Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

MODERNISASI PENDIDIKAN PESANTREN Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 6, No 1 (2011)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Sebagai lembaga pendidikan tertua dan asli Indonesia, pesantren menampilkan suatu sistem pendidikan tradisional. Namun, sejalan dengan perkembangan zaman, sebagian besar pesantren mengadakan berbagai perbaikan dan pembenahan sebagai upaya modernisasi pendidikan yang diselenggarakannya. Modernisasi pendidikan pesantren, diyakini sebagai suatu upaya pesantren untuk tetap bertahan dan eksis di tengah pergu­mulannya dengan lembaga pendidikan modern yang menawarkan sistem pendidikan sekuler melalui sistem pendidikan sekolah. Modernisasi pesantren dilakukan sebagai respon terhadap penjajah Belanda yang memperkenalkan sistem pendidikan modern. Modernisasi pesantren dilakukan dengan mengem­bangkan kurikulum pesantren dengan memasukkan mata pelajaran umum, yang selanjutnya berimplikasi terhadap diversi­fikasi lembaga pendidikan pesantren, sistem penjenjangan, kepemimpinan dan manajemen pendidikan pesantren.
TAZKIYAH AL-NAFS SEBAGAI RUH REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 4, No 1 (2009)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Islamic education ia a mean of value transmission and islamic doctrines to the students in order to understand, inter­nali­ze, and practice the islamic doctrines precisely. Meanwhile, the core of islamic doctrines is to implant good morals. And this the prophetic mission of Muhammad SAW, prefecting morals of humans. Inserting good morals as the soul of developing the planning, actuating, and evaluating islamic education. These efforts are very crucial to avoid misleading orientation of islamic education as mastering knowledge only (Islamology) without understanding, penetrating, and actuating in daily life. The ef­forts to reconstruct islamic educaton as exsplain above can be car­ried out by formulating instructional goals, designing curri­cu­lum, and implementing Islam by referring to pervading good morals (akhlak) through tazkiyah al-nafs.
PENDIDIKAN ISLAM KLASIK (Telaah Sosio-Historis Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Masa Awal Sampai Masa Pertengahan) Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 3, No 2 (2008)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Pendidikan Islam secara historis dimulai pada zaman Rasulullah SAW. dalam bentuk  membimbing dan mendidik para sahabatnya dengan ajaran Islam yang  merupakan penjelasan dari ayat-ayat al-Qur’an yang beliau terima dari Allah melalui Jibril. Pada masa itu, pendidikan Islam berkisar aktivitas baca tulis al-Qur’an beserta makna yang dikandungnya. Pasca wafatnya, pendidikan dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’în, dengan pengembangan yang cukup signifikan, dengan ditambahnya materi pendidikan Islam—sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat muslim saat itu. Pada masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, pendidikan Islam berkembang pesat baik materi, metode, dan tempat-tempat pendidikan sebagai imbas semakin berkembangnya komunitas muslim menjadi komunitas kosmopolit yang ditandai dengan maju pesatnya berbagai cabang ilmu pengetahuan.
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 3, No 1 (2008)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Islamisasi ilmu pengetahuan sejak kelahirannya mengundang para ahli untuk memperbincangkannya. Kalangan cendekiawan Muslim yang berpendapat penting­nya ilmu pengtahuan meyakini bahwa ilmu pengetahuan sangat urgen untuk diislamkan, mengingat ilmu penge­tahuan—dalam pandangan mereka—telah teracuni nilai-nilai ideologi dan filosofi Barat yang banyak bertentangan dengan ajaran Islam. Adalah al-Faruqi dan al-Attas—dua tokoh sentral—ide islamisasi ilmu pengetahuan yang secara getol mempropagandakan ide itu dengan tujuan mengem­balikan ilmu pengetahuan yang dinilai telah keluar dari kerangka aksiologisnya. Dalam pikiran mereka, ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini bukan lagi untuk kemanfaatan  manusia tapi telah mengarah kepada kerusa­kan dan kehancuran umat manusia.
FITRAH; KONSEP DAN PENGEMBANGANNYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 2, No 2 (2007)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah mem­bentuk manusia paripurna melalui pembiasaan, penanaman, pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Tujuan  pendidikan Islam sebagaimana diatas dapat diwujudkan dengan upaya mengarahkan, membimbing anak didik dan--yang  lebih penting dari itu--menumbuhkembangkan potensi-potensi alami­ah yang diterima anak sejak ia dilahirkan. Potensi-potensi itulah yang dikenal--dalam   pendidikan Islam--sebagai fitrah. Fitrah dengan berbagai derivasinya dikembangakan melalui proses pembelajaran dalam pendidikan Islam dengan menekan­kan keseimbangan antara fitrah lahiriyah dan fitrah bâthiniyah.
