Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Efektifitas Pelatihan Asuhan Keperawatan pasien Kanker Payudara dalam Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI Zuriati Zuriati; Imelda Avia; Nurleila Nurleila; Atik Rachmawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat (ABDIRA) Vol 2, No 4 (2022): Abdira, Oktober
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdira.v2i4.225

Abstract

Nursing documentation is the most important part of providing nursing care given by nurses to patients, especially for breast cancer. This community service activity is aimed at increasing the knowledge of nurses in providing nursing care and documenting by the guidelines from the Indonesian National Nurses Association (PPNI), namely 3S: Indonesian Nursing Diagnosis Standards (IDHS), Indonesian Nursing Outcomes Standards (SLKI) and Indonesian Nursing Intervention Standards (SIKI). ). This training is provided online, which begins with a pre-test, then lectures and discussion/problem-based solving followed by a post-test. Participants in this training were all student nurses and nurses with a total of 285 participants. The results of this training found an increase in knowledge of the application of the 3S covering signs and symptoms, diagnoses, interventions, and outcomes. It is hoped that from the results of this activity nurses have started to implement nursing care and document it using this 3S.
ANALISIS KOMPETENSI CASE MANAGER PADA RUMAH SAKIT DI JAKARTA: STUDI KASUS Avia, Imelda; Handiyani, Hanny; Nurdiana, Nurdiana
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 3 No. 1 (2019): May 2019
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (841.99 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v3i1.279

Abstract

Fungsi case manager yaitu melakukan assesment hingga evaluasi perencanaan, kordinasi, advokasi, edukasi, serta kendali mutu dan biaya. Kompetensi case manager yang kurang akan mempengaruhi hasil pelayanan berupa penundaan transfer, penundaan pulang, kendali biaya dan mutu,   memanjangnya length of stay, readmisi pasien dengan kondisi perburukan meningkat. Rumah sakit Jakarta belum memiliki panduan kompetensi case manager dan belum ada perencanaan pengembangan kompetensi case manager. Metode penulisan yaitu studi kasus dengan responden yaitu case manager. Analisis masalah dilakukan dengan menggunakan diagram fishbone. Masalah yang muncul yaitu belum optimalnya fungsi perencanaan kompetensi case manager yang disebabkan belum ada perencanaan pengembangan kompetensi, panduan kompetensi, pengorganisasian bersifat desentralisasi, mayoritas diploma keperawatan dan belum ada pelatihan terkini, fungsi pengarahan belum berfokus pada case management, dan belum dilaksanakannya monitoring serta evaluasi. Implementasi yang diberikan sebagai solusi permasalahan yaitu membuat panduan kompetensi case manager dan dengan evaluasi case manager mengharapkan panduan dapat direalisasikan. Rekomendasi bagi rumah sakit yaitu panduan disahkan hingga dilakukannya monitoring serta evaluasi yang berfokus pada case management. Kata Kunci: case manager, case management, kompetensi, dan implementasi Abstract Analysis of case manager competency in hospitals in Jakarta: case study. The case manager function is to carry out an assessment to evaluate planning, coordination, advocacy, education, and quality and cost control. Case manager competencies that are less likely to affect service outcomes include transfer delays, home delays, cost control and quality, lengthy length of stay, readmissions of patients with worsening worsening conditions. Jakarta hospitals do not have a case manager competency guide and there is no case manager competency development plan. The method of writing is a case study with respondents namely case manager. Problem analysis is done using a fishbone diagram. The problem that arises is that the case manager's competency planning function has not been optimal because there is no competency development planning, competency guidance, decentralized organizing, the majority of nursing diplomas and no current training, directional functions have not focused on case management, and monitoring and evaluation have not been implemented. The implementation given as a solution to the problem is to guide the case manager's competency and with the case manager's evaluation expect the guide to be realized. Recommendations for hospitals, namely guidelines, are validated until monitoring and evaluation are focused on case management. Keywords: case manager, case management, competency,and implementatio
Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Melalui Terapi Aktivitas Kelompok pada Pasien dengan Halusinasi di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Wulandari Arifin, Nur Afni; Sinta Fresia; Imelda Avia; Naufal; Amanda
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/05abwx65

