Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Technical Notes: Computational Model for Housing Drainage System Case Study: Kharismatama Permai Housing in Padang Mas Mera; Yessi Puspita Dewi; Deri Saputra; Zelfa Lonna Monica
Jurnal Teknik Sipil Vol 19 No 1 (2012)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2012.19.1.8

Abstract

Abstract. This study is about the development of a computational model, which is capable of simulating flows flowing through roadside gutters in a housing drainage system with a very mild-slope land in a steady state condition. The governing equation of the model is the world-widely used uniform flow formulation by Manning. The equation is solved using the Newton-Raphson method. The resulting model is then applied to simulation of gutter flows flowing across a drainage system of Kharismatama Permai housing in Padang, which is frequently overflowed by the rainfall excess. The rate of rainfall intensity was measured manually at the same time the flood occurred at the considered housing complex. Types of gutter materials were observed to determine the coefficients of  utter roughness, and types of land covers also were observed to determine the run-off coefficients. By adjusting the gutter slopes and varying the flow directions, the drainage system can flow the rainfall excess without overflowing. Abstrak. Penelitian ini adalah tentang pengembangan sebuah model komputasi yang dapat mensimulasikan aliran yang melewati saluran samping jalan dalam sistem drainase komplek perumahan yang mempunyai lahan yang sangat landai dalam kondisi tidak bergantung waktu. Persamaan pengaturnya adalah persamaan aliran seragam Manning yang telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode Newton-Raphson. Model ini diaplikasikan untuk mensimulasikan aliran saluran samping jalan dalam sistem drainase Perumahan Kharismatama Permai di Padang, yang sering banjir akibat sisa hujan. Intensitas curahan hujan diukur secara manual pada waktu yang sama banjir terjadi pada komplek perumahan tersebut. Jenis bahan tubuh saluran diamati untuk menentukan koefisien kekasaran saluran, dan jenis penutup lahan juga diamati untuk menentukan koefisien limpasan. Dengan mengatur kemiringan saluran dan mengubah arah alirannya, sistem drainase tersebut dapat mengalirkan sisa hujan tanpa banjir.
Technical Notes: Determination of Manning Roughness Coefficient for PVC Gutters Mas Mera; Rizki Robi
Jurnal Teknik Sipil Vol 20 No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2013.20.2.8

Abstract

Abstract. This study is about the determination of the Manning roughness coefficient for a PVC (Polyvinyl Chloride) gutter and of its capacity due to longitudinal-slope changes. Both the roughness coefficient and gutter slope are factors that greatly affect both the velocity and depth of flow in a channel. For this purpose, an experiment is performed in the laboratory using a PVC gutter with adjustable slopes. The Manning formula, i.e. a function of: flow rate; channel roughness coefficient; flow depth (wet cross-sectional geometries); and channel longitudinal-slope, is then used. Water is supplied by a pump, and the discharge flow rate is determined by collecting the water that comes out at the end of the gutter downstream using a bucket. Then, both the volume of water in  the bucket and the time it taking are measured. The flow depths are measured with a ruler (the other geometry sizes of the gutter are fixed, the length of 4m, width 12cm, height 10cm). These measurements were performed five times for each slope variation with 1cm/4m step (from 1cm/4m to 10cm/4m). The results show that the values of the Manning roughness coefficient for the PVC gutter range from 0.010 to 0.014. Due to an increase in the slope of 1cm/4m to 10cm/4m, the flow depth drops 60% to 40% for the same discharge. Abstrak. Penelitian ini adalah tentang penentuan koefisien kekasaran Manning talang PVC (Polyvinyl Chloride), dan penentuan kapasitas talang akibat perubahan kemiringan memanjang saluran. Koefisien kekasaran dan kemiringan memanjang dasar saluran merupakan dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan kedalaman aliran suatu saluran. Oleh karena itu, dilakukanlah percobaan di laboratorium menggunakan sebuah talang PVC yang kemiringannya dapat diatur. Rumus yang digunakan adalah rumus Manning yang merupakan fungsi dari kecepatan aliran, koefisien kekasaran saluran, kedalaman aliran (geometri penampang basah saluran), dan kemiringan memanjang saluran. Air dipasok oleh sebuah pompa, dan debit alirannya ditentukan dengan menampung air yang keluar di ujung hilir saluran dengan sebuah ember. Volume air ember dan lama waktu yang diperlukan diukur. Kedalaman aliran diukur dengan mistar (ukuran lain geometri saluran adalah tetap, yaitu panjang 4m, lebar 12cm, tinggi 10cm). Pengukuran dilakukan lima kali untuk setiap perubahan kemiringan memanjang saluran dengan tahapan kemiringan 1cm/4m (dari 1cm/4m sampai 10cm/4m). Hasil percobaan menunjukkan  nilainilai koefisien kekasaran Manning talang air PVC berkisar antara 0,010 sampai 0,014. Akibat peningkatan kemiringan dari 1cm/4m ke 10cm/4m, kedalaman aliran turun sampai 60% (tinggal 40%) untuk debit yang sama.
MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMBUH Mas Mera; Hendra Hendra
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.542 KB) | DOI: 10.25077/jrs.12.1.1-10.2016