PENGEMBANGAN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS RANAH AFEKTIF Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 2, No 1 (2007)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah proses penga­li­h­an (transfer) pengetahuan, pemahaman, nilai-nilai  dan peng­amalan ajaran Islam secara terencana, sistemik, dan berkelanju­tan. Dengan kata lain, PAI adalah upaya menumbuhkembangkan fitrah anak didik yang dibawa sejak lahir menjadi sebuah kemampuan dan kekuatan yang dapat melahirkan kompetensi yang profesional. Fitrah di satu sisi dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan (potensi) untuk mengetahui, memahami dan menga­mal­kan ajaran Islam baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi. Untuk menumbuh­kembang­kan fitrah ini, maka PAI harus dapat mengarahkan dan membimbing anak didik sesuai dengan ajaran Islam. Satu hal yang sangat urgen dalam pelaksanaan PAI adalah harus berdasarkan kepada penanaman moral Islam dengan menitik­beratkan kepada penanam­an dan pembiasaan moral action dalam kehidupan anak didik. Ini didasar­kan pada asumsi bahwa intisari ajaran Islam adalah pengamalan dan praktek akhlaq al-karîmah.
BELAJAR DAN MENGAJAR DALAM PANDANGAN AL-GHAZÂLÎ Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:  Al-Ghazâlî merupakan tokoh pemikir Islam yang banyak memberikan karya monumental dalam berbagai kajian keislaman. Beliau dikenal luas sebagai seornag tokoh sufi, oleh karenanya tidak heran jika pemikirannya banyak diilhami oleh nilai-nilai tasawwuf, termasuk hasil pemikirannya dalam bidang pendidikan. Dalam hal belajar dan mengajar misalnya, al-Ghazâlî terinspirasi dengan pola kehidupan sufi, yaitu bagaimana seorang anak didik dan pendidik melaksanakan aktivitas belajar mengajarnya berdasarkan perspektif ajaran Islam. Sebagai titik tolak dari kedua aktivitas itu al-Ghazâlî menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar itu harus diniatkan sebagai aktivitas ibadah kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS KESETARAAN GENDER Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 1, No 1 (2006)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Dalam realitas aktual kehidupan masyarakat Muslim telah terjadi proses ketimpangan dalam relasi gender yang betul-betul berlawanan dengan semangat fitri Islam yang sangat menjunjung tinggi dan mendambakan kesetaraan gender, kesetaraan laki-laki dan perempuan. Ketimpangan dimaksud  seringkali dijustifikasi oleh tafsir ajaran agama, sehingga untuk mengubahnya, sangat diperlukan kemauan secara kultural dan struktural dalam mengubah paradigma pendidikan agama Islam  menuju equalitas gender. Tulisan ini berusaha mendeskripsikan pendidikan agama berbasis kesetaraan gender  dengan mengemukakan beberapa model strategi dalam aplikasinya.
PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF SYEIKH MUSTHAFA AL-GHALAYAINI DALAM KITAB ‘IZHAH AL-NÂSYI’ÎN Solichin, Mohammad Muchlis; Mahfudzah, Siti Athiyatul
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 7, No 1 (2012)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manusia sebagai makhluk yang berakal, dituntut untukmemiliki akhlak yang baik. Untuk itu manusia harus mengupayakanpembentukan dan pembinaan akhlak agar dapat menghiasi dirinyadan menaikkan derajatnya. Dalam penanaman dan pembinaanakhlak, para ulama memberikan ajaran yang sangat berharga, yangitu didasarkan pada ajaran al-Qur’an dan al- Hadith, yang secaragaris besar menginginkan terbinanya akhlak yang mulia bagi setiapmuslim. Syeikh Musthafa al Ghalayaini melalui kitab ‘Izhah al-Nâsyiînmemberikan penekanan pada pembinaan akhlak dengan terbentuknyaakhlak yang mulia seperti kemajuan, keikhlasan, kesabaran,harapan, keberanian, dapat dipercaya, kesederhanaan, kedermawanan,dan kemauan. Di samping itu juga ditekankan pentingnyaseseorang menghindar diri dari akhlak tercela, seperti kemunafikan,putus asa, tertipu dengan perasaan sendiri , kemewahan, ambisi danlain-lain.
ETIKA PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PERSPEKTIF KH. HASYIM ASY’ARI (Telaah Kitab Adâb al-‘Alim wa al-Muta’allim) Sulhan, Sulhan; Solichin, Mohammad Muchlis
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam perspektif Islam, pendidikan dipahami sebagai upaya pendidik untuk menjadikan peserta didik memilki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam di atas, peserta didik dituntut memiliki etika, sebagai wahana dalam memperoleh pengetahuan, yang bermanfaat dalam menjalani kehidupannya. Berkaitan dengan etika peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan kemampuan, KH. Muhammad Hasyim Asy’ari memberikan berbagai anjuran dan nasihat sebagai bekal bagai peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar. Dalam tulisan ini, etika diposisikan sebagai akhlak dalam Islam.