Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Aksebilitas dan sirkulasi pada hunian Vertikal Apartemen Braga City Walk Bandung Mulyono, Satriyo Hadi; Permana, Nanda Yudhi; Sakinah, Riesta; Soewarno, Nurtati
REKA KARSA Vol 4, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v4i3.1380

Abstract

AKSESIBILITAS DAN SIRKULASI PADA  HUNIAN VERTIKAL APARTEMEN BRAGA CITY WALK BANDUNG   satriyo hadi mulyono, nanda yudhi permana, riesta sakinah, NURTATI SOEWARNO Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional   Email : satriyohadim@gmail.com   Abstrak Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal di kota, tidak selaras dengan tersedianya lahan. Kondisi ini terlihat dari fenomena pembangunan hunian vertikal. Hunian vertikal tersebut umumnya dibangun di kawasan eks kampung kota, yang lebih mudah “dikuasai” seperti yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Melalui pendekatan observasi, penelitian ini mengambil kasus apartemen Braga City Walk. Lokasinya yang hanya dapat dilalui dari sebuah pintu masuk di jalan Braga yang tidak begitu luas, karena lahan yang dimiliki cukup terbatas. Pengaturan arah masuk dan sirkulasi kendaraan tidak ditemukan kendala dalam mencapai unit hunian, meskipun dengan pencapaian tidak langsung. Desain yang kreatif diperlukan dalam mewujudkan suatu perancangan hunian vertikal,sehingga dapat mengatasi masalah pencapaian pada hunian vertikal. Sebagai fenomena tinggal di hunian vertikal dapat teratasi, dan bukan menjadikan hal tersebut permasalahan dalam pencapaian menuju hunian vertikal.Diharapkan permasalahan dalam pencapaian dan sirkulasi tidak menjadi kendala bagi masyarakat, sehingga tinggal di hunian vertikal dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang akan tinggal di pusat kota. Kata kunci: aksesibilitas, hunian vertikal, sirkulasi , Braga City Walk AbstractThe growing need for a place to stay in town, not in tune with the availability of land. This condition is seen from the phenomenon of vertical housing development. The vertical housing generally built in the hometown of the former, which is more easily "controlled" as has happened in several major cities in Indonesia. Through observation approach, this study takes the case of apartments Braga City Walk. Its location only accessible from an entrance on the street Braga is not so wide, because the land is owned quite limited. The setting direction of entry and circulation of vehicles not found obstacles in achieving residential units, although the indirect attainment. Creative design needed in realizing a vertical housing design, so as to overcome the problem of the achievement of the vertical housing. As the phenomenon of living in the vertical housing can be resolved, and not make it a problem in reaching toward vertikal.Diharapkan occupancy and circulation problems in achievement is not an obstacle for the community, so it stayed in vertical housing can be a solution for people who will be staying in the city center. Keywords: accessibility, vertical housing, circulation,Braga City Walk.
AKSESIBILITAS DAN SIRKULASI PADA HUNIAN VERTIKAL APARTEMEN BRAGA CITY WALK BANDUNG Mulyono, Striyo Hadi; Permana, Nanda Yudhi; Sakinah, Riesta; Soewarno, Nurtati
REKA KARSA Vol 4, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (882.233 KB) | DOI: 10.26760/rekakarsa.v4i3.1405