Abstract

Daerah Irigasi Batang Lampasi berada di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, sedangkan weirnya terdapat di Limapuluh Kota. Sebagian areal irigasi Batang Lampasi ini tidak menghasilkan padi maupun palawija, karena pengaturan air untuk musim tanam tidak berpedoman pada volume andalan sungai. Dari hasil pengukuran, efisiensi saluran primer, sekunder dan tersier Daerah Irigasi Batang Lampasi diperkirakan sebesar 64 %. Berdasarkan keadaan eksisting yang telah dilakukan petani, maka perlu dilakukan pengaturan pola tanam dengan menentukan awal musim tanam yang tepat agar penggunaan lahan dapat dioptimalkan. Berdasarkan volume andalan diperoleh volume air terbesar di Januari II dan Januari I, sehingga awal musim tanam dipilih pada Januari I dan Januari II. Dalam studi ini ditetapkan tiga alternatif pola tanam yang dipilih yaitu: padi-padi (kondisi eksisting); padi-padi-padi; dan padi-padi-palawija. Optimasi ketiga pola tanam tadi menggunakan metode goal programming, dengan fungsi sasarannya adalah memaksimalkan luas lahan dan meminimalkan kebutuhan air, dan fungsi kendalanya adalah luas areal irigasi dan volume andalan sungai. Hasil optimasi dengan metode Goal Programming diperoleh pola tanam yang menghasilkan luas lahan optimal yaitu pola tanam padi (1319 ha) – padi (848 ha) – palawija (1500 ha) dari luas areal 1500 Ha.Kata kunci: volume andalan, musim tanam, kebutuhan air, pola tanam, goal programming.
Investigasi Banjir Pada Perumahan Safa dan Marwa Dalam Realitas dan Model Mas Mera; Muhammad Givi; Februarman Februarman; Agra Daulay
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrs.17.2.176-185.2021

Abstract

Penelitian ini adalah tentang pengujian kapasitas drainase di kompleks perumahan yang berada di daerah topografi yang relatif datar. Oleh karena itu, dipilihlah perumahan Safa dan Marwa yang terletak di Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat sebagai studi kasusnya. Kompleks perumahan ini telah sering mengalami banjir bila hujan turun dengan intensitas melebihi 20 mm/jam dan dengan lama hujan melebihi 3 jam. Kemudian program jadi (existing software) “EPA Storm Water Management Model (SWMM) versi 5.0” digunakan untuk mensimulasikan kasus ini, di mana hasilnya dibandingkan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Data primer yang diperlukan oleh model SWMM ini adalah sub-catchment, intensitas hujan, kemiringan dan dimensi saluran drainase. Hasil simulasi menunjukan hal yang sama yang terjadi di lapangan yaitu 4 dari 37 junction (persimpangan saluran) dan 6 dari 38 conduit (ruas saluran) mengalami banjir. Sehingga hasil simulasi model SWMM ini dapat dipercaya untuk menunjukkan realitas banjir yang terjadi di lapangan.
LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU Birhami Akhir; Mas Mera
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 7, No 2 (2011)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.838 KB) | DOI: 10.25077/jrs.7.2.47-60.2011

