Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

RITUAL PROSES KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL BUGIS DI SULAWESI SELATAN Syarif, Syarif; Yudono, Ananto; Harisah, Afifah; Sir, Moh Muhsen
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2147.043 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.21

Abstract

Negara Indonesia sebagai negara agraris melahirkan keberagaman dan keseragaman budaya yang bersumber dari peradaban masyarakatnya. Fenomena ini menarik karena setiap etnik memiliki karakteristik tersendiri, termasuk perumahan dan pemukimannya yang dibangun secara gotong-royong dengan menggunakan bahanbahan lokal setempat. Peneliti akan mengamati proses konstruksi rumah tradisional Bugis berbasis ritual. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan dan mengenali proses rekonstruksi dan tata ritual sewaktu membangun atau mendirikan rumah tradisional Bugis. Penelitian ini dilaksanakan secara eksploratif dan bersifat deskriptif, yaitu menarasikan prosesi mendirikan bangunan yang syarat ritual dengan tahapan-tahapan konstruksi yang konvensional dan nalar cerdas yang dijiwai oleh nilai-nilai kearifan lokal. Sampel dipilih secara insidental, panrita bola dan panre bola adalah narasumber. Eksplorasi ini menggambarkan bahwa setiap tahapan konstruksi disertai tata ritual, yang bermakna sebagai pengharapan hidup yang berkecukupan, bahagia dan sehat bersama keluarga, dan terhindar dari bencana atau malapetaka yang mungkin terjadi.
The Effectiveness of Petobo Temporary Shelter Asiana Rahmawati; Mohammad Mochsen; Abdul Mufti Radja
EPI International Journal of Engineering Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Number 1, February 2020
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Engineering Faculty, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/epi-ije.022020.08

Abstract

Temporary shelter (huntara) is one of the government's solutions in undertaking victims after a disaster. Shelter of Petobo is one of the temporary shelters built by the government in the aftermath of the disaster in Palu City in September 28th, 2018. Petobo shelter was built in October and occupied in December. This shelter has a capacity of 70 units. 1 unit of the shelter is measured 26.4m x 12m, it consists of 12 rooms, 4 bathrooms, 4 toilets, a laundry room, and a shared kitchen. The shelter consists of 840 room cubicles with room sizes of 3.6m x 4.8m. After being occupied, some residents said that the shelter they lived in was very small, with family members of more than 3 people, the space for occupants was very limited so that some residents made changes to their residential units. This study evaluates Petobo shelter with BNPB and UNHCR Standards, and examines occupant perceptions about the effectiveness of Petobo shelter in terms of physical building requirements which consist of safety, health, comfort, and convenience. This research was conducted in Palu City, Central Sulawesi. The type of this research is evaluation, using survey methods to measure the value of several variables. The data obtained were analyzed using descriptive statistical techniques. The results of this study indicate that the Petobo shelter is in accordance with BNPB and UNHCR standards, but according to the occupants' perception it is less effective in terms of the physical requirements of the building, which consists of safety, health, comfort, and convenience as a post-disaster refugee residence.
MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA Mohammad Mochsen Sir; Shirly Wunas; Herman Parung; Jhon Patandu
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2015): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 6 2015
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Firmitas (ketahanan atau ketangguhan) adalah salah satu unsur dalam arsitektur yang membahas peranan struktur dan konstruksi. Penelitian unsur firmitas dalam arsitektur dapat dilakukan melalui kajian tektonika berdasar sistem struktur dan konstruksi. Terminologi tektonika lebih ke arah estetika yang timbul dari sebuah sistem struktur konstruksi dan teknik menyusun/penggabungan, yaitu ekspresi dari bentuk. Tektonika arsitektur tongkonan Toraja memiliki keunikan dan makna simbolis. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model tektonika arsitektur tongkonan Toraja yang mempresentasikan tektonika sebagai struktur, konstruksi dan simbol dengan fokus pada kajian terhadap proses penyusunan dan penggabungan bagian tongkonan sehingga membentuk sebuah bangun tongkonan yang utuh. Metode pembahasan dilakukan dengan penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif (mixed methods), dimana dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif sebagai acuan dan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif sebagai teknik dalam analisis. Hasil temuan memperlihatkan bahwa arsitektur tongkonan Toraja mempunyai model tektonika yang spesifik sebagai hasil dari penyusunan dan penggabungan bagian tongkonan (sallu banua, kalle banua dan rattiang banua) pada sistem struktur, konstruksi dan tektonika. Kata kunci: Model tektonika, penyusunan dan penggabungan, sallu banua, kalle banua dan rattiang banua
PERUMAHAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WALANNAE YANG ADAPTIF DENGAN LINGKUNGAN KEBENCANAAN Syarif Beddu; Ananto Yudono; Afifah Harisah; Mochsen Sir
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v6i1.2676