Abstract

AKSESIBILITAS DAN SIRKULASI PADA  HUNIAN VERTIKAL APARTEMEN BRAGA CITY WALK BANDUNG   satriyo hadi mulyono, nanda yudhi permana, riesta sakinah, NURTATI SOEWARNO Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional   Email : satriyohadim@gmail.com   Abstrak Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal di kota, tidak selaras dengan tersedianya lahan. Kondisi ini terlihat dari fenomena pembangunan hunian vertikal. Hunian vertikal tersebut umumnya dibangun di kawasan eks kampung kota, yang lebih mudah “dikuasai” seperti yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Melalui pendekatan observasi, penelitian ini mengambil kasus apartemen Braga City Walk. Lokasinya yang hanya dapat dilalui dari sebuah pintu masuk di jalan Braga yang tidak begitu luas, karena lahan yang dimiliki cukup terbatas. Pengaturan arah masuk dan sirkulasi kendaraan tidak ditemukan kendala dalam mencapai unit hunian, meskipun dengan pencapaian tidak langsung. Desain yang kreatif diperlukan dalam mewujudkan suatu perancangan hunian vertikal,sehingga dapat mengatasi masalah pencapaian pada hunian vertikal. Sebagai fenomena tinggal di hunian vertikal dapat teratasi, dan bukan menjadikan hal tersebut permasalahan dalam pencapaian menuju hunian vertikal.Diharapkan permasalahan dalam pencapaian dan sirkulasi tidak menjadi kendala bagi masyarakat, sehingga tinggal di hunian vertikal dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang akan tinggal di pusat kota. Kata kunci: aksesibilitas, hunian vertikal, sirkulasi , Braga City Walk Abstract The growing need for a place to stay in town, not in tune with the availability of land. This condition is seen from the phenomenon of vertical housing development. The vertical housing generally built in the hometown of the former, which is more easily "controlled" as has happened in several major cities in Indonesia. Through observation approach, this study takes the case of apartments Braga City Walk. Its location only accessible from an entrance on the street Braga is not so wide, because the land is owned quite limited. The setting direction of entry and circulation of vehicles not found obstacles in achieving residential units, although the indirect attainment. Creative design needed in realizing a vertical housing design, so as to overcome the problem of the achievement of the vertical housing. As the phenomenon of living in the vertical housing can be resolved, and not make it a problem in reaching toward vertikal.Diharapkan occupancy and circulation problems in achievement is not an obstacle for the community, so it stayed in vertical housing can be a solution for people who will be staying in the city center. Keywords: accessibility, vertical housing, circulation,Braga City Walk.
Aplikasi Komponen Material Panel Beton Precast Pada Fasad Bangunan Apartemen Gateway Ahmad Yani Bandung Hidayat, Saepuloh; Satria, Cecep Yoga; Noor, Mochamad Rizky; Soewarno, Nurtati
REKA KARSA Vol 4, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1674.559 KB) | DOI: 10.26760/rekakarsa.v4i3.1397

Abstract

Aplikasi Komponen Material Panel Beton Precast Pada Fasad Bangunan Apartemen Gateway Ahmad Yani Bandung Saepuloh Hidayat, Cecep Yoga Satria, Mochamad Rizky Noor, Nurtati Soewarno Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Institut Teknologi Nasional Bandung Email : saepulhidayat140@gmail.com   ABSTRAK Fasad merupakan bagian terluar dari bangunan yang dapat dinikmati langsung oleh publik. Fasad direncanakan sesuai kebutuhan ruang dalam dan dibentuk oleh berbagai elemen, diantaranya permukaan dinding, tipe dan jenis struktur, pengaturan letak bukaan dan penggunaan ornamen. Fasad harus terlihat menarik sehingga material pembentuk elemen-elemen tersebut memegang peran penting dalam pembentukan fasad. Seiring perkembangan teknologi untuk mempercepat proses pembangunan, material fabrikasi sudah banyak diaplikasikan terhadap bangunan-bangunan tinggi. Makalah ini akan memaparkan hasil penelitian pada Apartemen Gateway Ahmad Yani yang menggunakan material panel beton precast sebagai elemen pembentuk fasadnya. Digunakan metoda observasi dalam penelitian ini untuk mendapatkan data rancangan block massa dan rancangan ruang dalam bangunan. Penelitian ini akan memperlihatkan kaitan antara tujuan fungsi ruang dalam dan pembentukan fasad. Fasad direncanakan sesuai fungsi ruang dalam hingga material fabrikasi, dalam hal ini panel beton precast didesain khusus sesuai kebutuhan. Hasil penelitian menunjukan adanya kesinambungan antara fungsi ruang dalam dengan penggunaan material fabrikasi, hasil elemen pembentuk fasad serta mengidentifikasi material fabrikasi yang membentuk fasad. Hasil yang didapat pada penelitian ini yaitu fasad bangunan terbentuk karena fungsi ruang dalam. Namun, dari segi penggunaan material fabrikasi tidak menunjang terhadap kebutuhan-kebutuhan interior. Maka, untuk pembangunan yang akan datang diperlukan material-material fabrikasi yang dapat menunjang kebutuhan tersebut. Kata kunci: Fasad bangunan, Material Precast, Hunian Vertikal ABSTRACT The facade is the outermost part of the building that can be enjoyed by the public.The facade is planned according to the needs of space in and shaped by various element including the wall surface, the type and the type of structure, layout arrangement of openings, and the use of ornament. The facade must look attractive so that the material forming these elements play an important role in the formation of the facade. Along with the development of technology to accelerate the development process, the material has been widely applied to the fabrication of high-rise buildings. This paper will present the results of research on Apartment Gateway Ahmad Yani using precast concrete panels as the material elements forming the facade. Observation methods were used in this study to obtain design data and design of blocking masses of space in the building. This study will show the link between the purpose and function and formation of space in the facade. The facade is planned according to the function of the room in the fabrication material, in this case specifically designed precast concrete panels as needed. The results showed continuity of function space with the use of materials in the fabrication, results constituent elements of the facade, as well as identifying the fabrication of materials that make up the facade. The results obtained in this research is the building's facade is formed as a function of space inside. However, in terms of fabrication does not support the use of the material for the needs of the interior. So , for the impending development required fabrication materials that can support those needs. Keywords: flats, open spaces, activities
ADAPTATION OF ARCHITECTURAL STYLE TO PRESERVE CULTURAL HERITAGE BUILDING Case Study: Vihara Dewi Welas Asih-Cirebon soewarno, Nurtati
Journal of Architectural Research and Education Vol 2, No 1 (2020): Journal of Architectural Research and Education
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.177 KB) | DOI: 10.17509/jare.v2i1.24160

