Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Evaluasi Kemampuan Merestorasi Sifat Mandul Jantan pada Beberapa Aksesi Kapas Sulistyowati, Emy; Sumartini, Siwi; Mahfud, Moch.; Abdurrakhman, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendekatan teknologi hibrida menawarkan perbaikan tingkat produktivitas, ketahanan terhadap hamadan kekeringan, serta mutu serat melalui pemanfaatan gen-gen dari kedua tetua potensial. Dalammemproduksi benih varietas kapas hibrida dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu secara konvensionaldan dengan me-manfaatkan sifat jantan mandul. Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi sumberdaya genetik kapas untuk karakter restorer atau kemampuan merestorasi fertilitas pada F1 dilaksanakan diMalang (untuk kegiatan persilangan), dan Bojonegoro (untuk pengujian F1 hasil persilangan) pada tahun2010 dan 2011. Persilangan dilakukan antara galur mandul jantan 06050 BC3/15 X K7 (BC4) sebagai tetuabetina, dengan masing-masing 60 aksesi kapas sebagai tetua jantan pada tahun 2010 dan 2011. F1 hasilpersilangan untuk mendapatkan restorer ditanam di Bojonegoro dalam rancangan acak kelompok diulang2 kali dengan luas masing-masing plot adalah 2 m x 5 m. Pengamatan meliputi persentase fertilitas dari F1,komponen hasil, dan hasil kapas berbiji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama dua tahun pengujiandiperoleh sebelas aksesi kapas yang mampu merestorasi karakter mandul jantan, yaitu 9442, SHR, KPX22, CTX 5, CTX 7, CTX 4, CTX 2, CTX 6, 9445, 9446, dan NFBL 3, namun hanya dua aksesi yang stabilmenunjukkan potensi merestorasi karakter mandul jantan, yaitu SHR dan KPX 22. Produktivitas tertinggidicapai oleh hasil persilangan dengan aksesi SHR, yaitu tetua jantan dengan potensi restorasi 100% yanggalurnya mampu menghasilkan 1.457,5 kg kapas berbiji/ha. Dengan demikian SHR merupakan aksesi yangcukup prospektif untuk digunakan sebagai salah satu tetua jantan dalam perakitan kapas hibrida nasional.
Pengaruh Komposisi Media dan Sumber Eksplan Terhadap Induksi Kalus, Perkecambahan, dan Pertumbuhan Tunas Embrio Somatik Jarak Pagar Anggraeni, Tantri Dyah Ayu; Sulistyowati, Emy; Purwati, Rully Dyah
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati sebagai bahan baku bio-diesel. Selama ini, kebutuhan bahan tanam diperoleh dari benih dan setek. Teknik mikropropagasi khususnya melalui embriogenesis somatik merupakan alternatif untuk penyediaan bahan tanam dalam jumlah besar dengan waktu relatif lebih singkat. Jenis eksplan, genotipe, dan kondisi fisiologis tanaman donor serta jenis dan kondisi fisik mediummerupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan embriogenesis somatik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui eksplan dan komposisi media yang tepat untuk induksi kalus embriogenesis somatik, perkecambahan embrio somatik dan pertumbuhan tunas hasil embriogenesis somatik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat mulai bulan April sampai dengan November 2011, meliputi tiga tahap, yaitu 1) menguji komposisi media untuk induksi kalus embriogenesis somatik antara lain M1=MS+0,5 mg/l BAP+0,5 mg 2,4 D; M2= MS+1 mg/l BAP +0,5 mg/l 2,4 D; M3= MS+0,5 mg/l BAP+0,2 mg/l TDZ, dan M4= MS+1 mg/l BAP+0,2 mg/l TDZ; 2) menguji komposisi media untuk induksi perkecambahan embrio somatik antara lain MK1= MS+0,5 mg/l BAP+0,1 mg/l NAA dan MK2= MS+0,5 mg/l BAP+0,4 mg/l IBA; dan 3) menguji komposisi media untuk pertumbuhan tunas embrio somatik antara lain MP1= MS+0,5 mg/l BAP+0,1 mg/l IBA dan MP2= MS+0,5 mg/l BAP+0,1 mg/l IAA. Bahan tanam yang digunakan adalah genotipe IP-3A dan IP-3M dengan sumber eksplan kotiledon dan daun. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi MS+0,5 mg/l BAP+0,2 mg/l TDZ dengan sumber eksplan kotiledon paling sesuai untuk induksi kalus embriogenesis somatik. Genotipe IP-3M memiliki respon yang lebih baik disbanding IP-3A dan stabil dari tahap induksi kalus embriogenis somatik, induksi perkecambahan embrio somatik, dan pertumbuhan tunas embrio somatik. Jatropha (Jatropha curcas L.) is an oil producing plants as source of bio-diesel. Planting materials usually are obtained from seeds and stem-cuttings. Micro-propagation techniques especially through somatic embryo-genesis is an alternative to provide a large number of planting material in a relatively short time. Explant sources, genotype and physicological conditions of donor plants, also composition and physical condition of medium are the main factors affecting the successful of somatic embryogenesis. The study was conducted to determine the most suitable combination of explant and media composition for embryogenic calli induc-tion, somatic embryo germination, and shoots growth derived from somatic embryogenesis. The experiment was conducted in the Tissue Culture Laboratory, of