Abstract

Prevalensi gangguan jiwa berat mengalami kenaikan yang signifikan. Penderitanya merasakan sensori yang tidak bersumber dari kehidupan nyata melainkan dari pasien itu sendiri, sensori palsu tersebut antara lain  berupa penglihatan, suara, perabaan, pengecapan, atau penghidu. Danpak yang dapat di timbulkan oleh sensori palsu (halusinasi) tersebut adalah pasien kehilangan kontrol terhadap dirinya sehingga pasien akan merasa panik dan sulit untuk mengendalikan perilakunya. Pasien yang dalam pengaruh halusinasinya dapat melukai dirinya sendiri dengan cara melakukan bunuh diri (suicide), merusak lingkungan yang ada disekitarnya menyakiti bahkan membunuh orang lain (homicide). Terapi aktivitas kelompok sensori persepsi dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya. Pasien diseleksi dengan lembar obsrvasi tanda dan gejala halusinasi, sebanyak 7 orang pasien halusinasi yang lolos seleksi dipilih sebagai peserta terapi aktivitas kelompok sensori persepsi. Terapi dilaksanakan secara berkelompok ini dievaluasi dengan lembar observasi terapi aktiitas kelompok sensori persepsi. Kegiatan dilaksanakan secara terorganisir dan telah mendapat persetujuan dari pihak Panti Sosial. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pasien dalam mengenal dan mengontrol halusinasinya. Seluruh pasien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi. Kgiatan ini direncanakan akan berlanjut dengan pemberian pelatihan kepada caregiver ataupun perawat agar tetap dapat dilanjutkan terapi kelompok seperti ini.    The prevalence of severe mental disorders has significantly increased. People suffering from these disorders experience false sensations that are not based on real stimuli, such as visual, auditory, tactile, gustatory, or olfactory hallucinations. These false sensory perceptions can cause individuals to lose control, leading to panic and difficulty managing their behavior. Patients under the influence of hallucinations may harm themselves by attempting suicide, causing damage to their surroundings, or even harming or killing others (homicide). Sensory perception group activity therapy aims to enhance patients' ability to manage their hallucinations. Participants are selected based on the signs and symptoms of hallucinations, and a total of 7 patients have been chosen to take part in the therapy. The therapy's effectiveness is measured using an observation sheet. The activities are carefully planned, organized, and approved by the relevant social institution. Evaluation results have shown improvement in patients' ability to recognize and control their hallucinations. All patients were able to demonstrate how to reject their hallucinations. There are plans to continue this activity by training caregivers or nurses to ensure the continuity of group therapy.
Implementasi Pendidikan Kesehatan Oral Hygiene terhadap Pencegahan Karies Gigi pada Anak Usia Pra Sekolah di Paud Kuntum Mekar Ayal, Anggy Triana Ayal; Fitri Anggraeni; Dwi Ambarwati; Imelda Avia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/36b15x67