Abstract

Perumahan dan permukiman yang telah dibangun dan dihuni oleh masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, mencitrakan kesan kesederhanaan dan tampilan arsitektur rakyat. Bermukim dan bekerja adalah aktivitas yang dilakukan setiap hari untuk  menghidupi keluarga mereka.Terkadang areal perumahan dan pemukimannya dibangun pada lahan yang tidak selayaknya ia membangun, sehingga ancaman bencana alam selalu saja mengintai. Hal ini terjadi pada masyarakat Desa Lompulle Kabupaten Soppeng, yang mendirikan rumah panggung kayu sepanjang bantaran Sungai Walannae, dan juga masyarakat Kelurahan Salomenraleng Kabupaten Wajo,Sulawesi Selatan, yang mendirikan rumah panggung kayu pada pinggiran Sungai Walannae. Adapun tujuan penelitian ini adalah mencari solusi cara menyikapi banjir tergenang, berupa mitigasi bencana struktural, dengan cara rekayasa pada teknis bangunan. Kemampuan merancang bangunan yang secara teknis-teknologis mampu mengatasi kondisi alam  dan suasana air menggenang. Metode penelitian secara fenomenologis dianggap sesuai, karena lebih banyak mengamati fenomena alam dan dampaknya terhadap infrastruktur serta permukiman mereka.Hasil yang didapatkan adalah masyarakat pada Desa Lompulle dan Kelurahan Salomenraleng, cukup tanggap dan taktis menyikapi genangan banjir akibat meluapnya Sungai Walannae. Yaitu bangunan panggung kayu mereka didesain kembali (redesain) berdasarkan nalar cerdasnya menjadi bangunan yang berlanggam “neovernakular”. Berupa bangunan berpanggung dengan material non kayu (menggunakan beton bertulang), namun penampilan arsitekturalnya tetap mencerminkan bangunan berpanggung. Cara ini cukup signifikan diaplikasikan pada lahan yang selalu lembab dan berair, karena bagian konstruksi utama (kolom dan balok) berbahan beton sehingga adaptatif terhadap lingkungan kebencanaan. Kolom ditanam ke dalam tanah dengan pondasi telapak (pondasi poer), yang mampu menahan beban rumah dan beban arus air yang tergenang.
Kajian Revitalisasi Kawasan Benteng Somba Opu Sebagai Kawasan Bersejarah Margareta Maria Sudarwani; Sri Pare Eni; Mohammad Mochsen Sir
ARSITEKTURA Vol 18, No 2 (2020): Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan
Publisher : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/arst.v18i2.42223

Abstract

Among a number fortress of Gowa, the largest and strongest is the Somba Opu Fortress. Somba Opu Fortress is the main fortress of the Kingdom of Gowa, the King of Gowa’s resident. The uniqueness of the fortress is that it is made of clay and egg whites instead of cement, so tourists are interested in visiting it. The purpose of this research is to contribute the concept of knowledge relating to a study of revitalization of Somba Opu Fortress. In this study the method used is a naturalistic qualitative research with an inductive strategy. Revitalization is a development activity that is aimed to grow back important values of Cultural Heritage with function adjustment new space that is not contrary to principle preservation and cultural value of the community. Zoning system as revitalization methode of Somba Opu Fortress is still being explored by government of Sulawesi Selatan Province.  From the research it can be concluded that the Somba Opu Fortress is rectangular. The shape and size of the fortress is the most appropriate condition with the geomorphological conditions at that time. The area of Somba Opu Fortress as a historical district needs to be considered and well maintained by related stakehorders. One of the maintenance efforts that can be done is revitalization to restore the area make it more attractive and more useful than before. The fortress of Somba Opu has become historical area, so it should be protected, preserved and maintained so that the cultural meaning contained in it still remains.
KAJIAN MAKNA SISTEM STRUKTUR PADA RUMAH LAMIN Faizal Baharuddin; Mohammad Mochsen Sir; Abdul Mufti Radja
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 5 No. 2 (2019): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v5i2.85

