Sri Lestari Purnamaningsih
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 146 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

DENDROBIUM AND PHALAENOPSIS GERMPLASMS CONSERVATION BY CLONING TECNOLOGY soetopo, lita; Purnamaningsih, Sri Lestari
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 34, No 2 (2012)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya and Indonesian Agronomic Assossiation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The present studies were focused on regeneration of  dendrobioum and phalaenopsis species through cloning technique as a means for ex situ conservation of  protected or valuable orchids germplasms.Experimental results indicated the growth and development of adventive shoot tip explant dendrobium was as followed : high survival percentage for explant with green color was showed by D. racianum, followed by D. laxiflorum, D. pseudoconantum, D. strebloceras,  D. lineale and D. veratrifolium. But plantlets regeneration occurred only on D. pseudoconantum and D. strebloceras . Explant regeneration from seed derived protocorm-like bodies on D. spectabile occurred 40 days after inoculation and after subcultured. High survival percentage of explant from floral stalk shoot was showed by P. amabilis. There was several plantlets survived at acclimatitation. Explant regeneration from seed derived protocorm-like bodies on P. hieroglypha occurred 40 days after inoculation and after subcultured.It was suggested that for ex situ conservation on certain species of dendrobium and phalaenopsis in the category of rare or valuable germplasms, cloning technology could be applied by using explant from adventive shoot tip, floral stalk buds and seed derived protocorm-like body explant for vegetative seed multiplication.   Keywords : Orchid, conservation, germplasms in vitro culture.
HERITABILITY, GENOTYPIC AND PHENOTYPIC CORRELATION BETWEEN QUANTITATIVE TRAIT OF LOCAL RICE ON DIFFERENT FERTILIZER Utami, Desti Margi; Purnamaningsih, Sri Lestari; Soetopo, Lita
Jurnal Ilmiah Jurusan Budidaya Pertanian Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Six local rice genotypes was tested in two different application of fertilizer (organic and an-organic fertilizer). The objective of this research is to study heritability and genotypic phenotypic correlation between quantitative traits of local rice in organic and an-organic fertilizer environment. This research was conducted from November 2008 until May 2009 (rainy season) in irrigation rice field Sumbersari, Malang City. Field design in each environment of fertilizer used randomized block design with three replication and seven trials. The results showed that high heritability in organic and an-organic environment were obtained for all characters which observed except for number of empty grain per panicle had medium heritability. In organic and an-organic environment all characters evaluated had narrow genetic variability. 50% days of flowering in organic and an-organic had genotypic and phenotypic correlation significantly positive with days to harvest, plant high, panicle length, number of filled grain per panicle, number of empty grain per panicle, number of filled grain per clump and yield.Key words : Heritability, Genotypic Phenotypic Correlation, local rice, organic and an­organic fertilizer
PENGARUH WAKTU PENYERBUKAN DAN PROPORSI BUNGA BETINA DENGAN BUNGA JANTAN TERHADAP HASIL DAN KUALITAS BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L) HIBRIDA Wijaya, Syamsu Agung; Basuki, Nur; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 3, No 8 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/242

Abstract

Produksi benih mentimun dipengaruhi oleh waktu masaknya bunga jantan dan bunga betina. Ketersediaan bunga jantan dan bunga betina juga mempengaruhi hasil benih mentimun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penyerbukan dan proporsi bunga jantan dengan bunga betina terhadap hasil dan kualitas benih mentimun. Penelitian dilaksanakan di Desa Tumpuk, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial. Faktor 1 adalah waktu penyerbukan yang terdiri 3 level yaitu (W1) pukul 06.00-07.00, (W2) pukul 08.00-09.00, dan (W3) pukul 10.00-11.00. Faktor 2 adalah proporsi buga jantan dengan bunga betina 3 level yaitu P1 = 1 ♀ : 1 ♂, P2 = 2 ♀ : 1 ♂, dan P3 = 3 ♀ : 1 ♂. hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan waktu penyerbukan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah panen, bobot buah pertanaman, panjang buah, jumlah benih pertanaman, bobot benih pertanaman, persentase benih bernas, bobot 100 biji, keserempakan perkecambahan, dan daya kecambah. Proporsi bunga jantan dengan bunga betina menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot buah pertanaman, panjang buah, jumlah benih pertanaman, bobot benih pertanaman, persentase benih bernas, bobot 100 biji, keserempakan perkecambahan, dan daya kecambah. Interaksi nyata antara proporsi bunga betina dengan bunga jantan dan waktu penyerbukan ditunjukkan pada diameter buah dan jumlah benih pertanaman. Kata kunci: Mentimun, Waktu Penyerbukan, Rasio Bunga Jantan-betina, dan Kualitas Benih.
Pengaruh Rasio Baris Induk Jantan dan Betina Dua Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Hasil dan Kualitas Benih Hibrida Pratama, Naufal Abiyasa; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1042