Abstract

Abstact – Indonesia is an archipelago that is located between two continents, Asia and Australia, also between two oceans, the Pasific and the Indian ocean. This prospers in the commercial activity. Because of the location, costal cities are more easy to reach, foreigner that drop in have significant impact to these cities, for example Cirebon, a costal city that lies in the north east part of West Jawa. Various foreigners that drop in and also stay in Cirebon could be seen by the heritage, one of them is the Vihara Dewi Welas Asih. The temple as a house of worship for Konghucu religion is easy to be known by the colour and Chinese specific architectural style. The city development pushes to changes, as to the Vihara Dewi Welas Asih, renovation and additional buildings is inevitable. This paper is to study the architectural style applied to the additional buildings surrounding the temple. By observation the architectural style of the new building is recognised, also how the context of the new building compare to the temple. It is expected that the new architectural style will be in harmony with the Vihara Dewi Welas Asih architectural style. It is also expected that intervention by the Local Government in organizing the alteration so the Cultural Heritage area is well maintained, become a tourist destination site giving a positive impact to the continuity of the Cultural Heritage building in Cirebon city. Keywords – architectural style addaptation, Vihara Dewi Welas Asih, Cultural Heritage Building
KAJIAN PERKEMBANGAN TATANAN MASSA BANGUNAN PADA KAMPUNG VERNAKULAR “KAMPUNG MAHMUD” Adriansyah, Pebby; Lestari, Nia Yunia; Herdi, Herdi; Akbara, Emiral; Soewarno, Nurtati
REKA KARSA Vol 2, No 4
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.045 KB) | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i4.604

Abstract

Abstrak Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam suku. Masing-masing suku mempunyai adat budaya yang berbeda, salah satunya tercermin dari bentuk sebuah kampung. Kampung  yang dimaksud dalam makalah ini adalah kampung vernakular, yaitu sebuah kampung yang didirikan berdasarkan keadaan alam, tradisi, memiliki citra arsitektur tradisional dan orientasi massa bangunannya disusun berdasarkan hubungan antara manusia dengan lingkungan dan budaya berdasarkan kemampuan dan kecerdasan masyarakat setempat . Kemajuan teknologi meningkatnya kondisi ekonomi mempunyai peran dalam mendorong terjadinya suatu perubahan, demikian pula yang terjadi pada sebuah kampung vernakular. Dengan metoda kualitatif, penelitian ini akan melihat langsung ke lokasi mengenai perubahan tatanan massa bangunan yang terjadi di kampung Mahmud, sebuah kampung vernakular yang terletak di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung. Dengan mempelajari latar belakang sejarah berdirinya kampung, kemudahan aksesibilitas saat ini cenderung memicu terjadinya perubahan di kampung tersebut. Oleh karenanya diperlukan campur tangan pemerintah dan masyarakat setempat untuk dapat melestarikan keaslian kampung vermakular tersebut. Kata Kunci : Kampung vernakular, orientasi massa bangunan, aksesibilitas. Abstract Indonesia is a country that has a wide variety of parts. Each tribe has a different cultural customs, one of which is reflected in the form of a village. Villages referred to in this paper is the vernacular village, a village that was established based on the state of nature, tradition, traditional architecture has the image and the orientation of the building masses are arranged based on the relationship between humans and the environment and the culture based on ability and intelligence communities. Advances in technology have increased the economic conditions led to a role in the changes, so it is with a village vernacular. With qualitative methods, this study will look directly to the location of the mass of the building structure changes that occurred in the village Mahmud, a vernacular village located in Mekar Rahayu village, Kecamatan Marga Asih, Bandung regency. By studying the historical background of the founding of the village, easy accessibility currently tend to trigger the changes the village. Therefore, government intervention is required and the local community to be able to preserve the authenticity of the vermakular village. Keywords: vernacular village, building mass orientation, accessibility.
Sustainability Pada Bangunan Kolonial Bersejarah Museum Negeri Mulawarman Tenggarong, Kalimantan Timur Hakim, Bhanu Rizfa; Hakim, Yudha Buana; Rosadi, Imam; Firdausy, Ilham; Soewarno, Nurtati
REKA KARSA Vol 2, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1543.854 KB) | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i2.459

