Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Ulfah Ulfah; Cicilia Windiyaningsih; Zainal Abidin; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i1.44

Abstract

Latar Belakang: Kepatuhan pasien dalam minum obat merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu pengobatan TB paru. Tingginya angka putus berobat mengakibatkan tingginya kasus resisten obat. Metode: desain studi kasus kontrol (Case Control Study) menggunakan data primer dan sekunder. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien TB Paru yang berobat di Puskesmas Cipunagara Tahun 2015 sampai Juni 2017. Besar sampel 68 yang terdiri dari 84 kasus dan 84 kontrol yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil: faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB paru adalah dukungan keluarga (Pvalue=0.003; OR=2,956), jenis kelamin (Pvalue=0,045; OR=1,961), pendidikan (Pvalue=0,045; OR=1,962), pekerjaan (Pvalue=0.043; OR=1,989), pengetahuan (Pvalue=0,005; OR= 2,529), efek samping obat ((Pvalue=0,045; OR=1,961), peran PMO (Pvalue=0,000; OR=3,500), jarak fasilitas kesehatan (Pvalue=0,044; OR= 1,967), sikap petugas (Pvalue=0,020; OR=2,172). Faktor yang tidak berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB paru adalah pendapatan (Pvalue=0,164) dan usia (Pvalue=0.535). Kesimpulan: faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB Paru adalah peran PMO. Oleh karena itu diperlukan pelatihan bagi kader-kader TB (PMO) untuk meningkatkan pengetahuan TB, kemampuan menjaring suspek TB dan membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan.
Kepatuhan Minum ARV pada Anak dengan HIV Nuraidah Nuraidah; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 6 No. 2 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v6i2.107

Abstract

Latar Belakang: Anak dengan HIV menjalani terapi ARV jangka panjang yang berpengaruh terhadap pengobatan dan status kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efek samping dengan kepatuhan minum obat Antiretroviral (ARV) dan menganalisis kepatuhan minum obat dengan status tumbuh kembang anak dan penyakit penyerta. Metode: Desain penelitian crossectional. Sampel dalam penelitian ini adalah anak dengan HIV yang menjalani terapi ARV di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta. Pengambilan sampel dengan total sampling dengan total 56 anak. Hasil: Analisis efek samping dengan kepatuhan diperoleh nilai P-value 1,000 > 0,05. Analisis Kepatuhan dengan status tumbuh kembang diperoleh nilai P-value 1,000 > 0,05. Analisis kepatuhan minum ARV dengan penyakit penyerta diperoleh nilai P-value 0,004 < 0,05. Kesimpulan: kepatuhan minum ARV berhubungan dengan penyakit penyerta selama pengobatan.
Gambaran Pegawai Terkonfirmasi COVID-19 di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso Tahun 2020 Anita Puspitasari Dyah Nugroho; Herlina Herlina; Nunung Hendrawati; Siti Maemun; Intan Pertiwi; Farida Murtiani; Andi Dala Intan Sapta Nanda
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 7 No. 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i2.126

Abstract

Latar Belakang: Tenaga kesehatan yang berada di garis depan penanganan COVID-19 berisiko tinggi terinfeksi COVID-19 sehingga hasil surveilans menjadi dasar strategi untuk melindungi tenaga kesehatan, menghambat penyebaran infeksi dan mengurangi risiko transmisi. Tujuan: Mengetahui gambaran pegawai yang terkonfirmasi COVID-19 di RSPI Sulianti Saroso tahun 2020 berdasakan data surveilans. Metode: Desain deskriptif cross-sectional, total sampel 173 sampel, data sekunder bersumber dari data hasil RT-PCR dan data surveilans epidemiologi. Hasil: Kejadian infeksi COVID-19 dimulai pada bulan Maret 2020, puncak kasus pegawai tertinggi minggu ke-35, terbesar pada pegawai perempuan (60%), rentang umur 29-38 tahun (38%), terbesar pada tenaga kesehatan perawat (38%). Pegawai yang mengalami tanda & gejala (58%), melaksanakan isolasi mandiri (63%) dan sembuh (98%). Kesimpulan: Gambaran pegawai yang terkonfirmasi COVID-19 di RSPI Sulianti Saroso tahun 2020 dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, jenis ketenagaan, tanda dan gejala, tindak lanjut penanganan dan luaran
Hubungan Antara Kadar Vitamin D dengan Derajat Keparahan COVID-19 Handoko Handoko; Angki Purwanti; Dian Wahyu Tanjungsari; Intan Pertiwi; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 8 No. 1 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v8i1.130