Abstract

Penelitian ini adalah tentang prediksi lintasan gelombang laut di pelabuhan Pulau Baai di Provinsi Bengkulu yang memperhitungkan refraksi dan pendangkalan gelombang. Prediksi ini membutuhkan parameter-parameter: data batimetri, tinggi gelombang laut dalam, periode gelombang, koefisien pendangkalan, koefisien refraksi, dan sudut datang gelombang. Data batimetri adalah data sekunder. Tinggi gelombang laut dalam diperoleh dari hubungan skala Beaufrot dan data angin. Data angin juga data sekunder. Periode gelombang diperoleh dari hubungan panjang fetch efektif dan kecepatan angin di laut. Kecepatan angin diperoleh dari pengolahan dan analisis data angin. Koefisien pendangkalan merupakan fungsi dari nilai asimtot dan panjang gelombang. Panjang gelombang diperoleh dari hubungan dispersi. Koefisien refraksi diperoleh dari fungsi jarak ortogonal antara dua lintasan gelombang sebelum dan sesudah dibiaskan. Skenario simulasi lintasan gelombang didasarkan pada variasi sudut datang gelombang di laut dalam. Lintasan gelombang lokal ditentukan dengan hukum Snellius. Dari Skala Beaufrot diperoleh tinggi gelombang laut dalam setinggi 2 meter dan dari grafik SMB (Sverdrup, Munk and Bretschneider) diperoleh periode gelombang 7 detik. Prediksi penjalaran gelombang dari laut dalam adalah lintasan gelombang di sekitar breakwater (pemecah gelombang) merapat (terjadi pengumpulan energi gelombang) sehingga tinggi gelombangnya membesar yang mencapai 3,16 meter. Sedangkan pada daerah mulut pelabuhan lintasan gelombang menyebar (terjadi penyebaran energi gelombang) sehingga tinggi gelombangnya mengecil yang mencapai 1,24 meter. Keywords: lintasan, pendangkalan, refraksi, dispersi, energi, tinggi gelombang.
REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG LAUT DI DAERAH DEKAT PANTAI PARIAMAN Itto Samulano; Mas Mera
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2939.261 KB) | DOI: 10.25077/jrs.7.1.1-10.2011

Abstract

Penelitian ini menitik-beratkan pada simulasi penjalaran gelombang laut di daerah dekat Pantai Pariaman dengan memperhitungkan proses refraksi dan difraksi. Simulasi ini dilakukan secara numeris menggunakan program RCPWave (persamaan pengaturnya adalah mild-slope equation) dengan empat program pendukung, yaitu Grid Generation untuk mengolah data bathymetry, Dina-Hindcasting untuk mengolah data angin, WWWL Data untuk menyusun keluaran program Dina-Hindcasting, dan WMV untuk menampilkan keluaran program RCPWave sehingga menghasilkan vektor (arah dan tinggi) gelombang. Kelima program tersebut adalah program yang telah jadi (existing computer softwares). Domain model adalah sepanjang Pantai Pariaman, dimulai dari Pantai Padang Birik-Birik di utara sampai Pantai Sunur di selatan yang berjarak 14 km dan ke arah lepas pantai sejauh 13,50 km. Dalam domain terdapat lima buah pulau-pulau kecil (Pulau Kaciak, Angso, Tangah, Ujung, dan Pulau Sibarat). Parameter gelombang yang digunakan dalam simulasi ini adalah data angin sepanjang tahun 2010 dan peta bathymetry, tetapi sudut datang gelombang dibuat bervariasi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa refraksi dan difraksi gelombang paling besar terjadi di samping kiri semua pulau-pulau. Pada sudut datang gelombang 45° (terhadap garis tegak lurus pantai), pembelokkan gelombang terbesar adalah 98° terjadi di dekat Pulau Kasiak, sehingga tinggi gelombang di lokasi ini lebih kecil dari tempat lain. Sementara itu, tinggi gelombang yang besar terjadi di depan semua pulau dan dekat garis Pantai Pariaman karena pengaruh pendangkalan. Arah gelombang di dekat sepanjang garis Pantai Pariaman hampir membentuk sudut tegak lurus dengan garis pantai, kecuali pada pantai di Padang Birik-Birik, Pauh Barat dan Taluak. Keywords: refraksi, difraksi, sudut gelombang, tinggi gelombang, Pantai Pariaman.
Boundary Conditions for 2D Boussinesq-type Wave-Current Interaction Equations Mera M.
Civil Engineering Dimension Vol. 13 No. 1 (2011): MARCH 2011
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1583.96 KB) | DOI: 10.9744/ced.13.1.37-41

Abstract

This research focuses on the development of a set of two-dimensional boundary conditions for specific governing equations. The governing equations are existing Boussinesqtype equations which is capable of simulating wave-current interaction. The present boundary conditions consist of for waves only case and for currents only case. To simulate wave-current interaction, the two kinds of the present boundary conditions are then combined. A numerical model based on both the existing governing equations and the present boundary conditions is applied to simulation of currents only and of wave-current interaction propagating over a basin with a submerged shoal. The results of the numerical model show that the present boundary conditions go well with the existing Boussinesq-type wave-current interaction equations.
Prediction of Streamflow of the Anai-Weir Catchment Using Both the SWAT and Mock Models Mas Mera; Siti Hawa Binti Yusmardi; Junaidi Junaidi
Journal of Applied Agricultural Science and Technology Vol. 7 No. 2 (2023): Journal of Applied Agricultural Science and Technology
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/jaast.v7i2.96