Abstract

ABSTRAK Sejalan dengan meningkatnya pembangunan maka meningkat pula luas lahan terbangun. Salah satu solusi untuk meminimalkan luas lahan terbangun adalah dengan memanfaatkan bangunan yang telah ada (reuse). Adaptive reuse kerap diberlakukan pada bangunan bersejarah yang dilestarikan. Bangunan ini telah melalui rentan waktu lebih dari 50 tahun sehingga telah terbukti tahan terhadap berbagai hal, salah satunya adalah terhadap iklim. Dengan pendekatan sustainable building dan grounded research penelitian ini melihat langsung ke lokasi bangunan eks-Kedaton Kutai Kartanegara di kota Tenggarong Kalimantan Timur yang kini telah beralih fungsi menjadi Museum Negeri Mulawarman. Bangunan ini termasuk ke dalam bangunan konservasi yang didirikan pada masa penjajahan Kolonial dengan mengadopsi gaya arsitektur Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis. Penelitian ini akan menguji keberlangsungan bangunan eks Kedaton setelah dialih fungsikan menjadi museum. Selain itu dengan pendekatan greenship penelitian ini juga akan mengkaji kondisi tapaknya. Diperlukan persyaratan khusus untuk benda-benda pamer tertentu sehingga diperlukan campur tangan Pemerintah Daerah untuk mengkaji ulang alih fungsi bangunan tersebut.   Kata kunci: bangunan konservasi, sustainable building, greenship ABSTRACT In line with the increasing development also gives effect to the land use area. There is a one of solution to minimize the land use area is utilize existing buildings (reuse). The concept of adaptive reuse is often imposed on the preserved historic buildings. This building has been through a vulnerable period of more than 50 years that have proven resistant to a variety of things, one of which climate responds. With the approach of adaptive reuse and grounded research, this study aim to the site of the former building Kedaton Tenggarong Kutai in East Kalimantan which now has been converted to Museum Negeri Mulawarman. This building is one of conservation buildings, builded in colonialism that adobted Europe architecture style and adapted to local climate. With sustainable building approach, this research will examine the sustainability of the building after converted into a museum building. In addition to the approach greenship this study will also assess the site conditions of Museum Negeri Mulawarman. Necessary special requirements for certain objects and also the Local Government intervention is required to review the transfer functions of the building. Keywords: building conservation, sustainable building, greenship
PERKEMBANGAN LANGGAM ARSITEKTUR PADA BANGUNAN KONSERVASI Soewarno, Nurtati; Rachmani, Nadiya Nuranisa; Putra, Wildan Widya; Mustika, Mitha Dewi
REKA KARSA Vol 1, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (760.905 KB) | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i1.58

Abstract

ABSTRAKKondisi kota yang terus berkembang menjadi lebih modern memberi pengaruh terhadap langgam arsitektur bangunan. Di kawasan pusat kota yang relatif masih banyak terdapat bangunan lama saat ini banyak ditemukan bangunan baru dengan langgam yang berbeda. Perbedaan tersebut dipicu oleh kemajuan teknologi dan tuntutan kebutuhan yang bukan menjadi masalah besar karena dengan metoda yang tepat hal ini dapat dipecahkan, seperti yang terjadi pada bangunan ex. Hotel Surabaya.Bangunan ex. Hotel Surabaya termasuk salah satu bangunan konservasi golongan A di kawasan pusat kota Bandung yang telah menjadi bagian dari Hotel Carrcadin, sebuah hotel baru bergaya modern, tanpa merubah langgam arsitektur bangunannya. Oleh karenanya sangat menarik untuk mengkaji bagaimana konteks bangunan baru terhadap bangunan lama khususnya dalam penerapan langgam arsitektur bangunannya.
POLA PERGESERAN FUNGSI HUNIAN PADA BANGUNAN RUMAH TOKO kasus: transformasi bangunan di kawasan Pasar Baru-Bandung soewarno, Nurtati
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 2 (2020): Vol. 3 No. 2 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Juni 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i2.25374

