Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

LEANG LEMDUBU: PRELIMINARY REPORT ON EXCAVATION CONDUCTED BY THE JOINT INDONESIAN-AUSTRALIAN PROJECT, PREHISTORY OR THE ARU ISLANDS Peter Veth; Matthew Spriggs; Susan O'Connor; Mohammad Husni; Widya Nayati
Berkala Arkeologi Vol. 17 No. 2 (1997)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v17i1.757

Abstract

KEGIATAN PERDAGANGAN: SUATU PENJELASAN BERDASARKAN TEORI SIMBOLIS Widya Nayati
Berkala Arkeologi Vol. 15 No. 3 (1995)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v15i3.679

Abstract

Trade is a system composed of various components related to one another. This system is very flexible in scope, both time and area coverage. One another can be seen by each component but it will be clearer when viewed globally. This specificity is what makes the trading system have similarities and differences between one area and another, with varying times. This is because it is influenced by various factors, from outside as well as from within the system itself. The differences that exist arise, among others, due to the existence of political-economic-religious activities which ultimately affect the changes in human supporters. A summary of the archaeological-historical data will be used in analyzing trading activities in Indonesia from past to present.
PERGESERAN LOKASI PEMUKIMAN ORANG CINA DI KOTA BANTEN DARI ABAD XVI - XIX (BERDASARKAN PENGAMATAN PETA KUNA KOTA BANTEN) Widya Nayati
Berkala Arkeologi Vol. 6 No. 2 (1985)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v6i2.445

Abstract

Bekas lbukota Kerajaan Banten saat ini terletak di Kalurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Propinsi Jawa Barat. Kota Banten terletak di tepi Laut Jawa dan berada pada sebuah teluk yang bernama Teluk Banten. Tepatnya kota Banten terletak di antara dua muara sungai, yaitu muara sungai Cibanten lama di sebelah timur dan muara anak sungai Cibanten lama di sebelah barat kota. Kota Banten berfungsi sebagai lbukota kerajaan Banten dari tahun 1552 hingga 1813.
Perubahan Benteng Oranje di Ternate – Maluku Utara (Abad XVII-XX) Suwindiatrini, Komang Ayu; Nayati, Widya
JANUS Vol 2 No 1 (2024): Edition 1
Publisher : Department of Archaeology, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/janus.11866

Abstract

The Indonesian archipelago has been known for centuries as a source of spices that are favored in many countries. The desire to obtain these spices from the first source has brought Europeans to the islands since 15th century. They sent their maritime fleets to establish trading posts in the archipelago, especially in Maluku which was rich in nutmeg and cloves. One of the archaeological remains that serves as evidence of the presence and control of Europeans, especially the Dutch, in this area is the existence of Fort Oranje in Ternate. However, there is not much of the historical background on the development of Fort Oranje has been revealed so far. This paper attempts to fill the dearth of information about the fort. The study was conducted by identifying the attributes shown in at least five drawings and plans of the Fort, which were then combined with existing historical data. The results showed that there were several changes in the form, function and role of Fort Oranje from the beginning of its establishment to the present. The reasons for these changes are mainly due to the needs of the Dutch communities who lived in the fort as well as the changing political and security condition throughout its history. Another contributing factor is government policy both during the colonial period and after Indonesia's independence. Due to the limited amount of visual data to reconstruct the long development, only a few stages of Fort Oranje transformation can be revealed. === Selama berabad-abad, kepulauan Indonesia telah dikenal sebagai sumber rempah yang digemari di banyak negara. Keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah ini dari sumber pertama telah membawa bangsa Eropa ke kepulauan ini sejak akhir abad ke-15. Mereka mengirimkan armada lautnya untuk mendirikan pos-pos perdagangan di Nusantara, terutama di Maluku yang kaya akan pala dan cengkeh. Salah satu peninggalan arkeologi yang menjadi bukti kehadiran dan penguasaan bangsa Eropa, khususnya Belanda, di kepulauan rempah-rempah ini adalah keberadaan Benteng Oranje di Ternate. Namun, sejauh ini belum banyak latar belakang sejarah perkembangan Benteng Oranje yang terungkap. Tulisan ini mencoba mengisi kelangkaan informasi mengenai benteng tersebut dengan menyajikan hasil kajian terhadap data visual Benteng Oranje berupa gambar dan denah lama yang masih dapat diakses. Kajian dilakukan dengan mengidentifikasi atribut-atribut yang ditunjukkan pada setidaknya lima gambar dan denah benteng, yang kemudian dipadukan dengan data sejarah historis yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa perubahan bentuk, fungsi dan peran Benteng Oranje dari awal berdirinya hingga saat ini. Penyebab perubahan tersebut terutama disebabkan oleh perubahan kebutuhan masyarakat Belanda yang tinggal di dalam benteng serta situasi politik dan keamanan yang terus berubah sepanjang sejarahnya. Faktor lain yang turut berperan adalah kebijakan pemerintah baik selama masa kolonial maupun setelah kemerdekaan Indonesia.
Peran Siswa Perempuan dalam Pembelajaran Ensambel Musik Lakusa, Nicholas Ferdeta; Nayati, Widya
Jurnal Wanita dan Keluarga Vol 4 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Pusat Studi Wanita dan Keluarga UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jwk.11288