Abstract

Peningkatan permintaan benih jagung hibrida setiap tahunnya merupakan alasan penting dibutuhkannya peningkatan produktivitas lahan secara periodik, baik melalui potensi tanaman maupun optimalisasi lahan. Salah satu teknik budidaya yang digunakan untuk meningkatkan optimalisasi lahan produksi benih jagung hibrida F1 adalah dengan memodifikasi rasio baris tanam antara induk jantan dan induk betina dalam suatu lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh rasio baris dan varietas yang berbeda terhadap hasil dan kualitas benih panen. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang pada bulan April-Agustus 2017. Bahan yang digunakan yaitu dua pasang induk varietas Syn01 dan Syn02 yang menjadi faktor pertama. Faktor kedua yaitu rasio baris betina : jantan dengan taraf 4:1, 5:1, dan 6:1, diulang sebanyak tiga kali. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Tersarang dengan faktor rasio baris tersarang dalam varietas dan dilanjutkan dengan uji BNJ dan BNT pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian, pasangan induk varietas Syn01 memiliki produksi paling baik pada rasio baris 6:1, dan varietas Syn02 pada rasio baris 4:1. Varietas Syn01 menunjukkan kemampuan penyerbukan yang lebih baik dibandingkan Syn02, menjadikan efisiensi pemakaian lahan dan hasil per hektar yang lebih baik. Dari segi kualitas benih, varietas Syn02 lebih diminati karena ukuran dan bobot per benihnya yang lebih besar.
Penampilan Genotip-Genotip Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Tipe Kompak Hasil Pemisahan dari Populasi Campuran Ally, Amalia Azizah; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 6, No 12 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1060

Abstract

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Konsumsi buah cabai rawit untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan rumah tangga dari tahun ke tahun semakin meningkat. Namun belum diikuti dengan peningkatan produktivitas sehingga perlu ditingkatkan agar sesuai dengan potensi dan preferensi konsumen. Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui penampilan delapan galur  cabai rawit tipe kompak hasil pemisahan dari populasi campuran. Pene-litian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai September 2017 di Desa Sidomulyo Kecamatan Semen Kabupaten Kediri Jawa Timur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 8 perlakuan yaitu 8 genotip cabai rawit. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 24 petak percobaan. Setiap petak percobaan terdiri atas 20 tanamandan 6 tanaman sebagaisampel. Karakter kuantitatif yang diamati terdiri atas 10 peubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing genotip cabai rawit memiliki ciri khusus yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Lima genotip cabai rawit yang memiliki produktivitas lebih dari 9 ton/ha yaitu CRUB 46 (13.59 ton/ha), CRUB 55 (14.31 ton/ha), CRUB 65 (9.45 ton/ha), CRUB 110 (12.15 ton/ha), dan CRUB 232 (10.22 ton/ha).
Evaluasi Anatomi dan Sitologi Tanaman Jeruk Colchiploid Siam Pontianak Fahriz, Muharshal; Yulianti, Farida; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 6, No 12 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1063

Abstract

Pemuliaan jeruk Siam Pontianak dengan induksi mutasi kolkhisin telah dilakukan oleh Balitjestro sejak tahun 2005. Proses seleksi terhadap populasi tanaman colchiploid Siam Pontianak masih terus dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah sto-mata, ukuran stomata, jumlah kloroplas dan jumlah kromosom tanaman jeruk colchiploid Siam Pontianak. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika pada bulan April hingga Agustus 2017. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kolkhisin berpengaruh terhadap perubahan jumlah stomata, ukuran stomata, jumlah kloroplas dan jumlah kromosom. Perendaman kalus dengan kolkhisin selama 10 hari menyebabkan pertambahan jumlah  stomata, sedangkan perendaman kolkhisin selama 7 hari menyebabkan pengurangan jumlah stomata. Ukuran panjang dan lebar stomata, jumlah kloroplas pada semua tanaman dengan perendeman 5, 7 dan 10 hari memiliki hasil lebih besar dari tanaman kontrol. Jumlah kromosom yang dihasilkan dari perlakuan kolkhisin berjumlah 20, 21, 22, 23, 24 dan 27 kromosom.
Uji Toleransi Enam Genotipe Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap Naungan Tegakan Pohon Jati (Tectona grandis L.F.) Nurhayati, Etik; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1065