Abstract

Anak Prasekolah merupakan anak yang berusia antara usia 3 - 6 tahun, serta biasanya sudah mulai mengikuti program prasekolah. Masalah gigi dan mulut umumnya banyak dikeluhkan oleh anak-anak, hal ini tidak bisa dibiarkan karena akan mempengaruhi kualitas hidup seperti mengalami rasa sakit, tidak nyaman, infeksi akut atau kronis, gangguan makan dan tidur. Pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk meningkatkan kesehatan dan memperluas pengetahuan tentang kesehatan agar terhindar dari penyakit. Kebersihan gigi dan mulut atau oral hygiene adalah suatu tindakan perawatan yang diperlukan untuk menjaga mulut dalam kondisi yang baik, nyaman, bersih, lembab sehingga terhindar dari infeksi. Rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana implementasi pendidikan kesehatan oral hygiene terhadap pencegahan karies gigi pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui implementasi pendidikan kesehatan oral hygiene terhadap pencegahan karies gigi pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar. Dalam penelitian ini, menggunakan desain studi kasus deskriptif, penelitian ini menggunakan 4 subjek anak usia prasekolah, dan instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi yang terdiri dari 18 pernyataan. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata sebelum pendidikan kesehatan 64% dengan kriteria keterampilan cukup, sesudah pendidikan kesehatan 76% dengan kriteria keterampilan sangat baik, dan hasil perbandingan sebeluum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu 64% : 76% dengan selisih 12% menunjukan adanya peningkatan dan masuk dalam tingkat keterampilan sangat baik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pendidikan kesehatan oral hygiene mampu meningkatkan keterampilan gosok gigi untuk pencegahan karies gigi pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar.   Preschool children are children between the ages of 3 - 6 years, and usually have started attending preschool programs. Dental and oral problems are generally complained of by children, this cannot be allowed because it will affect the quality of life such as experiencing pain, discomfort, acute or chronic infections, eating and sleeping disorders. Health education is an activity to improve health and expand knowledge about health in order to avoid disease. Dental and oral hygiene or oral hygiene is a care measure needed to keep the mouth in a good, comfortable, clean, moist condition so as to avoid infection. The formulation of the problem in the study is how the implementation of oral hygiene health education on the prevention of dental caries in pre-school children at Kuntum Mekar PAUD. The purpose of this study was to determine the implementation of oral hygiene health education on the prevention of dental caries in pre-school children at Kuntum Mekar PAUD. In this study, using a descriptive case study design, this study used 4 subjects of preschool children, and the instrument used was an observation sheet  which consists of 18 statements. The results of this study obtained an average before education of 64% with sufficient skill criteria, after education 76% with very good skill criteria, and the comparison results before and after health education were 64%: 76% with a difference of 12% showed an increase and entered into a very good skill level. The conclusion of this study shows that the implementation of oral hygiene health education can improve tooth brushing skills for the prevention of dental caries in pre-school children at Kuntum Mekar PAUD.
Pengaruh Pemberian Jus Apel Hijau terhadap Penurunan Kadar Kolesterol pada Keluarga dengan Masalah Hiperkolesterolemia di Wilayah Pinang Ranti Gani Igha Pramisty; Amri, Khaerul; Azis Fahruji; Imelda Avia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/h9vy5e91

Abstract

Hiperkolesterolemia merupakan salah satu gangguan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Penatalaksanaan hiperkolesterolemia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara farmakologi dan cara nonfarmakologi. Adapun dengan cara nonfarmakologi salah satunya yaitu dengan apel hijau. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan dari mengkonsumsi jus apel hijau terhadap penurunan kadar kolesterol pada keluarga dengan masalah hiperkolesterolemia. Metode studi kasus ini adalah studi komparatif, kasus ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh terapi jus apel hijau terhadap penurunan kadar kolesterol pada 2 keluarga dengan masalah kesehatan hiperkolestrolemia. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol, pada Ny. Y kadar kolesterol sebelum diberikan terapi jus apel hijau adalah 225 mg/dL, setelah diberikan terapi jus apel hijau 215 mg/dL. Pada Ny. W kadar kolesterol sebelum diberikan terapi jus apel hijau adalah 230 mg/dL, setelah diberikan terapi jus apel hijau 210 mg/dL. Kesimpulan dari pengaruh terapi jus apel hijau dapat menurunkan kadar koleserol dengan rata – rata 15 mg/dL dari 2 subjek yang ada dalam waktu 7 hari. Saran diharapkan studi kasus selanjutnya dalam melakukan penelitian hendaknya menambah jumlah responden agar menghasilkan penelitian yang lebih efektif.   Hypercholesterolemia is one of the lipid metabolism disorders characterized by increased cholesterol levels in the blood. The management of hypercholesterolemia can be done in two ways, namely by pharmacology and non-pharmacology. As for the nonpharmacological way, one of them is with green apples. The purpose of this study aims to determine the effect of the application of consuming green apple juice on lowering cholesterol levels in families with hypercholesterolemia problems. This case study method is a comparative study, this case aims to determine and compare the effect of green apple juice therapy on lowering cholesterol levels in 2 families with hypercholesterolemia health problems. The results showed an effect on lowering cholesterol levels, in Mrs. Y the cholesterol level before being given green apple juice therapy was 225 mg/dL, after being given green apple juice therapy 215 mg/dL. In Mrs. W, the cholesterol level before being given green apple juice therapy was 230 mg/dL, after being given green apple juice therapy 210 mg/dL. The conclusion of the effect of green apple juice therapy can reduce cholesterol levels by an average of 15 mg/dL from 2 existing subjects within 7 days. Suggestions are expected that the next case study in conducting research should increase the number of respondents in order to produce more effective research.
Penyuluhan kesehatan pencegahan HIV/AIDS pada remaja di SMAN 1 Sukatani Bekasi: Penyuluhan kesehatan pencegahan HIV/AIDS pada remaja di SMAN 1 Sukatani Bekasi Zuriati, Zuriati; Avia, Imelda; Solih Setiawan, Asep Widi Muharom; Suriya, Melti; Libriyanty, Rina; Wijaya, Indra; Ramadhani, Lecya Bela
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol. 7 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30644/jphi.v7i2.1054