Abstract

Abstract: Shop house is one of the building type in the city centre. This type emerged because of the additional trade activity. Both activities, household and trading, harmonically live side by side for a quiet long time. Problems emerged when the tradeing activity became more dominant and demands more space while the lot was limited. This condition tends to drive function and the physical of the building to transform. Nowadays its difficult to recognize the genuine form of a shop house, it has transform into a new shape that don’t reflect the existence of a recidence function. At night, the city centre become quiet and dark, little or no existence of life, complete opposite with the daytime. By observation and typo-morfology approach this research will investigate the transformation on shop houses. Are the shop houses still occupied? Will the building transformation shift or even eliminate the occupancy function of the shop houses? The mass transformation on this area is feared to change the city centre into a busy trade area but no life at nights. The city centre as one of the most expencieve area is only properly to be used maximally both daytime and nightime, so the interference of the Local Government is expected to arrange the rules of changes. Transformation that occour is expected not to change the mixed area function: trade and residence, comfortable and worthy to be used day and night.Keywords: shop house, building transformation, liveable area Abstrak: Rumah-toko adalah salah satu tipe bangunan hunian di kawasan pusat kota. Tipe ini lahir karena adanya tambahan aktifitas berdagang. Ke dua aktifitas ini, berhuni dan berdagang, harmonis berdampingan untuk kurun waktu yang cukup lama. Permasalahan timbul ketika aktifitas berdagang menjadi lebih dominan dan menuntut tambahan ruang sedangkan lahan terbatas. Kondisi ini cenderung mendorong terjadinya transformasi fungsi maupun fisik bangunan. Saat ini rumah-toko lama sudah sulit dikenali bentuk aslinya, telah bertransformasi dan melahirkan bentuk baru yang tidak mencerminkan keberadaan fungsi hunian. Di malam hari kawasan pusat kota menjadi sepi dan gelap, tidak ada kehidupan, hal yang berbeda dengan kondisi sepanjang siang hari. Dengan melakukan observasi dan pendekatan tipo-morfologi studi ini akan meneliti bentuk transformasi pada bangunan rumah-toko. Masihkan rumah-toko dihuni? Apakah transformasi bangunan menggeser atau bahkan menghilangkan fungsi hunian dari bangunan rumah-toko? Maraknya transformasi yang terjadi pada kawasan ini dikhawatirkan akan menghilangkan fungsi hunian pada kawasan perdagangan di pusat kota. Pusat kota sebagai kawasan termahal selayaknya digunakan secara maksimal siang dan malam hari oleh karenanya diperlukan campur tangan Pemerintah Daerah dalam mengatur perubahan. Diharapkan transformasi yang terjadi tidak merubah fungsi kawasan perdagangan sebagai kawasan campuran; hunian dan perdagangan yang nyaman dan layak digunakan sepanjang pagi hingga malam hari. Kata Kunci: rumah-toko, transformasi bangunan, livable area
Aksebilitas dan sirkulasi pada hunian Vertikal Apartemen Braga City Walk Bandung Satriyo Hadi Mulyono; Nanda Yudhi Permana; Riesta Sakinah; Nurtati Soewarno
REKA KARSA Vol 4, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v4i3.1380