Abstract

Music ensembles are one of the methods most often used in music education in schools. This research aims to determine the role of female students in ensemble groups from two aspects, namely affective and psychomotor. These group activities are essential for the development of the spirit of togetherness, perseverance and cooperation—activities that are very important for student development. Understanding the group of female students and male students in ensemble activities really needs to be done by trainers / teachers because the self-development of girls and boys will be different, so when they are gathered to work together, special handling is needed to produce cohesion in work. Data was collected by observing the implementation of ensemble learning. The subjects of this research were 32 students in class VII-D of SMP Negeri 2 Mlati. The results of the research show that there are differences in the interaction process in practice and the results of music playing between groups that have female members and those that do not. The presence of female students makes the practice process more dynamic, giving rise to creativity when playing a song. The results of this study can be used as evaluation material for an educator in planning a more meaningful ensemble learning.
STRATEGI BRANDING HERITAGE DALAM MEMPERTAHANKAN PREDIKAT YOGYAKARTA SEBAGAI KOTA PELAJAR Pharmacytha, Anggrita Salfa; Nayati, Widya
ISTORIA : Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah Vol 20, No 2 (2024): ISTORIA Edisi September 2024, Vol. 20. No.2
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/istoria.v20i2.60686

Abstract

 Kota Pelajar menjadi julukan yang populer bagi Kota Yogyakarta. Bahkan tidak sedikit para pelajar dari berbagai daerah untuk menuntut ilmu di Yogyakarta. Julukan Kota Pelajar ini tidak terlepas dari sejarah Yogyakarta yang memiliki peran besar dalam bidang pendidikan sejak jaman dahulu. Beberapa permasalahan konflik sosial seperti klitih, begal, dan tawuran antar pelajar menjadikan predikat Yogyakarta sebagai Kota Pelajar menjadi tersamarkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan atau library research. Tujuan dari penelitian ini menjadikan city branding sebagai salah satu strategi dalam branding heritage Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan heritage brand awareness dalam mengukur kesadaran masyarakat terhadap nilai penting dari predikat Yogyakarta sebagai Kota Pelajar, sehingga predikat Yogyakarta sebagai kota pelajar dapat dipertahankan. 
Fenomena Pencarian Objek Diduga Cagar Budaya Sebagai Konten Youtube Suwindiatrini, Komang Ayu; Nayati, Widya
Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jabi.v6i2.78744

Abstract

Pencarian Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) semakin sering dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan perkembangan digital dan teknologi lalu diunggah ke Youtube. Menggunakan alat metal detector dan magnet fishing, para kreator konten melakukan pencarian benda-benda purbakala. Fenomena ini cukup diminati oleh kalangan tertentu tapi kondisi ini bertentangan dengan yang diamanatkan dalam peraturan. Masalah dalam tulisan ini difokuskan pada alasan dibalik pencarian ODCB sebagai konten Youtubelalu dicari penyelesaian yang tepat untuk mengatasi fenomena ini. Tulisan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat dan juga pemerintah untuk menyadari fenomena ini. Metode yang dipakai yaitu kualitatif dengan pendekatan etnografi, yang berusaha mempelajari yang terjadi di masyarakat sekaligus belajar dari masyarakat. Kesimpulan yang diperoleh yaitu ada faktor ekonomi yang mendorong maraknya pencarian ODCB dan aktivitas tersebut diunggah ke media sosial juga untuk mendapatkan penghasilan lainnya.Yang terpenting juga dirumuskan strategi untuk mengatasi fenomena yang terjadi.
Institutionalizing Climate Change Adaptation and Mitigation Through Education in a Small Island Context: A Case Study of South Tabukan, Sangihe Islands Heliani, Leni Sophia; Hadianti, Atrida; Nayati, Widya; Dewanto, Bondan Galih; Putri, Citra Kumala; Aqso, Muhammad Raihan; Pratama, Rizki Febri; Listyana, Deswita; Sanjaya, Darmawan Dwi
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement) Vol 11, No 2 (2025): June
Publisher : Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpkm.90903