Abstract

Remaja merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS akibat kurangnya pengetahuan dan pengaruh lingkungan sosial yang kuat. Penyuluhan kesehatan menjadi salah satu upaya preventif yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja dalam mencegah HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pemahaman remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMAN 1 Sukatani, Bekasi. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif dengan desain pre-eksperimen menggunakan pretest dan posttest. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang diisi oleh responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan setelah diberikan penyuluhan. Temuan ini menegaskan bahwa penyuluhan kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja mengenai HIV/AIDS. Diharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai bagian dari program promosi kesehatan di sekolah.
Upaya Penguatan Karakter Remaja Positif dengan Penyuluhan Kesehatan Remaja Bebas NAPZA Avia, Imelda; Wijaya, Indra; Usman, Ardi; Ramadhani, Lecya Bella; Wahyudin, Wahyudin
Jurnal Pengabdian Masyarakat (ABDIRA) Vol 5, No 3 (2025): Abdira, Juli
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdira.v5i3.800

Abstract

Drug abuse among adolescents is a serious problem that has an impact on physical, mental, and social health. This community service activity aims to increase adolescent knowledge about the dangers of drugs and build positive character at SMA N 1 Sukatani. The method used is participatory counseling with audiovisual media, as well as knowledge evaluation through pre-test and post-test. The results showed an increase in knowledge scores after counseling, which indicates the effectiveness of this approach. Active student participation and school support strengthened the success of the activity. The importance of these results shows that periodic school-based education can be an effective preventive strategy in preventing drug abuse among adolescents. This activity contributes to the formation of a healthy and risk-aware young generation.
Sehat Bersama Masyarakat Sejahtera: Pemeriksaan Dan Penyuluhan Kesehatan Upaya Mendukung Kesejahteraan Lansia Zuriati, Zuriati; Imelda Avia; Rina Librianty; Rias Wildan
LOSARI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : LOSARI DIGITAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53860/losari.v7i1.475

