu disebabkan dari hasil ekonomi panen lele organik, hasil panen yang cukup maka akan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cukup.  Kata kunci: Peranan Kepala Desa, Budidaya Ikan Lele
THE DIALECTIC STRENGTH IN SOCIAL CONSTRUCTION OF URBAN COMMUNITY FOR PREVENTING STUNTING DURING THE COVID-19 PANDEMIC Soraida, Safira; Yosi Arianti; Gita Isyanawulan; Diana Dewi Sartika
POPULIKA Vol. 11 No. 2 (2023): Populika
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/populika.v11i2.903

Abstract

In Palembang, Indonesia, toddlers who suffer from stunting, a condition marked by a failure to develop, are the subject of this study. This study analyses and assesses the function of urban social construction in avoiding infant stunting during the first 1,000 days of life using a qualitative approach and Berger and Luckmann's theory of social construction. According to the study's findings, this social construction is influenced by socioeconomic elements like education, the surrounding community, and cleanliness, as well as the reality of pregnancy, delivery, and raising children. This study stresses the importance of dialectics in this social construction by demonstrating how clashes and interactions between social systems and people have an impact on efforts to prevent stunting. This work is groundbreaking because it recognises dialectics as a fundamental component of social construction that affects stunting prevalence and prevention. The dialectic offers fresh perspectives for preventing stunting in urban areas like Palembang and highlights the social factors that affect preventative efforts. Keywords: Social Construction; Urban Community; Stunting Prevention; Dialectic Strength
FENOMENA MOM SHAMING DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF GENDER: SEBUAH TINJAUAN LITERATUR Yuanita Dwi Hapsari; Ghina Reftantia; Deska Fitriyani3; Ainul Zulqoifah Asmawati; Gita Isyanawulan; Nur’aini Inayah
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 9: Februari 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jirk.v4i9.9652

Abstract

Fenomena Mom Shaming di Indonesia telah menjadi isu sosial yang semakin mendapat perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Mom shaming merujuk pada tindakan mengkritik atau menghukum seorang ibu berdasarkan pilihan dan tindakan pengasuhan terhadap anaknya, yang seringkali dianggap menyimpang dari norma sosial atau ekspektasi dari suatu budaya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji fenomena Mom Shaming di Indonesia melalui tinjauan literatur dengan perspektif gender, untuk memahami bagaimana konstruksi sosial terkait peran ibu memengaruhi terciptanya praktik ini. Hasil kajian ini mengidentifikasi berbagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya Mom Shaming, yakni budaya patriarki, norma gender yang berlaku, serta peran media sosial dalam memperkuat standar-standar sosial terkait keibuan. Hasil dari tinjauan literatur ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk menciptakan ruang yang lebih inklusif dan mendukung bagi perempuan dalam menjalankan peran keibuannya.
Fanatisme Penggemar K-Pop dan Perilaku Konsumtif dalam Komunitas NCTzen Palembang Nurhaliza; Gita Isyanawulan; Yulasteriyani; Yosi Arianti; Lisya Septiani Putri; Jati Arifiyanti
Electronic Journal of Social and Political Sciences (E-SOSPOL) Vol. 12 No. 2 (2025): Governance, Democracy, and Political Institutions
Publisher : Rumah Jurnal, University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/e-sospol.v12i2.53787

Abstract

Fanatisme merupakan fenomena umum yang ditemukan di kalangan penggemar K-Pop, terutama pada penggemar boyband NCT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fanatisme terhadap perilaku konsumtif anggota komunitas NCTzen di Palembang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner daring kepada 90 responden yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fanatisme berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa fanatisme memberikan kontribusi sebesar 57,5% terhadap perilaku konsumtif, sedangkan 42,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
Analisis Budaya Patriarki Terhadap Kesetaraan Gender Perempuan dalam Rumah Tangga Ricky Safriyanto; Fairo Ningsih; Jonathan Raymond Frederick; Gita Isyanawulan
Jurnal Ilmiah Publika Vol 12 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Publika
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Swadaya Gunung Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/publika.v12i2.10182

Abstract

Budaya patriarki merupakan sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pusat kekuasaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ranah rumah tangga. Dalam konteks ini, perempuan sering kali diposisikan dalam peran domestik yang subordinat, yang membatasi akses dan partisipasi mereka terhadap pengambilan keputusan, baik secara ekonomi, sosial, maupun psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana budaya patriarki mempengaruhi kesetaraan gender perempuan di dalam rumah tangga dengan menggunakan pendekatan studi pustaka sebagai metode utama. Berdasarkan pengamatan literatur, ditemukan bahwa norma dan nilai-nilai yang melekat dalam budaya patriarki seringkali diperkuat oleh institusi sosial seperti keluarga, agama, dan pendidikan. Akibatnya, peran gender tradisional terus diproduksi secara turun-temurun, yang menghambat upaya tercapainya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam rumah tangga, perempuan kerap kali dibebani tanggung jawab domestik yang tidak setara, tanpa pengakuan yang mampu atas kontribusinya. Selain itu, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesempatan kerja turut memperkuat ketimpangan tersebut. Kajian ini menekankan pentingnya transformasi nilai-nilai sosial melalui pendidikan gender, kampanye kesadaran, dan kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mencapai kesetaraan gender di ranah rumah tangga, perlu adanya upaya kolektif dalam mendekonstruksi budaya patriarki yang telah mengakar kuat dalam masyarakat.
Sosialisasi Konvensi Hak Anak (KHA) untuk Mencegah Tindak Kekerasan Kepada Anak di Desa Talang Ipuh, Kabupaten Banyuasin Yulasteriyani; Diana Dewi Sartika; Gita Isyanawulan
Nawadeepa: Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 2, No 1 (2023): March
Publisher : Pencerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58835/nawadeepa.v2i1.153

Abstract

This service activity aims to 1) provide participants with an understanding of the Convention on the Rights of the Child, 2) reduce acts of violence committed by parents to children, both physical violence and non-physical violence so that children can grow better, and 3) develop positive character without must be subjected to violence. This community service activity is carried out in three stages, namely pre-test, socialization, and post-test. The success of this community service activity can be measured from two achievements, namely 1) all series of community service activities ran smoothly without hindrance, and 2) the concept material for the Convention on the Rights of the Child can be understood and internalized properly by the purpose of community service. The pre-test and post-test results showed an increase in the participants' knowledge and experience regarding the Convention on the Rights of the Child in preventing violence against children.