Abstract

This research focuses on predicting the streamflow of the Anai-weir catchment using the SWAT (Soil and Water Assessment Tools) and Mock models. The catchment studied is approximately 34,024 ha wide. The rainfall and climatological data were collected from the three nearest rainfall stations, namely Kandang IV (13.8 km far), Kasang (15.2 km far), and Sicincin Stations (11.2 km far), from 2010 to 2019. The first research methodology is to delineate the catchment, form a Hydrologic Response Unit (HRU), and then enter the climatological data into the SWAT model to estimate the daily streamflow. This daily streamflow is then averaged over a semi-monthly period. The second research methodology is to estimate an evapotranspiration depth based on the climatological data using the Modified Penman method, and then predict the semi-monthly average-daily streamflow using the Mock model. The results obtained from both methods are then compared with the Anai-weir AWLR-data. The average results from each method, namely, the SWAT model, the Mock model, and the AWLR data have the same tendency, but the Mock model results are closer than the SWAT model results to the AWLR data. This indicates that the Mock model is more suitable than the SWAT model for the existing data conditions. Even though the SWAT model considers more variables than the Mock model does.
Pemilihan Bangunan Pelindung terhadap Bencana Hidrometri Basah dalam Rekayasa Sumberdaya Air Mera, Mas; Yuhendra, Rahmad; Wahyudi, Reski; Wilman, Wilman; Putra, Rifky
Jurnal Rekayasa Sipil Vol 20, No 3 (2024)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrs.20.3.%p.2024

Abstract

Inaccuracy in selecting the type of water resources structures as protection structures against wet hydrometric disasters means that the effects of the disaster are not reduced significantly. This situation gets worse if the placement of the protection structures is not correct. This research focuses on selecting the type and location of protection structures against wet hydrometric disasters in water resources engineering so that they work optimally. This optimization is carried out by maximizing the function of the structures as protector against hydrometric disasters, and minimizing new disasters that may arise due to the presence of these protection structures. The first stage is to identify the behavior and to predict the characteristics of water at location of the wet hydrometric disaster and its surroundings. This is done by analyzing video and aerial photos in several circumstances. The next stage is to select the appropriate type of protection structures. The final stage is to determine the location and dimensions of the protection structures with the consideration that new disasters that may arise due to the presence of the protection structures must be relatively small. Another consideration for determining the dimensions of a structure is the characteristics of the water. Determination of the location and dimensions of the protection structures are carried out using theoretical simulations. The results of research in the field show that protection structures work optimally and with relatively small dimensions and numbers, and is in accordance with theoretical estimates.
Penyisihan Nitrat Menggunakan Kolom dengan Media Biochar dan Busa Poliuretan Edwin, Tivany; Mera, Mas; Komala, Puti Sri; Zulkarnaini, Zulkarnaini; Nabila, Alya Sausan
Dampak Vol 21, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.21.2.1-6.2024

Abstract

This study examined the removal of nitrate from wastewater using column adsorption method with variations in the ratio of biochar and polyurethane foam, as well as variations in flow rate. The results showed that the highest adsorption capacity was obtained at a flow rate of 30 mL/min compared to other flow rate variations. At that flow rate, the nitrate sorption capacity reached 4.10 mg/g with biochar, 0.20 mg/g using biochar : polyurethane foam (1 : 1) media, and 13.12 mg/g using biochar : polyurethane foam (2 : 1) media. The biochar : polyurethane foam (2 : 1) media showed the highest nitrate adsorption capacity, which was caused by an increase in the contact time of the flow in the media due to more polyurethane foam volume. This study concludes that sufficient contact time between the contaminant and the adsorption media in the column is a key factor for nitrate removal optimization in addition to the adsorbent material used.Keywords: Adsorption, Biochar, Polyurethane foam, Nitrate ABSTRAKPenelitian ini mengkaji penyisihan nitrat dari limbah cair menggunakan metode adsorpsi kolom dengan variasi rasio biochar dan busa poliuretan, serta variasi laju alir. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas adsorpsi tertinggi diperoleh pada laju alir 30 mL/menit dibandingkan variasi laju alir lainnya. Pada laju alir tersebut, kapasitas sadorpsi nitrat mencapai 4,10 mg/g dengan biochar, 0,20 mg/g menggunakan media biochar : busa poliuretan (1 : 1), dan 13,12 mg/g menggunakan media biochar : busa poliuretan (2 : 1). Media biochar : busa poliuretan (2 : 1) menunjukkan kapasitas adsorpsi nitrat paling tinggi, yang disebabkan oleh peningkatan waktu kontak aliran dalam media akibat kandungan busa poliuretan yang lebih banyak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa waktu kontak yang cukup antara kontaminan dan media adsorpsi dalam kolom merupakan faktor kunci untuk optimasi penyisihan nitrat selain material adsorben yang dipakai.Kata kunci: Adsorpsi, Biochar, Busa poliuretan, Nitrat