Abstract

Lahan dibawah tegakan tanaman per-kebunan atau kehutanan merupakan lahan potensial yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah penurunan luas lahan pertanian di Indonesia. Rendahnya intensitas cahaya karena adanya naungan menjadi faktor pembatas untuk me-manfaatkan lahan tersebut. Oleh karena itu, pemilihan genotipe yang toleran pada kondisi lingkungan cahaya rendah menjadi penting untuk dilakukan. Cabai rawit adalah salah satu tanaman hortikultura yang membutuhkan cahaya optimal selama hidupnya. Sampai saat ini belum banyak dilaporkan varietas unggul cabai rawit yang toleran terhadap naungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat tole-ransi enam genotipe cabai rawit terhadap cekaman naungan. Penelitian berlokasi di lahan milik Perhutani wilayah KPH Malang di Desa Rejosari, Bantur, Malang pada bulan Maret-Desember 2017. Enam genotipe cabai rawit (CRUB 1, CRUB 2, CRUB 3, CRUB 4, CRUB 5, CRUB 6) dan varietas Cakra Putih sebagai pembanding diuji pada dua kondisi lingkungan, yaitu di lahan terbuka dan di bawah tegakan jati dengan tingkat naungan 40%. Setiap genotipe ditanam sebanyak 45 tanaman, sedangkan pengamatan dilakukan pada setiap individu tanaman. Komponen penilaian SSI (Stress Suceptibility Index), YSI (Yield Stability Index), YI (Yield Index) dan STI (Stress Tolerance Index) digunakan untuk menilai tingkat toleransi genotipe cabai rawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe CRUB 4 dan CRUB 3 toleran. Kedua genotipe tersebut mem-punyai tingkat toleransi yang tinggi sehingga mampu bertahan dan memberikan hasil yang tinggi pada kondisi tercekam naungan. Genotipe CRUB 2 termasuk ke dalam kelompok genotipe agak toleran sedangkan, genotipe CRUB 1, CRUB 5 dan CRUB 6 digolongkan ke dalam kelompok tidak toleran.
Respon dan Hasil Beberapa Genotipe Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) pada Naungan di Bawah Tegakan Pohon Jati (Tectona grandis L.F.) Lysandra, Cindy Letitia; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1070

Abstract

Setiap tahun, permintaan buah cabai rawit semakin meningkat, namun luas lahan pertanian semakin berkurang akibat alih fungsi lahan secara terus menerus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian ialah memanfaatkan sela-sela lahan di bawah tegakan pohon jati. Tidak semua tanaman pertanian dapat dapat di budi-dayakan pada lahan di bawah tegakan jati. Hal tersebut karena tajuk pohon jati yang saling bersentuhan sehingga berakibat pada penurunan intensitas cahaya pada tanaman sela. Menurunya intensitas cahaya akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pada tanaman sela. Oleh sebab itu pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap genotipe-genotipe potensial cabai rawit yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi antara perlakuan genotipe dan lingkungan melalui karakter-karakter ter-tentu, serta mempelajari karakter cabai rawit yang mampu beradaptasi dengan baik dan memberikan hasil tinggi di bawah tegakan pohon jati. Penelitian ini di-laksanakan di Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang pada bulan Maret-Desember 2017. Penelitian ini terdiri dari lingkungan terbuka dan lingkungan ternaungi di bawah tegakan pohon jati. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah tujuh genotipe cabai rawit (CRUB 1, CRUB 2, CRUB 3, CRUB 4, CRUB 5, CRUB 6, dan Cakra Putih). Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada masing-masing lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketujuh genotipe cabai rawit menunjukkan perbedaan respon pertum-buhan, serta diperoleh 3 genotipe cabai rawit yang mampu berproduksi tinggi di bawah tegakan jati, yaitu CRUB 3, CRUB 4, dan Cakra Putih.
Respon Seleksi Massa pada Dua Populasi Bayam Cabut (Amaranthus ricolor L.) Fatimah, Nikmatul; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1108

