Ruli Herman Sitanggang
Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran /RSHS Bandung

Published : 53 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Efek Proteksi Otak Metamizol Intravena Sebagai Farmakologik Hipotermi Terhadap Suhu Inti Dan Kadar Interleukin-6 Pada Pasien Cedera Kepala Berat Muhammad Erias; Ruli Herman Sitanggang; Tatang Bisri
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.809 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol6i2.42

Abstract

Latar Belakang dan Tujuan: Cedera kepala berat merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bagi pasien pasca trauma. Sirkulasi sitokin interleukin-6 (IL-6) pada cedera kepala berat dan proteksi otak dalam pengaturan suhu berhubungan dengan hasil luaran berupa morbiditas dan mortalitas. Tujuan dari penelitian ini mengkaji efek proteksi otak metamizol intravena sebagai farmakologik hipotermi terhadap suhu inti dan kadar interleukin pada cedera otak traumatik. Subjek dan Metode: Penelitian merupakan penelitian tersamar acak ganda yang dilakukan pada 30 pasien dewasa dengan cedera kepala berat yang dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok metamizol (M). Kelompok M diberikan metamizol intravena 15 mg/kgbb setiap 8 jam selama 72 jam. Data yang dicatat adalah suhu membran timpani setiap 8 jam dan kadar IL-6 setiap 24 jam selama 72 jam. Penelitian dilakukan selama bulan Juli sampai Agustus 2016 dan hasil penelitian diuji statistik menggunakan uji t berpasangan, uji Mann-Whitney, Uji Chi-square dan uji Fisher's Exact. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa nilai IL-6 pada kelompok M 244,20±93,07, lebih rendah dari kelompok K 375,20±152,62 dengan nilai p=0,006 pada jam ke-48 dan pada jam ke-72 dengan kadar IL-6 197,20±76,03 dan nilai p=0,008 sehingga bermakna secara statistik (p0,05). Subjek pada kelompok M juga menunjukkan suhu tubuh yang lebih rendah secara keseluruhan dan bermakna secara statistik (p0,01). Simpulan: Metamizole mempunyai efek proteksi otak dan mempunyai kegunaan sebagai farmakologik hipotermi pada cedera kepala traumatik.Effect Brain Protection Metamizol Intravenous as Pharmacalogic Hypothermia to Core Temperature and Interleukin-6 Level in Severe Traumatic Brain InjuryBackground and Objective: Severe traumatic brain injury (TBI) is one of the major cause of morbidity and mortality in trauma. Circulating interleukin-6 (IL-6) and neuroprotection from temperature has a strong relation with improve outcome. The aim of this study is to evaluate the brain protection properties of intravenous metamizole as a hypothermic pharmacologic in reducting IL-6 and core temperature regulation on severe TBI. Subject and Method: This is a randomized controlled trial to 30 adult pasien with severe TBI which was distributed into two groups which was control group (K) and metamizole group(M). The M grup was given 15 mg/kgbw of intravenous metamizole every 8 hours for 72 hours. Core temperature from the tympnic membrane every 8 hours and IL-6 every 24 hours was noted for 72 hours. This studi was conducted from July to August 2016 and the data was then analyzed statistically using the paire t test, Mann-Whitney test, Chi-Square test and Fishers’s Exact test. Result: Shows that IL-6 on the M group was 244.20±93.07 which was lower than the K group at 375.20±152.62 with p=0.006 on the 48th hour and on the 72nd hour with IL-6 at 197.20±76.03 with p=0.008 which is statistically significant (p0.005) and also shows lower temperature at every recording with p0.01. Conclusion: Metamizole has brain protecting properties in reducing circulating IL-6 and has uses as a hypothermic agent in severe TBI.
Perbandingan Mannitol 20%, NaCl 3% dan Natrium Laktat Hipertonik terhadap Osmolaritas dan Brain Relaxation Score Pasien Tumor Otak yang menjalani Kraniotomi Pengangkatan Tumor Dear Mohtar Wirawijaya; Ruli Herman Sitanggang; Tatang Bisri
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.87 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol7i1.15