Indonesian Sweetener and Fiber Crops Research Insti-tute from April to November 2011 covering three phases: 1) testing media composition to induce somatic embryogenic calli i.e. M1=MS+0.5 mg/l BAP+0.5 mg 2.4 D; M2 = MS+1 mg/l BAP+0.5 mg/l 2.4 D; M3 = MS+0.5 mg/l BAP+0.2 mg/l TDZ and M4 = MS+1 mg/l BAP+ 0.2 mg/l TDZ; 2) testing media composition to induce somatic embryo germination i.e. MK1 = MS+0.5 mg/l BAP+0.1 mg/l NAA and MK2 = MS+0.5 mg/l BAP+0.4 mg/l IBA; and 3) testing media composition to induce somatic embryo shoot growth i.e. MP1 = MS+0.5 mg/l BAP+0.1 mg/l IBA and MP2= MS+0.5 mg/l BAP+0.1 mg/l IAA. Plant material used are genotype IP-3A and IP-3M with cotyledone and leaf as explant sources. The results showed that combination of MS+0.5 mg/l BAP+0.2 mg/l TDZ and cotyledons as explants source is the most suitable for somatic embryogenic calli. IP-3M genotype showed a better response to IP-3A and stable from induction of somatic embryogenic calli, somatic embryo germination, and somatic embryo shoots growth.
SKRINING GALUR KAPAS (Gossypium hirsutum L.) TOLERAN TERHADAP KEKERINGAN DENGAN PEG-6000 PADA FASE KECAMBAH SUMARTINI, SIWI; SULISTYOWATI, EMY; MULYANI, SRI; ABDURRAKHMAN, ABDURRAKHMAN
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDaerah pengembangan kapas di Indonesia umumnya lahan keringdengan keterbatasan air. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur-galur kapas toleran kekeringan menggunakan PEG-6000 pada fasekecambah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Benih BalaiPenelitian Tanaman Pemanis dan Serat, mulai bulan April sampai Juni2012. Perlakuan disusun dalam rancangan Petak Terbagi dan diulang duakali. Petak utama adalah perlakuan PEG-6000 (-3 bar) dan tanpa PEG-6000 (air), sedangkan anak petak adalah 13 galur kapas dan varietasKanesia 14. Setiap perlakuan terdiri dari lima pot masing-masing ditanamsepuluh biji. Benih kapas dicampur dengan fungisida Mancozeb 80% 2g/kg benih sebelum ditanam. Parameter pengamatan meliputi dayaberkecambah, panjang kecambah dan akar, bobot kecambah dan akar,rasio  panjang  akar/kecambah,  serta  indeks  kerentanan  terhadapkekeringan. Kecambah dihitung sebagai kecambah normal jika panjanglebih dari 0,5 cm. Perlakuan PEG-6000 berpengaruh sangat nyata terhadappenurunan daya berkecambah, panjang kecambah dan akar, serta bobotkecambah dan akar. Sebaliknya, rasio panjang akar/kecambah lebih tinggipada perlakuan PEG-6000 dibandingkan dengan perlakuan tanpa PEG-6000. Respon ketahanan galur kapas yang dihitung dengan indekskerentanan kekeringan berbeda pada masing-masing parameter yangdiamati. Dari nilai rata-rata indeks kerentanan kekeringan semuaparameter, tidak ada galur yang tahan terhadap kekeringan (S<0,50).Terdapat delapan galur yang agak tahan kekeringan (0,50<S<1,0) danlebih tahan dibandingkan dengan Kanesia 14, yaitu 03002/12, 03006/1,03008/7, 03008/24, 03012/17, 03014/12, 03017/13, dan 03017/15.Kata kunci: Gossypium hirsutum L., tahan kekeringan, PEG-6000,perkecambahan, galurABSTRACTCotton production areas in Indonesia are arable land with lack of wateravailability. The aim of this study was to obtain cotton lines tolerant todrought using PEG-6000 at germination stage. The experiment wasconducted at the Seed Testing Laboratory in Indonesian Sweetener andFiber Crops Research Institute, from April to June 2012. Treatments werearranged in a Split Plots design with two replications. The main plot wasPEG-6000 (-3 bar) and without PEG-6000 (water), while the subplot was13 cotton lines and Kanesia 14 variety. Seed cotton was treated with 80%Mancozeb fungicide dose of 2g/kg seed before sowing. Parametersobserved were germination percentage, shoot and root length, shoot androot weight, ratio of root/shoot length, and drought susceptibility index.Seedling was counted as normal if its length more than 0.5 cm. PEG-6000treatment gives very significant effect on the decline on seed germination,shoot and root length, shoot and root weight. Otherwise, ratio of root/shootlength was higher in the PEG-6000 than without PEG-6000 treatment.Response of cotton lines to drought which calculated with a droughtsusceptibility index were different among parameter observed. Meandrought susceptibility index of all parameters showed that none of cottonline tolerant to drought (S < 0,50) was achieved from the study. Therewere eight moderately drought-resistant lines (0, 50 < S < 1,0) achievednamely 03002/12, 03006/1, 03008/7, 03008/24, 03012/17, 03014/12,03017/13, and 03017/15 which more resistance than Kanesia 14.Key words: Gossypium hirsutum L., drought tolerant, PEG-6000,germination, lines
Pemanfaatan Teknologi Transgenik Untuk Perakitan Varietas Unggul Kapas Tahan Kekeringan SULISTYOWATI, EMY
Perspektif Vol 8, No 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v8n2.2009.%p