Abstract

Tanaman bayam cabut adalah salah satu jenis tanaman hortikultura daerah tropis. Bayam cabut dibedakan menjadi dua jenis yaitu bayam hijau dan bayam merah. Produksi bayam hijau di Indonesia lebih besar daripada bayam merah, padahal kandungan gizi bayam merah lebih tinggi dari bayam hijau (Dept. Kesehatan 1980). Sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi salah satunya dengan seleksi massa. Seleksi massa adalah metode seleksi berdasarkan penam-pilan fenotipe, dengan memilih tanaman yang berpenampilan baik dan meng-hilangkan tanaman yang kurang baik dari populasi acak. Efektivitas kegiatan seleksi dapat dilihat dari nilai respon seleksinya. Respon seleksi diukur dari selisih antara nilai rata-rata populasi tanaman terseleksi dengan nilai rata-rata populasi seluruhnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menduga nilai repson seleksi massa pada karakter komponen hasil dan hasil bayam cabut pada dua populasi. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret – Mei 2018 di Kebun Percobaan Jatimulyo, FP-UB Malang. Berdasarkan hasil penelitian tanaman bayam populasi UB 2 dan UB 3 memberikan nilai respon seleksi massa yang berbeda. Nilai respon seleksi populasi UB 2 lebih tinggi dari populasi UB 3 pada karakter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar pertanaman, jumlah malai, diameter malai, bobot 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman pada populasi UB 2 masih tinggi sedangkan pada populasi UB 3 sudah cukup seragam.
Korelasi dan Sidik Lintas Komponen Hasil dan Hasil Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Hasanah, Binti; Purnamaningsih, Sri Lestari
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 5 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1114