Abstract

Title: Meaning Studies of Structural System in Lamin Houses This article aims to reveal the structural system and meaning of the Lamin house structure, a form of local wisdom of traditional architecture. The object of study is the Lamin house in Pampang Village, Samarinda City. The house still refers to traditional architectural principles such as human symbols or analogies such as the head, body, and legs. The research method is descriptive qualitative and based on an interpretive approach using interview techniques to the structural system that contains meaning. The results of the research are the Lamin house structure system consisting of a lower structure (sukaq), an upper structure (sulo), and a roof structure (sapau). The meaning contained in each of these structural elements illustrates that in the sukaq structure there is the power of natural and environmental support for humans, the sulo structure demonstrates the creation of a close kinship between humans, and the construction of sapau gives meaning to the existence of human relations with the supernatural. Local wisdom contained in traditional architecture is expected to be able to contribute to the enrichment of the world architectural knowledge.
Pengenalan Arsitektur melalui Proses Pembelajaran Anak di Sekolah Pemulung Andi Karina Deapati; Mohammad Mochsen Sir; Ria Wikantari; Abdul Mufti Radja; Syahriana Syam; Afifah Harisah
JURNAL TEPAT : Teknologi Terapan untuk Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 2 (2021): Community Empowerment through Health Awareness in the New Normal
Publisher : Faculty of Engineering UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jurnal_tepat.v4i2.205

Abstract

When children learn about architecture, they can build things with their own hands, feel the satisfaction of being a problem solver and creating something great. Collaborating with school teachers, we can encourage visual literacy and explain math, science, social, visual arts and even English concepts to children through various methods to evaluate their learning performance. This introduction to architecture for children took place at the Sekolah Impian, which is a school for children whose parents, on average, work as garbage scavengers in Makassar. The method used is to be directly involved in the learning process, using a combination of contextual and cooperative learning models. Through the introduction of architecture in this lesson, almost all children seemed very enthusiastic in learning because it was filled with activities they enjoyed, such as drawing, coloring, telling stories, and making models. The results of this activity are expected to make architecture a fun and useful active learning medium for school teachers, and to provide a pleasant picture of the architects’ life and/or architecture students so that children are motivated to achieve a better education and life in their future.
Pengaruh Lantamal VI Terhadap Morfologi Permukiman Tabaringan Makassar Andi Nur Musbawati; A Harisah; Mohammad Mochsen Sir
SEIKO : Journal of Management & Business Vol 5, No 1 (2022): January - Juny
Publisher : Program Pascasarjana STIE Amkop Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37531/sejaman.v5i1.1659

Abstract

Lantamal VI Makassar sebagai salah satu Pangkalan Angkatan Laut yang terletak di Makassar Sulawesi Selatan memegang peranan penting dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pengembangan morfologi permukiman di sekitar Lantamal VI Makassar. Sampel penelitian yang dipilih adalah Lantamal VI Makassar yang keberadaannya bersinggungan langsung dengan tiga kelurahan yaitu kelurahan Tamalabba, kelurahan Tabaringan, dan kelurahan Totaka. Paradigma penelitian menggunakan rasionalistik kualitatif. Metode penelitian yaitu dengan melaksanakan survei lapangan dan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam ke tokoh masyarakat, observasi dengan melaksanakan dokumentasi di lapangan, pengambilan data berupa peta di Kantor BPN, BPS, Museum Kota, Dinas Fasilitas Pangkalan, Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan yang mendasar atau fenomenal pada penelitian ini terjadinya perubahan tata guna lahan pada Lantamal VI dan sekitarnya antara tahun 1990-2000 ketika masih kondisi permukiman belum ada perubahan, kemudian mulai penggusuran penduduk dengan tujuan untuk menyiapkan lahan pembangunan jalan tol dan juga terjadinya pemekaran pada permukiman Tamalabba, Tabaringan dan Totaka. Kata Kunci: Pengaruh, Lantamal VI, Morfologi Permukiman Abstract important in maintaining the sovereignty of the Unitary State of the Republic of Indonesia and the development of the morphology of the settlements around Lantamal VI Makassar. The research sample chosen was Lantamal VI Makassar, whose existence is in direct contact with three urban villages, namely Tamalabba Village, Tabaringan Village, and Totaka Village. The research paradigm uses qualitative rationalism. The research method is by conducting field surveys and data collection techniques with in-depth interviews with community leaders, observing by carrying out documentation in the field, collecting data in the form of maps at the BPN Office, BPS, City Museum, Base Facilities Service, District Office and Village Office. The results showed that the fundamental or phenomenal change in this study was a change in land use in Lantamal VI and its surroundings between 1990-2000 when there was no change in the settlement conditions, then began evictions of residents with the aim of preparing land for toll road construction and also the occurrence of the expansion of the Tamalabba, Tabaringan and Totaka . settlements. Keywords: Influence, Lantamal VI, Settlement Morphology.
Studi Latar Perilaku di Ruang Administrasi Departemen Arsitektur, Universitas Hasanuddin Rahmi Amin Ishak; Ria Wikantari; Afifah Harisah; Abd. Mufti Radja; Moh. Mochsen Sir; Yusaumi Fitri Ramadhanti
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 10 No. 1 (2021): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1174.475 KB) | DOI: 10.32315/jlbi.v10i01.13