Abstract

ABSTRAKDiantara cekaman abiotik yang berpengaruh terhadap kapas, maka cekaman kekeringan merupakan faktor utama  pembatas  produktivitas  dan  pengembangan kapas.  Pengembangan kapas Indonesia kedepan lebih difokuskan pada lahan-lahan kering tadah hujan, maka upaya untuk perbaikan ketahanan varietas terhadap kekeringan   sangat   diperlukan.    Hasil   pengujian ketahanan   terhadap   kekeringan   secara   langsung ataupun  tak  langsung  menggunakan  simulasi  PEG telah    menghasilkan    informasi    tentang    tingkat ketahanan  beberapa  aksesi  plasma  nutfah  kapas. Pemanfaatan plasma nutfah kapas dalam persilangan melalui   pengumpulan   dan   piramida   gen   toleran kekeringan dan serangan hama penghisap A. biguttula telah menghasilkan dua varietas baru yaitu Kanesia 14 dan   Kanesia 15. Selain   pendekatan   pemuliaan konvensional,  juga  terbuka  peluang  pengembangan varietas   baru   kapas   tahan   kekeringan   melalui transformasi gen yang menghasilkan kapas transgenik tahan kekeringan.  Pendekatan transgenik berpeluang untuk   mengkombinasikan   beberapa   gen   penyandi sifat-sifat yang berbeda yang berasal dari spesies lain ke   dalam   genom   kapas.    Beberapa   gen   telah ditransformasikan ke dalam beberapa tanaman antara lain arabidopsis, tembakau, tomat, padi, dan kapas yang   telah   menghasilkan   varietas   baru   tahan kekeringan. Dukungan teknologi berupa varietas tahan kekeringan   atau   sifat-sifat   unggul   lainnya   harus diimbangi dengan dukungan teknologi budidaya yang efisien sehingga peningkatan produksi kapas secara signifikan dapat tercapai.Kata kunci: Gossypium hirsutum L., transgenik, toleran kekeringan ABSTRACTThe  Use of  Transgenic Approach in  Developing Drought Tolerant Cotton VarietiesAmong abiotic stresses, drought is the most crucial factor   that   influence   cotton’s   productivity   and development.  As cotton development in Indonesia is focused in dry-rainfed areas,  measures for developing drought tolerance varieties are needed.  Evaluation of cotton accessions tolerance to drought has been done directly in the field, or indirectly by PEG simulation and resulted in drought tolerance cotton accessions. Hybridization by genes pooling or gene-pyramiding approaches involving selected accessions which are tolerant to drought and jassids attack, A. biguttula, have resulted in two new cotton varieties namely Kanesia 14 and Kanesia 15.  In addition to conventional breeding, there are new avenues to engineer transgenic cotton varieties  resistant  to  drought.  by  transforming  the identified genes responsible  for drought resistance. Transgenic technologies could combine several genes  responsible for different characters in cotton genome. A  number  of  genes  have  been  transformed  into various plants such as arabidopsis, tobacco, tomato, rice,   and   cotton,   and   have   conferred   improved resistance to drought.  Technology support in terms of high yielding promising varieties resistant to drought or  other  characters  should  be  accomplished  with efficient farming techniques so that significant increase in cotton production can be achieved.Keyword: Gossypium hirsutum L., transgenic, drought tolerant
Lampanah Local Tall-A High Yielding Variety for Replanting Coconut in Tsunami Affected Aceh Province Area Novarianto, Hengky; Maskromo, Ismail; Tulalo, Meity A.; Kumaunang, Jeanette; Mawardi, Sukmawati; Sulistyowati, Emy
International Coconut Community Journal Vol 33 No 2 (2017): CORD
Publisher : International Coconut Community