Abstract

Latar Belakang dan Tujuan: Mannitol membuat relaksasi otak, namun memiliki efek samping berkurangnya volume intravaskuler, peningkatan kembali tekanan intrakranial (rebound) dan gagal ginjal. Penggunaan NaCl 3% dan natrium laktat hipertonik dapat memberikan relaksasi otak yang baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan osmolaritas dan brain relaxation score (BRS) pada pasien yang menjalani kraniotomi pengangkatan tumor dengan menggunakan mannitol 20%, NaCl 3%, dan matrium laktat hipertonik.Subjek dan Metode: Penelitian merupakan uji klinik terkontrol secara acak terhadap 39 pasien tumor otak yang masing-masing mendapatkan 2,5cc/kgBB mannitol 20%, NaCl 3%, dan natrium laktat hipertonik. Hasil: Tidak ada perbedaan peningkatan osmolaritas yang signifikan antara ketiga kelompok 1 jam setelah pemberian osmoterapi dan saat durameter dibuka (p0,05). BRS pada ketiga kelompok memiliki nilai median yang sama besar (2,00), artinya tidak ada perbedaan BRS yang bermakna (p0,05). Terdapat peningkatan diuresis yang signifikan pada pemberian mannitol 20%, peningkatan klorida pada NaCl 3% dan peningkatan glukosa signifikan pada natrium laktat hipertonik. Simpulan: Mannitol 20%, NaCl 3%, dan natrium laktat hipertonik memberikan relaksasi otak yang sama dan tidak mengakibatkan perbedaan osmolaritas yang signifikan.Comparison Between 20% Mannitol, 3% NaCl and Hypertonic Sodium Lactate on Osmolarity and Brain Relaxation Score Brain Tumor Patient underwent Craniotomy Tumor RemovalBackground and Objective: Mannitol produce brain relaxation but associated with several side effects such as reduced intravascular volume, rebound in intracranial pressure and kidney failure. The use of 3% NaCl and hypertonic sodium lactate (HSL) may provide brain relaxation. Aim of this study is to examine increased osmolarity and brain relaxation score (BRS) in patient underwent craniotomy using 20% mannitol, 3% NaCl, and hypertonic sodium lactate. Subject and Method: This is a randomized control study of 39 brain tumor patients divided into three groups each obtained 2.5cc/kg 20% mannitol, 3% NaCl, and HSL. Result: there is no significant difference of osmolarity between the three groups 1 hour after administration of osmotherapy and during the opening of durameter (p0,05). BRS between the three groups have an equivalent median score (2,00), it means no significant difference in BRS (p0,05). A significantly increased diuresis in the administration of 20% mannitol, increased chloride to 3% NaCl and significant glucose increase in HSL. Conclusion: Administration of 20% mannitol, 3% NaCl and HSL produce the same brain relaxation and resulted in insignificant osmolarity differences.
perbandingan indeks massa tubuh tenaga kesehatan terhadap kedalaman kompresi jantung luar pada manekin Mahathir Harry Permana; Ruli Herman Sitanggang; M. Andy Prihartono
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v10n2.2402