Abstract

Ruang Administrasi Departemen Arsitektur Universitas Hasanuddin (Unhas) merupakan bagian dari fungsi ruang di Gedung Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa yang memiliki intensitas aktivitas cukup tinggi. Sebagai fungsi administrasi, akademik, dan penunjang, ruang ini menjadi titik simpul pertemuan antara staf pegawai, dosen, dan mahasiswa. Terjadi pergeseran sifat ruang administrasi yang formal menjadi informal dengan adanya kegiatan lain. Studi ini bertujuan mengidentifikasi latar perilaku (behavior setting) pemanfaatan ruang kerja Departemen Arsitektur Unhas, dengan mengamati objek penelitian dan menjelaskan atau menggambarkan latar fisik ruang, dan latar perilaku pengguna ruang, serta menganalisis unsur-unsur atribut yang terjadi dalam ruang. Penelitian ini bersifat eksploratif-deskriptif, menggunakan teknik pengamatan pemetaan perilaku (behavior mapping) yang menekankan pada perilaku pengguna dalam suatu waktu di tempat tertentu (place-centered mapping), physical trace, dan time budget. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan latar fisik ruang mempengaruhi perilaku pengguna dan membentuk pola perilaku dan konfigurasi peta mental yang cenderung terjadi berulang. Ruang kerja dan ruang tunggu cenderung fleksibel dan adaptabel, terdapat teritori pada area ruang kerja. Di ruang kerja tampak penggunaan ruang dalam satu latar mengalami proses identifikasi perilaku, namun identifikasi tersebut cenderung tidak berpengaruh pada latar ruang. The Administration Room of Architecture Department, Hasanuddin University (Unhas) is part of the function room in the Engineering Faculty Architecture Building, Hasanuddin University, Gowa, which has a high intensity of activity. As an administrative, academic and support function, this room becomes a meeting point between staff, lecturers, and students. There has been a change like formal administrative space to be informal with other activities. This study aims to identify the behavior settings of the workspace of the Architecture Department, by observing research objects, describing the physical setting of space and the behavior setting of space users, and analyzing elements of the attributes that occur in space. This research is explorative-descriptive, using behavior mapping observation techniques that emphasize user behavior at a particular time (place-centered mapping), physical trace, and time budget. The results showed that the tendency of a physical arrangement of space affects user behavior and forms behavioral patterns and mental map configurations that tend to repeat themselves. Workspaces and waiting rooms tend to be flexible and adaptable, there are areas in the workspace area. In the workspace, it appears that the use of space in one setting undergoes a process of identifying behavior, but such identification tends not to affect the spatial arrangement.
Peningkatan Kualitas Rumah Tinggal, Sarana, dan Prasarana Permukiman Tepi Air Cikoang Berbasis Kebutuhan dan Partisipasi Masyarakat Afifah - Harisah; Ria Wikantari; Syarif Beddu; Mohammad Mochsen Sir; Yahya Siradjuddin; Nasruddin Nasruddin; Nurmaida Amri; Imriyanti Imriyanti; Taufik Ishak; Yusaumi FRT
JURNAL TEPAT : Teknologi Terapan untuk Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 1 (2021): Kesadaran Sosial dalam Memperkuat Kehidupan Masyarakat dalam Era Pandemi
Publisher : Faculty of Engineering UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jurnal_tepat.v4i1.168

Abstract

Quality houses, facilities and infrastructure are basic needs. To achieve this, it is necessary to formulate a program that is directed, simple, inexpensive, and easy to implement. The results of the visit to the location before the socialization showed that the waterfront settlements of Cikoang in Mangarabombang District, Takalar Regency, South Sulawesi had environmental problems such as lack of greening, non-existent used water drainage, and a lot of garbage scattered, but on the other hand it has a beautiful panorama to be a tourist spot. The purpose of this community service activity is to increase public awareness of the importance of improving the quality of the physical environment such as houses, facilities and settlement infrastructure based on community participation through principle of mutual cooperation and suitable for their needs. The method of implementing community service activities is by means of program socialization in the form of strategies formulated by the community service team of the Faculty of Engineering, Department of Architecture, Hasanuddin University to be shown to the officials and village community. Through the socialization with the banner presentation, it is hoped that there will be a change in the way of thinking from dependence on the government for environmental improvement to the sharing of the burden because of the participation of the community itself, both individually and in groups. This is important to make joint progress in improving the quality of houses, facilities and settlement infrastructure in these locations.