Abstract

Latar belakang: Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang dapat melalui penghambatan respons sel T helper tipe 1 dan merangsang induksi sel T. Hal ini menunjukkan efek perlindungan vitamin D terhadap status infeksi virus pernapasan pada pasien COVID-19. Tujuan: mengetahui hubungan antara kadar Vitamin D dengan derajat penyakit COVID-19. Metode: rancangan penelitian deskriptif korelasional dengan metode analitik melalui pendekatan cross sectional. Total sampel 547 sampel pasien COVID-19 RSPI Sulianti Saroso periode Maret-Desember Tahun 2020. Hasil: Jumlah pasien rawat inap tahun 2020 sebanyak 547 pasien COVID-19, rata-rata usia 47,74 tahun, jenis kelamin laki-laki (55%), dengan komorbid (penyakit penyerta) (58,7%), rata-rata vitamin D 17.94 ng/ml dalam kategori defisiensi < 20 ng/ml (64,2%), derajat keparahan sedang (81,9%). Hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,518 (> 0,05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05) berarti tidak ada hubungan antara Vitamin D dengan derajat keparahan pada pasien COVID-19 Kesimpulan: Kadar Vitamin D tidak berhubungan dengan derajat keparahan COVID-19
Hubungan Kadar Interleukin-6 (IL-6) Dengan Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) Pada Pasien COVID- 19 Sriyanto Sriyato; Lyana Setiawan; Rizana Fajrunni’mah; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 8 No. 1 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v8i1.132

Abstract

Latar belakang: COVID-19 menjadi masalah kesehatan di dunia. Penanda inflamasi yang dapat digunakan sebagai predictor prognosis COVID-19 salah satunya Interlukin-6 (IL-6) dan Neutrofil Lymphocyte Ratio (NLR). Tujuan penelitian: mengetahui hubungan kadar IL-6 dengan NLR pada pasien COVID-19. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang dikumpulkan dari rekam medik pasien COVID-19 di RS Kanker Dharmais periode Januari-Juli 2021. Jumlah sampel sebanyak 70 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan korelasi spearman. Hasil: Dari 70 pasien COVID-19 sebagian besar berusia dalam kategori lansia akhir (56-65 Tahun) 17 (24,3%) dan jenis kelamin sebagian besar laki-laki yaitu 42 (60%). Rata-rata kadar IL-6 43,34 pg/ml dan rata-rata NLR 12,73. Ada korelasi antara kadar IL-6 dengan NLR pada pasien COVID-19 (P Value=0,000; nilai r 0.563). Kesimpulan:  Adanya korelasi positif IL-6 dengan NLR. IL-6 adalah salah satu biomarker yang digunakan untuk memprediksi prognosis COVID-19 karena pemeriksaannya yg kompleks, tidak dapat memprosesnya di lab yg sederhana. Sebagai gantinya, kami menyimpulkan pemeriksaan NLR dapat menjadi biomarker alternatif. 
Penerapan Posisi Pronasi Terhadap Peningkatan Oksigenasi Pada Pasien COVID-19 Dengan Pneumonia Dian Noviati Kurniasih; Fitri Rayasari; Ahmad Zubairi Zubairi; Suryati Suryati; Kunti Wijiarti; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 8 No. 1 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v8i1.133