Abstract

Salah satu jenis bayam yang digemari masyarakat adalah bayam merah yang memiliki manfaat bagi kesehetan. Korelasi dan sidik lintas dapat digunakan sebagai acuan dalam seleksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui keeratan hubungan antara komponen hasil dengan hasil dan mengetahui karakter yang dapat dijadikan sebagai karakter seleksi. Penelitian dilakukan pada Bulan Maret hingga Mei 2018 di Kebun Percobaan FP UB, Jatimulyo, Lowokwaru, Malang. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, penggaris, timbangan, label, kamera, amplop, meteran, plastik, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih bayam merah UB2, pupuk kandang kambing, NPK, sekam, kompos dan pestisida. Populasi dibagi menjadi 2 plot dengan masing-masing populasi berjumlah 50 tanaman untuk panenbobot segar dan benih, sehingga total tanaman sebanyak 250 tanaman. Penelitian dilakukan menggunakan sampel random berkelompok (Cluster Sampling).Karakter yang diamati adalah panjang daun, lebar daun, jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang, bobot segar, bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman. Analisis data menggunakan aplikasi OPSTAT. Perhitungan yang diperlukan yaitu varian, kovarian, t hitung, analisis lintas pengaruh langsung, analisis lintas pengaruh tidak langsung dan pengaruh residu. Komponen hasil yang dapat dijadikan karakter seleksi untuk hasil bobot segar adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Sedangkan hasil benih adalah tinggi tanaman, diameter batang dan bobot biji 100 butir.
Co-Authors Abdillah Syahroni, Abdillah Adiredjo, Afifuddin Latif Afandi, Sutanto Wahyu Afandiyah, Gioniva Ainurrasjid Ainurrasjid Ainurrasjid, Ainurrasjid Akbar Prima Utomo Al-Jabbar, Bambang Alghofar, Wildan Arif Alghofar, Wildan Arif Ally, Amalia Azizah Ally, Amalia Azizah Anasari, Nofia Rizki Anasari, Nofia Rizki Andy Soegianto Anggraini, Yulinar Diah Anggraini, Yulinar Diah Annisa Farhah Resdiyanti Apri Sulistyo Ariefa, Astritia Rizky Ariefa, Astritia Rizky Arif, Muhamat Arifin, Muhammad Farid Arifin, Muhammad Farid Aritonang, Ahmad Madani Aritonang, Ahmad Madani Armach S., Siti Armach S., Siti Ayu Wulandari, Panca Ida Ayu Wulandari, Panca Ida Aziz Rifianto Bagus Muhamad Arif Basuki, Nur Budi Waluyo Chaireni Martasari Charolin Pebrianti Damanhuri Damanhuri Damanhuri Darmawan Saptadi, Darmawan Desti Margi Utami, Desti Margi Dwi, Afpia Dwi, Afpia Dzikrulloh, Fariz Al Eggy Akhmad Armandoni Emy Sulistyowati Fahriz, Muharshal Fahriz, Muharshal Fajaryanto, Budisatria Fari, Zalfa Salsabila Farida Yulianti Fatimah, Nikmatul Fatimah, Nikmatul Gioniva Afandiyah Gultom, Christina Solideo Gultom, Christina Solideo Hadi, Shabrina Kusuma Hasanah, Binti Hasanah, Binti Idayanti Idayanti Idayanti, Idayanti Indah, Ayu Nurlaila Indah, Ayu Nurlaila Iriani, Yoanita Fadlilah Iriani, Yoanita Fadlilah Isnasa, Irsanty Nadya Isnasa, Irsanty Nadya Izmi Yulianah Jauhari, Thontowi Kartikasari, Dasa Novi Kartikasari, Dasa Novi Khairiyah, Lulu Lazimatul Kusuma, Devi Mira Kusuma, Devi Mira Kuswanto Kuswanto Kuswanto, Kuswanto Lailil Fitra Annisa lita soetopo Lita Soetopo Lysandra, Cindy Letitia Lysandra, Cindy Letitia Marmadion, Tomy Martasari, Astri Dwi Martasari, Astri Dwi Mawardani, Putri Merintan, Sisca Febriana Merintan, Sisca Febriana Mochammad Dawam Maghfoer Muhamat Arif Muhammad Triant, Wahyu Nur Mustofa, Age Maulal Nedha, Nedha Nedha, Nedha Niken Kendarini Ning Fias, Nofita Ayu Noer Rahmi Ardiarini, Noer Rahmi Nofita Ayu Ning Fias, Nofita Ayu Novita, Silvia Rizky Nur Basuki Nurhayati, Etik Nurhayati, Etik Nurussintani, Widya Oktaviana, Zella Oktaviana, Zella Palandro, Nadhea Pebrianti, Charolin Prasetiyo, Ferry Singgih Prasetiyo, Ferry Singgih Prasetya, Widdi Prasetya, Widdi Pratama, Muhamad Reza Budi Pratama, Muhamad Reza Budi Pratama, Naufal Abiyasa Pratama, Naufal Abiyasa Pratama, Riko Aditya Pratama, Riko Aditya Pratiwi, Wahyunita Pratiwi, Wahyunita Purnomo, Sekar Yulianti Rachmawati, Rizia Yasminda Rahayu, Fefira Suci Rahayu, Fefira Suci Rahmi Kusuma Wardhani Rahmi, Yusvita Maulidia Ramadhani, Rizki Respatijarti Respatijarti Respatijarti, Respatijari Reza, Nisrina Saraswati Rizia Yasminda Rachmawati Rizki Ramadhani Santana, Harwin Santana, Harwin Sari, Syama Putri Selviana, Lila Selviana, Lila Septilia, Yufita Septilia, Yufita Shabrina Kusuma Hadi Sholeh, Aziz Sholeh, Aziz Siswanto Putri, Amaniz Diharwati Siswanto Putri, Amaniz Diharwati Sulistyowati, Emy Sumeru Ashari Sutanto Wahyu Afandi Suyuti, Ivan Syahroni, Abdillah Tomy Marmadion Tursilawati, Syehlania Tursilawati, Syehlania Utomo, Akbar Prima Wahyu Nur Muhammad Triant, Wahyu Nur Wahyudi, Alief Rodhlian Wahyudi, Alief Rodhlian Wardhani, Rahmi Kusuma Wibowo, Tiara Rizki Wibowo, Tiara Rizki Widya Nurussintani Wijaya, Syamsu Agung Wijaya, Syamsu Agung Wulananggraeni, Retno Wulananggraeni, Retno Yulianti, Farida Yusvita Maulidia Rahmi