Abstract

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan intervensi utama dalam kegawatdaruratan henti jantung. Respons dan kualitas RJP secara signifikan memengaruhi keberhasilan penanganan pasien dengan henti jantung dan merupakan prosedur yang bersifat life-saving. Kualitas kompresi dinding dada pada RJP ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kedalaman kompresi dinding dada. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan kedalaman dinding dada pada manekin berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) penolong. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Juli–September 2020. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) komparatif yang dilakukan secara prospektif mengenai hubungan IMT dengan kualitas kompresi jantung luar pada manekin. Subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan IMT underweight, normal, dan overweight. Kedalaman kompresi dinding dada saat melakukan RJP dicatat dan dianalisis sesuai dengan kategori kelompok IMT. Data dianalisis menggunakan uji one way ANOVA bila berdistribusi normal dan Uji Kruskal Wallis bila berdistribusi tidak normal, nilai p<0,05 dianggap bermakna. Hasil penelitian menunjukan peningkatan angka kedalaman kompresi dada yang berbanding lurus dengan IMT dilihat dari rerata kedalaman kompresi sebesar 4,83±0,428 cm pada kelompok IMT underweight, 5,64±0,301 cm pada kelompok IMT normal, dan 6,39±0,327 cm pada kelompok IMT overweight (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa penolong dengan kategori IMT normal adalah kelompok yang paling sesuai dengan rekomendasi BLS & ACLS oleh AHA. Comparison of Healthcare Worker's Body Mass Index with External Chest Compression Depth on MannequinsCardiopulmonary resuscitation (CPR) is the primary intervention in cardiac arrest. The response and quality of CPR significantly contribute to the successful management of patients with cardiac arrest and are life-saving procedures. Several factors determine the quality of chest compression in CPR, one of which is the depth of chest wall compression. This study aimed to compare the chest compression depth on the mannequin based on the helper's body mass index (BMI). This study was conducted at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung from July to September 2020. This study used an analytical observational method with a comparative cross-sectional study design that was carried out prospectively regarding the relationship of BMI to the quality of external cardiac compression on mannequins. Research subjects were grouped based on BMI underweight, normal, and overweight. The depth of chest wall compressions during CPR was recorded and analyzed by the BMI group category. Data analysis using a one-way ANOVA test if the distribution was normal and a Kruskal Wallis test if the distribution was not normal, p-value <0.05 was considered significant. The results showed an increase in chest compression depth, which was directly proportional to BMI as seen from the mean compression depth of 4.83 ± 0.428 cm in the underweight group, 5.64 ± 0.301 cm in the normal group, and 6.39 ± 0.327 cm in the overweight group (p < 0.05). In conclusion, rescuers with the normal BMI category are the most suitable group according to the BLS & ACLS recommendations by the AHA.
Co-Authors - Elvidiansyah - Elvidiansyah - Suwarman A. Himendra Wargahadibrata A. Himendra Wargahadibrata Afifuddin Afifuddin Afifuddin Afifuddin, Afifuddin Akhmad Rhesa Sandy Annisa Isfandiary Ismandiya Annisa Isfandiary Ismandiya, Annisa Isfandiary Anthon Vermana Ritonga Anthon Vermana Ritonga Ara Guntara Ara Guntara Ardi Zulfariansyah Ardi Zulfariansyah Ariaty, Geeta Maharani Aris Gunawan Arnanto, Yodi Suryo Budi Hartanto Budi Hartanto Budiana Rismawan Cindy E. Boom Cindy E. Boom Dadang Mulyawan Dadang Mulyawan Dear Mohtar Wirawijaya Dedi Fitri Yadi Dewi Yulianti Bisri Doddy Tavianto Erias, Muhammad Erik Efendi Erik Efendi Erwin Pradian Ezra Oktaliansah Geeta Maharani Ariaty Gunawan Mutiara Gunawan Mutiara, Gunawan Gunawan, Aris Harly, Patra Rijalul Harniati, Siti Ike Sri Redjeki Indriasari Indriasari Iwan Fuadi Lira Panduwaty M. Andy Prihartono M. Erias Erlangga M. Erias Erlangga, M. Erias Mahathir Harry Permana Muhammad Erias Nurita Dian Kestriani Oka Endarto Oktofina K. Mose Oktofina K. Mose Raditya Fauzan Raditya Fauzan, Raditya Ratu Lewi Ratu Lewi, Ratu Reza Widianto Sudjud Robert Sihombing Ronald Tikuali Salukanan Salukanan, Ronald Tikuali SATRIYAS ILYAS Selly Oktarina Rosita Selly Oktarina Rosita Sihombing, Robert Suryadi Suryadi Suryadi Suryadi Suwarman Suwarman Suwarman Suwarman Suwarman Suwarman, Suwarman Tatang Bisri Tatang Bisri Tatang Bisri Tatang Bisri Tinni T. Maskoen Tinni T. Maskoen Udin Sabarudin Udin Sabarudin Viana Wijayanti Viana Wijayanti Wirawijaya, Dear Mohtar Wirawijaya Wullur, Caroline Yodi Suryo Arnanto