Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Dinamika Maslahat dalam Kewarisan Islam Raja Ritonga; Andri Muda; Jannus Tambunan; Akhyar Akhyar
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol 8 No 1 (2022): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1040.367 KB) | DOI: 10.35326/pencerah.v8i1.1888

Abstract

Masalah waris sangat urgen dalam ajaran islam, sebab di antara tujuan kewarisan islam adalah memberikan hak-hak para ahli waris sesuai dengan porsinya. Karena itu peralihan hak dari pewaris kepada ahli waris menjadi pembahasan yang sangat serius. Sebagian rumus baku dalam kewarisan islam dapat berubah sesuai dengan konteks yang ada. Kajian ini akan menguraikan dinamisasi maslahat kewarisan dalam ajaran islam, sedangkan metode yang digunakan adalah studi kepustakaan. Dalam pengumpulan data-datanya dilakukan melalui sejumlah penelusuran pada kitab-kitab dan karya ilmiah lainnya yang relevan dengan tema penelitian. Kemudian seluruh data-data dianalisis dalam bentuk deskriptif. Adapun hasil temuan dalam kajian ini adalah bahwa proses kewarisan dalam islam banyak dipengaruhi sejumlah tujuan syariat islam dan lebih didominasi oleh pertimbangan dhoruriyah ketimbang tahsiniyah dan hajiyah. Sehingga nilai-nilai kewarisan yang diterapkan akan berdampak kepada asfek hifzu an-nafs, hifzu al-mal dan hifzu al-‘ird wa an-nasal.
Development of Sharia Based Local Wisdom Business at Society of Mandailing Natal Asrul Hamid; Khairul Bahri Nasution; Resi Atna Sari Siregar; Jannus Tambunan
LAA MAISYIR: Jurnal Ekonomi Islam Vol 9 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/lamaisyir.v9i1.29413

Abstract

Integration of Islam with local wisdom in business development in Mandailing Natal Regency as an effort to improve the economy and welfare by rejecting the concept of exploitation and discrimination but prioritizing the value of benefit in the midst of the proliferation of franchised businesses. This study aims to analyze the development of sharia-based local wisdom business in Mandailing Natal Regency. This research method uses a qualitative descriptive approach. Sources of data are described from the results of observations, interviews, and documents as well as relevant references to understand socio-cultural both in attitudes, motivations and people's expectations related to business development by analyzing data using qualitative methods. The results show that business development by integrating Islamic values ​​with local wisdom of Mandailing Natal referring to the philosophy of Dalihan Na Tolu, Marsialap ari Marsalapari and Poda Na Lima, is a strategic step in developing a business so that it can compete with franchise businesses, in line with the adage “Hombardo adat dohot worship as a way of life. Steps that need to be developed are regulations, new innovations and management and marketing strategies that are tailored to the needs of the community and market and according to sharia principles as an effort to realize a balance of welfare and happiness in this world and the hereafter.
Peran Kearifan Lokal Dalam Pengembangan Bisnis Syariah di Kota Padang Sidimpuan Jannus Tambunan; Resi Atna Sari Siregar; Khairul Bahri Nasution; Asrul Hamid
Iqtishodiyah : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol 8 No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/iqtishodiyah.v8i2.827

Abstract

Kearifan lokal adalah kebijaksanaan setempat atau kearifan setempat atau dapat juga dimaknai sebagai ide-ide setempat yang bersifat bijaksana, bermuatan nilai yang baik, penuh kebijaksanaan, yang diikuti dan tertanam dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran kearifan lokal Kota Padang Sidimpuan terhadap Pengembangan Bisnis Syariah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada pelaku usaha, masyarakat, tokoh adat dan pemerintah, data tersebut kemudian dianalisis dan menghasilkan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa Kearifan lokal Kota padang sidimpuan sangat berperan dalam mengembangkan bisnis syariah yang sesuai tuntunan agama islam, dimana pelaku usaha dan konsumen saling menjaga, saling menghormati, saling menghargai, saling peduli, saling tolong menolong ini tercermin dari melekatnya nilai adat budaya dalam diri masyarakat. Kearifan lokal ini tidak berfokus pada pencantuman kata “syariah” yang melekat pada merek dagang atau merek usaha, akan tetapi lebih kepada muatan kegiatan/aktivitas bisnis yang bernilai syariah, ramah tamah, tutur kata yang sopan dan santun, jujur, ketertiban dan keamanan kegiatan ekonomi.
Peran Kearifan Lokal Dalam Pengembangan Bisnis Syariah di Kota Padang Sidimpuan Jannus Tambunan; Resi Atna Sari Siregar; Khairul Bahri Nasution; Asrul Hamid
Iqtishodiyah : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol 8 No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/iqtishodiyah.v8i2.827

Abstract

Kearifan lokal adalah kebijaksanaan setempat atau kearifan setempat atau dapat juga dimaknai sebagai ide-ide setempat yang bersifat bijaksana, bermuatan nilai yang baik, penuh kebijaksanaan, yang diikuti dan tertanam dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran kearifan lokal Kota Padang Sidimpuan terhadap Pengembangan Bisnis Syariah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada pelaku usaha, masyarakat, tokoh adat dan pemerintah, data tersebut kemudian dianalisis dan menghasilkan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa Kearifan lokal Kota padang sidimpuan sangat berperan dalam mengembangkan bisnis syariah yang sesuai tuntunan agama islam, dimana pelaku usaha dan konsumen saling menjaga, saling menghormati, saling menghargai, saling peduli, saling tolong menolong ini tercermin dari melekatnya nilai adat budaya dalam diri masyarakat. Kearifan lokal ini tidak berfokus pada pencantuman kata “syariah” yang melekat pada merek dagang atau merek usaha, akan tetapi lebih kepada muatan kegiatan/aktivitas bisnis yang bernilai syariah, ramah tamah, tutur kata yang sopan dan santun, jujur, ketertiban dan keamanan kegiatan ekonomi.
Maqashid Sharia Analysis of Community Perceptions in Determining Zakat Fitrah Recipients Jannus Tambunan; Imam Muhardinata
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah Vol. 17 No. 2 (2023): Desember (2023)
Publisher : STAI Serdang Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51672/alfikru.v17i2.271

Abstract

In order for the distribution of zakat to be done correctly and fairly, it should be paid through an official amil zakat appointed by the government or from the community (private institutions). This research aims at two things, namely: (a) the perception and practice of the community in determining zakat recipients and (b) maqashid sharia analysis of community perceptions in determining zakat recipients. This research uses descriptive-analytical approach by describing, describing the practice of paying zakat fitrah to orphans, Quranic teachers and widows analyzed from Maqashid Sharia. Research data: First, field data through observation, interviews, documentation studies. Second, literature data by reviewing various literatures to collect and analyze data. In general, the community pays their zakat to Quranic teachers, orphans, and widows because of the factor of not being trustworthy in the amil zakat management, displeasure with the amil zakat management and orphans, Quranic teachers and widows have a burden of family needs and their economic conditions are difficult. This is in accordance with Maqashid Sharia at the level of hajiyyah (needs that must be met) because some are included in the category of the poor who are entitled to receive zakat.