Abstract

Latar Belakang: Penurunan saturasi pada pasien COVID-19 dengan pneumonia dapat dicegah dengan program pemberian posisi salah satunya posisi pronasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh posisi pronasi terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien COVID-19 dengan pneumonia. Metode: Quasi eksperimen pretest tanpa kelompok kontrol. Penelitian dilakukan di 2 RS yaitu RSPI Prof Dr Sulianti Saroso dan RSUD Tarakan pada tanggal 8 Maret- 29 April 2021. Jumlah responden sebanyak 24 orang (RSPI SSS: 8 responden dan RS Tarakan: 16 responden). Hasil: Rata-rata pasien adalah laki-laki (19 orang) berusia 55,54 tahun, tidak ada riwayat DM (14 orang) dan memiliki riwayat hipertensi (17 orang). Sebelum intervensi rata-rata SpO2 96.53% dan RR 25.60 x/menit. Sesudah Intervensi rata – rata SpO2 97.36% dan RR 24.59 x/menit. Ada peningkatan nilai SpO2 sebesar 0.83% (Pvalue=0,000), dan ada penurunan RR 1.01 x/menit (Pvalue-0,000). Kesimpulan: ada pengaruh dari penerapan posisi pronasi terhadap peningkatan oksigenasi pada pasien COVID-19 dengan pneumonia.
Kematian pada Pasien COVID-19 Berdasarkan Komorbid dan Tingkat Keparahan Herlina Herlina; Anita Puspitasari Dyah Nugroho; Siti Maemun; Intan Pertiwi; Andi Dala Intan Sapta Nanda; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 8 No. 1 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v8i1.135

Abstract

Latar Belakang:. Penyakit Coronavirus 2019 merupakan penyakit sistem pernapasan yang baru saja muncul dan menjadi pandemi. Indonesia mengalami peningkatan jumlah kasus yang cukup drastis.  Derajat keparahan yang dialami oleh pasien COVID-19 dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti usia, penyakit komorbid, defisiensi vitamin D, dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah komorbid dan derajat keparahan terhadap kematian pada pasien COVID-19. Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Total sampel 1240 pasien COVID-19 RSPI Sulianti Saroso Tahun 2020 2021. Hasil: Komorbid terbanyak adalah hipertensi dan diabetes melitus, derajat keparahan kategori sedang dan outcome hidup. Hasil analisis ada hubungan antara jumlah komorbid dengan status kematian (OR=1,585). Ada hubungan diabetes melitus dengan status kematian pasien pada pasien COVID-19 (OR=1,927). Ada hubungan antara derajat keparahan dengan status kematian pada pasien COVID-19 (OR=12,699). Kesimpulan: Derajat keparahan, jumlah komorbid dan komorbid diabetes mellitus berhubungan merupakan faktor risiko kematian pada pasien COVID-19.
Infeksi COVID-19 pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Anita Puspitasari Dyah Nugroho; Herlina Herlina; Farida Murtiani; Intan Pertiwi; Nunung Hendrawati; Siti Maemun; Andi Dala Intan Sapta Nanda; Christine Ernita Banggai
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 8 No. 2 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v8i2.136