Abstract

The increasing number of elderly people in Indonesia brings major challenges in the field of public health, especially related to the prevalence of degenerative diseases such as hypertension, diabetes mellitus, high cholesterol, and gout. The elderly group is often unaware of the importance of early detection and prevention of these diseases. The purpose of this activity is to increase awareness, knowledge, and concern for the health of their elderly, as well as a form of active role of universities in community service. This activity was carried out using the counseling and health examination method involving lecturers and students from STIKes Bhakti Husada Cikarang. The examination included blood pressure, random blood sugar levels, cholesterol, and uric acid, as well as education about healthy lifestyles provided in the form of presentations and leaflets. This activity was carried out on February 25, 2025. The results of the activity showed an increase in participants' understanding of degenerative diseases and their preventive measures, as indicated by an increase in pre-test and post-test scores by 35%, and an increase in the participation of the elderly in routine health checks by 45%. Health cadres were also formed to assist in the implementation of sustainable activities at the RT/RW level. Suggestions given included the importance of implementing regular counseling, increasing cross-sector cooperation such as health centers and RT/RW, and strengthening cadres as the spearhead of public health promotion. Similar activities are highly recommended to include them in order to realize a healthy, independent, and prosperous elderly society.
Correlation between jet lag syndrome and air travel fatigue Amri, Khaerul; Avia, Imelda; Fahruji, Azis
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 14, No 3: September 2025
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v14i3.25992

Abstract

Long-distance air travel causes travelers to experience travel fatigue. Jet lag syndrome is one of the factors that exacerbate fatigue from air travel. Fatigue can seriously impact travelers with a history of illness. Health emergencies resulting from travel fatigue can even lead to death. A cross-sectional study was conducted to identify the relationship between jet lag syndrome and air travel fatigue. The 117 people who had traveled in the past year had jet lag syndrome and did not meet the exclusion criteria were selected. The questionnaires used the circadian type inventory and the fatigue scale, and validity and reliability were tested. Multiple logistic regression was performed to determine the variables influencing air travel fatigue. The relationship between jet lag syndrome and air travel fatigue was analyzed using Chi-square analysis. Results of the study identified that 53.8% of respondents experienced severe fatigue, and 54.7% experienced severe jet lag syndrome. Jet lag syndrome correlated with air travel fatigue significantly (p = 0.001). Respondents with severe jet lag syndrome experienced severe fatigue. The findings from this study emphasize that addressing jet lag syndrome is necessary to reduce air travel fatigue for overall health.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sindrom Perubahan Zona Waktu (Jet Lag) Avia, Imelda Avia; Amri, Khaerul; Fahruji, Azis
Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah Vol. 11 No. 1 (2024): Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33867/125qnz32

Abstract

Seseorang yang melakukan perjalanan udara dalam durasi perjalanan yang lama danmengalami perbedaan waktu dari wilayah asal menyebabkan keteidaksesuaian jambiologis (sindrom jet lag) sehingga mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis.Gangguan yang terjadi meliputi gangguan tidur, gangguan pencernaan, hingga gangguanperasaan. Beberapa faktor yang mempengaruhinya meliputi riwayat penyakit, durasiperjalanan, lama dan upaya mencegah jet lag, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini untukmengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom jet lag. Penelitiandilakukan di lingkungan Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, pada 117 orangyang pernah melakukan perjalanan udara dengan tehnik pengumpulan data snowballsampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Circardian Type Inventory. Analisisdata menggunakan uji chi-square dan mann-whitney. Hasil penelitian menunjukkanmayoritas laki-laki (64,1%), pendidikan SMA (32,5%), tidak memiliki riwayat penyakitmasa lalu (73,5%), tidak memiliki riwayat penyakit saat ini (72,6%), melakukanperjalanan karena pekerjaan (47%), gejala jet lag < 2 gejala (68,%), upaya mencegah jetlag (67,5%), upaya mengurangi jet lag (67,5%), tingkat sindrom jet lag berat (54,7%),umur 36,91±9,678 tahun, durasi perjalanan 4,4±4,115 jam, frekuensi perjalanan dalam 1tahun 3,46±6,66 kali, lama mengalami jet lag 7,298±12,269. Faktor yang berhubungandengan sindrom jet lag yaitu: pendidikan (p 0,004), riwayat penyakit masa lalu (p 0,02),upaya mengurangi jet lag (p 0,001), dan lamanya mengalami jet lag (p 0,003). Datapenelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnyauntuk memberikan asuhan kepada individu yang mengalami jet lag lebih optimal danmasyarakat dapat melakukan upaya pencegahan sindrom jet lag dengan melakukanpemeriksaan kesehatan sebelum melakukan perjalanan udara.