Abstract

The Sangihe Islands Regency, one of Indonesia’s small and outermost island regions, has been increasingly affected by the impacts of climate change. Extreme weather events and high waves have contributed to a decline in both the quantity and quality of fish catches and agricultural yields, which are the primary sources of livelihood for many residents. However, the community’s understanding of climate change, including its causes, impacts, mitigation strategies, and adaptation measures, remains limited. In response, a comprehensiveand community capacity-building program was initiated, focusing on education and institutionalization related to climate change mitigation and adaptation. The initiative was structured around four action clusters: medical, agricultural, science and technology, and socio-humanities. These efforts resulted in the development of environmentally friendly systems for waste disposal, agriculture, capture fisheries, and water resource management. The initiative is expected to strengthen the foundational capacities of residents in South Tabukan, Sangihe Islands Regency, enabling them to independently and sustainably mitigate and adapt to the impacts of climate change.
Inovasi Domestik dan Redistribusi Peran dalam Keluarga Petani Kelapa Sawit: Studi Kasus Merempan Hulu, Kabupaten Siak, Provinsi Riau sebagai Model Pencegahan Stunting Berbasis Gender Nayati, Widya; Handajani, Suzie; Noviandi, Cuk Tri; Sisparyadi, Sisparyadi; Yunita, Shielvy Nurul; Oktabi, Nouruz Zaman; Abdurrohim, Abdurrohim
Jurnal Wanita dan Keluarga Vol 6 No 1 (2025): Juli 2025
Publisher : Pusat Studi Wanita dan Keluarga UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jwk.23495

Abstract

This study originates from the persistent issue of high stunting rates in Merempan Hulu Village, Siak District, Riau Province—an area considered economically prosperous due to palm oil cultivation and small-scale livestock farming. The research reveals that unequal gender roles within household dynamics significantly contribute to poor childcare and nutrition quality. Employing gender as structure and feminist political economy frameworks, this article examines how patriarchal norms in agrarian families can be transformed through locally embedded interventions, such as household vegetable gardening, poultry and fish raising, fermented cattle feed production, and increased paternal involvement in childcare and meal preparation. Findings indicate that men's active participation in domestic tasks not only disrupts rigid gender structures but also strengthens household food resilience and overall family well-being. The role of academics as social facilitators proves crucial in guiding agrarian families toward more collaborative and inclusive models of household management.
Peningkatan Jumlah dan Kompetensi Nelayan Melalui Program Sosialisasi dan Magang, di Kalurahan Poncosari, Srandakan Bantul di Yogyakarta Heliani, Leni Sophia; Partosuwiryo1, Suwarman; Setiawan, Juswono Budi; Nayati, Widya; Sarwadi, Ahmad; Suyanta, Suyanta
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 4 (2023): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v7i4.10550

Abstract

Pesisir DI Yogyakarta, Kalurahan Poncosari memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan  yang belum dioptimalkan, yang disebakan oleh kurangnya jumlah   dan   keterampilan nelayan.  Kegiatan Pengabdian masyarakat Desa Binaan melaksanakan pengembangan profesi nelayan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, terutama generasi muda, terkait profesi nelayan. Kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi profesi nelayan dan magang nelayan untuk menambah jumlah (regenerasi atau pengkaderan nelayan). Hasil kegiatan sosialisasi diikuti oleh sekiat 40 orang pemuda, yang terdiri dari nelayan muda, petani, penambang pasir dan karang taruna. Hasil kuisioner sosialisasi menunjukan pengetahuan dan ketertarikan peserta terhadap profesi nelayan meningkat. Sosialisasi dilanjutkan kegiatan magang nelayang yang diikuti oleh 7 peserta dan dilaksanakan selama 4 hari, dengan hasil peningkatan kemampuan sangat baik, dimana peserta magang telah memiliki 90% kemampuan yang ditargetkan, sehingga dapat di klasifikasi pada nelayan pemula, berupa adaptasi dengan pelayaran, peningkatan keberanian dan keterampilan  procedural pengoprasian dan penangkapan ikan dengan pendampingan