Abstract

Latar Belakang: Infeksi COVID-19 petugas kesehatan dapat menyebabkan krisis eksistensi pada tenaga kesehatan itu sendiri dan infrastruktur kesehatan, baik lokal maupun nasional. Oleh karena itu, surveilans berkualitas tinggi pada petugas kesehatan menjadi langkah mendasar untuk perlindungan dan penanggulangan yang tepat dilakukan. Tujuan: memberikan gambaran infeksi COVID-19 tenaga kesehatan berdasarkan data surveilans. Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso pada bulan Maret 2022. Data sekunder bersumber dari data surveilans epidemiologi pada petugas terkonfirmasi COVID-19 periode Januari – Februari 2022 sebanyak 233 subjek. Analisa data secara univariat. Hasil: Gambaran epidemiologi pegawai terkonfirmasi COVID-19 yaitu puncak kasus minggu ke-7, kasus terbesar pada umur 30-39 tahun (34,8%), berjenis kelamin perempuan (61%), domisili Jakarta Utara (34%), tenaga kesehatan lainnya (55%), isolasi mandiri (96%) dan luaran hidup (100%). Faktor risiko yaitu tidak memiliki riwayat perjalanan (89%), bukan pengguna transportasi umum (77%), kontak dengan rekan kerja (54%), tidak memiliki komorbid (83%), infeksi pertama (49%), vaksin primer 2x dan booster 1x (58%). Terjadi klaster unit kerja. Kesimpulan: Infeksi COVID-19 pada tenaga kesehatan menggambarkan karakteristik epidemiologi (orang, tempat dan waktu) serta faktor risiko.
Korelasi Antara Kadar Ferritin Serum dengan Procalcitonin Pada Pasien COVID-19 Mita Puspita Sari; Rizana Fajrunni’mah; Dewi Astuti; Kunti Wijiarti; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 8 No. 2 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v8i2.151

Abstract

Latar Belakang: Wabah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Temuan laboratorium pada pasien COVID-19 yang parah melibatkan penanda inflamasi yang meningkat, termasuk feritin. Feritin adalah mediator kunci dari disregulasi imun, terutama di bawah hiperferitinemia ekstrim. Pasien COVID-19 dengan hiperferitinemia memiliki tingkat penanda inflamasi yang jauh lebih tinggi, salah satunya adalah prokalsitonin (PCT). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar feritin serum dengan PCT pada pasien COVID-19. Metode: Metode penelitian ini adalah analitik korelatif. Sampel adalah data rekam medik sebanyak 463 pasien COVID-19 di RS Persahabatan periode Januari – Desember 2021. Hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar PCT dianalisis secara statistik menggunakan uji Spearman. Hasil: Hasil penelitian ini diperoleh 240 (51,8%) pasien laki-laki dengan kelompok umur tertinggi 46-59 tahun sebanyak 160 (34,6%) pasien dan 60 tahun sebanyak 163 (35,0%) pasien. Rerata kadar feritin serum adalah 995.218 µg/L dengan kadar minimum 11,3 µg/L dan kadar maksimum 22.612,7 µg/L, sedangkan rerata kadar PCT adalah 0,3892 ng/mL dengan kadar minimum 0 ,00 ng/mL dan kadar maksimum 50,73 ng/mL. Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai p 0,000 dan rho 0,573. Kesimpulan: Rumah sakit atau institusi pelayanan dapat menerapkan hasil penelitian ini dengan melakukan salah satu pemeriksaan kadar feritin serum atau PCT sambil memantau co-diagnosis pasien.
Efek Cycling Pada Endothelial Progenitor Cell (EPC) Terhadap Risiko Cardiovascular Desease Pada Lanjut Usia : Systematic Review Farida Murtiani; Upik Rahmi; Septian Andriyani; Suci Tuty Putri; Lisna Annisa Fitriana
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 9 No 2 (2023): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : LPPM Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/keskom.Vol9.Iss2.1418

Abstract

This systematic review aims to review published articles on the effects of physical activity (PA) cycling on biomarkers of endothelial cell function on the risk of cardiovascular disease. Studies involving angiogenic factors were searched in the Medline and Cochrane libraries. Native human studies over 2 weeks of PA intervention were included. Study quality was assessed according to the GRADE evidence system. Results: five complete articles according to the inclusion criteria. Cycling increases angiogenic, endothelial progenitor cells (EPC) and decreased VEGF. The effect of PA on this factor appears to depend on the type and duration of exercise intervention and patient factors, such as the presence of ischemia. As presented in this review, there is strong evidence that cycling physical activity positively affects endothelial cell function and determines the risk of carciovascular disease.