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.32 KB) | DOI: 10.37833/cord.v33i2.47

Abstract

Aceh province is one of major coconut producing areas in Indonesia. In 2013 coconut areas in Aceh province was 107,654 ha in which total production of copra was equivalent to 63,743 tons. The entire coconut area in Aceh belong to smallholders. The coconut production in this area began to decrease in 2005 by an average of 9 percent per year, which was mainly caused by the tsunami. This had resulted in damage to many crops. Efforts to increase production and productivity of coconut plantation in Aceh needed rejuvenation of the old or unproductive coconut palms with the use of seeds of improved quality. Based on the results of the research conducted during 2014-2016, it is known that the origin of the Lampanah tall is passed from generation to generation and is a native of coconut in Aceh Besar Regent, Aceh Province. The morphology of Lampanah tall coconut comprising of the crown of leaves, stems, flowers and fruits in general is quite uniform. Of the data on the 23 quantitative characters, all have a value of coefficient of variance below 20%, except the character of 11 leaf scars obtained 23.29%. In the case of polar girth, Lampanah tall coconut is generally greater than the equatorial girth, fruit shape classified as round, egg-shaped and elliptic. The seednut of Lampanah tall generally round shape. The Lampanah tall coconut has the number of bunches at 13.35/palm and the number of fruit at 9.25 fruits/bunch or an average of 138 fruits/palm/ year. Fresh coconut meat weight is 449 g/nut or approximately 224 g copra/nut and the potential for copra production was 30.97 kg/palm/year or 3.80 tons of copra/ha/year. The fat content of Lampanah tall coconut was 66.40%, the water content of copra approximately 3.42% and protein at approximately 6.81%. Total saturated fatty acids was at 94.27%, medium chain saturated fatty acids at 67.21% and lauric acid content at 46.50%. The seed source of Lampanah tall coconut has been a selection of as much as 72 Selected Mother Palms (MAS) from a total of 407 palms of the High Yielding Block. The selected population is characterised with traits like copra yield more than 2.0 ton/ha/year, free from attack pests and diseases, number of bunch more than 12 per year, total nuts more than 7/bunch and weight of meat more than 400 g/nut. The MAS of Lampanah tall whole coconut has been marked using GPS. The Aceh government will build a minimum of 5 ha Coconut tall Seed Gardens on government land, as the development of source of Lampanah tall seednuts. Based on the above results, it can be concluded that the Lampanah tall coconut with plenty of nuts, at an average of 138 nuts per palm could be released as one of the national high yielding coconut.
Pemberdayaan Masyarakat tentang Pengajuan Akta Kematian Telah Lewat Waktu melalui Pengadilan Negeri di Kalurahan Hargobinangun Sulistyowati, Emy; Yuliana, Mita; Maulidia, Nabila Wahyu; Muttaqin, Habib Hussein
Jurnal Pengabdian Sosial Vol. 1 No. 9 (2024): Juli
Publisher : PT. Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/khn2j734

Abstract

Fenomena keterlambatan pengajuan akta kematian akibat kurangnya kesadaran hukum, akses informasi tentang prosedur pengajuan sering membuat masyarakat tidak menyadari pentingnya pengajuan akta kematian secara tepat waktu. Fenomena keterlambatan pengajuan akta kematian tersebut banyak terjadi di Kelurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, program "Pemberdayaan Masyarakat tentang Pengajuan Akta Kematian Telah Lewat Waktu melalui Pengadilan Negeri di Kelurahan Hargobinangun" akan menggalakkan sosialisasi langsung di masyarakat melalui Pengadilan Negeri sebagai instansi utama dalam pengajuan akta kematian Melalui metode pendekatan kolaboratif dan inovatif yang melibatkan institusi pendidikan, pemerintah daerah, dan lembaga bantuan hukum, artinya peneliti dan pihak yang terlibat mempunyai peranan dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan serta dapat direplikasi di daerah lain.Kegiatan Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat tentang Pengajuan Akta Kematian Telah Lewat Waktu melalui Pengadilan Negeri di Kelurahan Hargobinangun sebagai bentuk pengabdian masyarakat yang penulis lakukan efektif meningkatkan pengajuan akta kematian. Data menunjukkan peningkatan dari 34 pengajuan di Februari 2024 menjadi 69 pada Mei 2024. Program ini efektif meningkatkan pemahaman masyarakat dan mempercepat proses administrasi. Permasalahan yang ada di Kelurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta diakibatkan kurangnya edukasi dan stigma masyarakat terkait proses administrasi yang sulit. Kegiatan Sosialisasi sebagai bentuk pengabdian masyarakat berhasil meningkatkan kesadaran hukum dan akses layanan masyarakat, serta memperkuat kolaborasi antar instansi untuk memudahkan pengajuan akta kematian.