Abstract

AKSESIBILITAS DAN SIRKULASI PADA  HUNIAN VERTIKAL APARTEMEN BRAGA CITY WALK BANDUNG   satriyo hadi mulyono, nanda yudhi permana, riesta sakinah, NURTATI SOEWARNO Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional   Email : satriyohadim@gmail.com   Abstrak Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal di kota, tidak selaras dengan tersedianya lahan. Kondisi ini terlihat dari fenomena pembangunan hunian vertikal. Hunian vertikal tersebut umumnya dibangun di kawasan eks kampung kota, yang lebih mudah “dikuasai” seperti yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Melalui pendekatan observasi, penelitian ini mengambil kasus apartemen Braga City Walk. Lokasinya yang hanya dapat dilalui dari sebuah pintu masuk di jalan Braga yang tidak begitu luas, karena lahan yang dimiliki cukup terbatas. Pengaturan arah masuk dan sirkulasi kendaraan tidak ditemukan kendala dalam mencapai unit hunian, meskipun dengan pencapaian tidak langsung. Desain yang kreatif diperlukan dalam mewujudkan suatu perancangan hunian vertikal,sehingga dapat mengatasi masalah pencapaian pada hunian vertikal. Sebagai fenomena tinggal di hunian vertikal dapat teratasi, dan bukan menjadikan hal tersebut permasalahan dalam pencapaian menuju hunian vertikal.Diharapkan permasalahan dalam pencapaian dan sirkulasi tidak menjadi kendala bagi masyarakat, sehingga tinggal di hunian vertikal dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang akan tinggal di pusat kota. Kata kunci: aksesibilitas, hunian vertikal, sirkulasi , Braga City Walk AbstractThe growing need for a place to stay in town, not in tune with the availability of land. This condition is seen from the phenomenon of vertical housing development. The vertical housing generally built in the hometown of the former, which is more easily "controlled" as has happened in several major cities in Indonesia. Through observation approach, this study takes the case of apartments Braga City Walk. Its location only accessible from an entrance on the street Braga is not so wide, because the land is owned quite limited. The setting direction of entry and circulation of vehicles not found obstacles in achieving residential units, although the indirect attainment. Creative design needed in realizing a vertical housing design, so as to overcome the problem of the achievement of the vertical housing. As the phenomenon of living in the vertical housing can be resolved, and not make it a problem in reaching toward vertikal.Diharapkan occupancy and circulation problems in achievement is not an obstacle for the community, so it stayed in vertical housing can be a solution for people who will be staying in the city center. Keywords: accessibility, vertical housing, circulation,Braga City Walk.
KAJIAN PERKEMBANGAN TATANAN MASSA BANGUNAN PADA KAMPUNG VERNAKULAR “KAMPUNG MAHMUD” Pebby Adriansyah; Nia Yunia Lestari; Herdi Herdi; Emiral Akbara; Nurtati Soewarno
REKA KARSA Vol 2, No 4
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i4.604

Abstract

Abstrak Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam suku. Masing-masing suku mempunyai adat budaya yang berbeda, salah satunya tercermin dari bentuk sebuah kampung. Kampung  yang dimaksud dalam makalah ini adalah kampung vernakular, yaitu sebuah kampung yang didirikan berdasarkan keadaan alam, tradisi, memiliki citra arsitektur tradisional dan orientasi massa bangunannya disusun berdasarkan hubungan antara manusia dengan lingkungan dan budaya berdasarkan kemampuan dan kecerdasan masyarakat setempat . Kemajuan teknologi meningkatnya kondisi ekonomi mempunyai peran dalam mendorong terjadinya suatu perubahan, demikian pula yang terjadi pada sebuah kampung vernakular. Dengan metoda kualitatif, penelitian ini akan melihat langsung ke lokasi mengenai perubahan tatanan massa bangunan yang terjadi di kampung Mahmud, sebuah kampung vernakular yang terletak di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung. Dengan mempelajari latar belakang sejarah berdirinya kampung, kemudahan aksesibilitas saat ini cenderung memicu terjadinya perubahan di kampung tersebut. Oleh karenanya diperlukan campur tangan pemerintah dan masyarakat setempat untuk dapat melestarikan keaslian kampung vermakular tersebut. Kata Kunci : Kampung vernakular, orientasi massa bangunan, aksesibilitas. Abstract Indonesia is a country that has a wide variety of parts. Each tribe has a different cultural customs, one of which is reflected in the form of a village. Villages referred to in this paper is the vernacular village, a village that was established based on the state of nature, tradition, traditional architecture has the image and the orientation of the building masses are arranged based on the relationship between humans and the environment and the culture based on ability and intelligence communities. Advances in technology have increased the economic conditions led to a role in the changes, so it is with a village vernacular. With qualitative methods, this study will look directly to the location of the mass of the building structure changes that occurred in the village Mahmud, a vernacular village located in Mekar Rahayu village, Kecamatan Marga Asih, Bandung regency. By studying the historical background of the founding of the village, easy accessibility currently tend to trigger the changes the village. Therefore, government intervention is required and the local community to be able to preserve the authenticity of the vermakular village. Keywords: vernacular village, building mass orientation, accessibility.