Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bullying Di SMA Tamansiswa Rancaekek Anisa Anggraeni Mustikasari Budiana; Iwan Shalahuddin; Indra Maulana
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 4 (2022): Volume 4 Nomor 4 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.8 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i4.6124

Abstract

ABSTRACT This research is motivated by the rampant phenomenon of bullying among teenagers. The phenomenon of bullying is a problem that is still ongoing, often parents and schools consider this bullying behavior a natural thing to happen without thinking about the long-term impacts that will occur in the future. This bullying behavior occurs due to the lack of knowledge of teenagers and the ignorance of parents and schools in seeing bullying. The KPAI commissioner explained that the cases of violations that occurred in 2019 were dominated by bullying in the form of physical violence, psychological violence, and sexual violence . To find out how the level of knowledge of adolescents about the dangers of bullying . Methods quantitative descriptive research. The research instrument used a bullying knowledge level questionnaire . The sample in this study was SMA Tamansiswa Rancaekek class XII students using a total sampling of 62 students. In this study, a univariate analysis was conducted in the form of a frequency distribution using SPSS. Frequency distribution of respondents ( Age , Gender). The results of this study showed that from 62 respondents, more than half of the respondents 38 people (61.3 % ) had a good level of knowledge . This study shows the level of knowledge of adolescents in Class XII SMA Tamansiswa Rancaekek, namely the level of knowledge is good. Thus, students are expected to be able to maintain, explore and increase young people's knowledge about bullying. Keywords : Adolescents, Bullying, Knowledge Level  ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya fenomena bullying dikalangan remaja. Fenomena Bullying merupakan sebuah masalah yang saat ini masih berlanjut, seringkali orang tua maupun pihak sekolah menganggap perilaku bullying ini hal yang alami terjadi tanpa memikirkan dampak jangka panjang yang akan terjadi dimasa depan. Perilaku Bullying ini terjadi  karena pengetahuan remaja yang kurang serta ketidaktauan orang tua dan pihak sekolah dalam melihat bullying. Komisioner KPAI menjelaskan kasus pelanggaran yang terjadi pada tahun 2019 didominasi oleh bullying berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual. Tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan remaja tentang bahayanya bullying. Metode penelitian deskriptif kuantitatif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan bullying. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Tamansiswa Rancaekek kelas XII dengan menggunakan total sampling sebanyak 62 Siswa. Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dengan menggunakan SPSS, Distribusi frekuensi responden (Usia, Jenis kelamin). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa dari 62 responden yaitu lebih dari setengah responden 38 orang (61,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan tingkat pengetahuan remaja di Kelas XII SMA Tamansiswa Rancaekek yaitu Tingkat Pengetahuan Baik. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat mempertahankan, mendalami serta meningkatkan pengetahuan tremaja tentang hayanya bullying. Kata kunci: Bullying, Remaja, Tingkat Pengetahuan
Gangguan makan dan perilaku bunuh diri pada remaja: Sebuah tinjauan literatur Hendrawati Hendrawati; Iceu Amira; Indra Maulana; Sukma Senjaya
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 16, No 6 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v16i6.8127

Abstract

Background: Eating disorders are one of the psychiatric disorders with the highest mortality rates that cause serious psychological and medical consequences. Eating disorders are closely related to weight problems that affect the increase in suicidal ideation.Purpose: To determine the relationship between eating disorders and suicidal behavior in adolescents.Method: A scoping review by searching for articles using the Pubmed, ScienceDirect, and Wiley databases. The keywords used in searching the article were adolescent or adolescence or teen and eating disorder or compulsive eating or anorexia nervosa and suicidal tendencies or suicidal behaviors and relation or relative.Results: Sorting obtained six articles according to the inclusion and exclusion criteria that explained the causes of eating disorders, namely alcohol abuse, gender, mental illness, and closely related to suicidal ideation.Conclusion: Eating disorders and suicidal behavior are related to each other.Keywords: Eating disorders; Suicidal behavior; Adolescent.Pendahuluan: Gangguan makan merupakan salah satu gangguan kejiwaan dengan tingkat mortalitas tertinggi yang menimbulkan akibat psikologis dan medis serius. Gangguan makan erat kaitannya dengan permasalahan berat badan sehingga mempengaruhi peningkatan ide bunuh  diri.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan eating disorder dengan suicidal behaviour pada remaja.Metode: Scoping review dengan pencarian artikel menggunakan database Pubmed, ScienceDirect dan Wiley. Kata kunci yang digunakan dalam mencari artikel yaitu adolescent or adolescence or teen and eating disorder or compulsive eating or anorexia nervosa and suicidal tendencies or suicidal behaviors and relation or relative.Hasil: Didapatkan enam artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang memaparkan penyebab gangguan makan yaitu penyalahgunaan alkohol, jenis kelamin, penyakit kejiwaan, serta erat kaitannya dengan ide bunuh diri.Simpulan: Eating disorder dengan suicidal behaviour saling berhubungan satu sama lain.
INTERVENSI NON FARMAKOLOGI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN ISOLASI SOSIAL: LITERATURE REVIEW Hendrawati Hendrawati; Iceu Amira; Sukma Senjaya; Indra Maulana; Udin Rosidin; Taty Hernawaty
Jurnal Cakrawala Ilmiah Vol. 2 No. 3: November 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jcijurnalcakrawalailmiah.v2i3.4172

Abstract

Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat ditandai dengan defisiensi dalam berpikir, persepsi, afek, dan perilaku sosial. Keterampilan sosial yang buruk berkaitan erat dengan kekambuhan penyakit dan kembalinya pasien ke rumah sakit. Sehingga diperlukan terapi komprehensif untuk meningkatkan kemampuan interaksi social. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rekomendasi intervensi dalam meningkatkan kemampuan interaksi pasien skizofrenia dengan masalah isolasi social. Penelitian ini merupakan penelitian Literatur review dengan pencarian literatur menggunakan database PubMed, EBSCOhost-CINAHL, dan Google Scholar. Kriteria pencantuman artikel yang diambil meliputi artikel penelitian 10 tahun terakhir (2012-2022), berbahasa Inggris dan Indonesia, full text, Randomized Controlled Trial (RCT) atau Quasi eksperimen dan berupa intervensi meningkatkan kemampuan interaksi pada pasien skizofrenia dengan isolasi sosial. Penelitian bukan pada pasien skizofrenia dengan isolasi sosial dan hasil yang tidak signifikan dieksklusi. Artikel yang layak dianalisis dan disampaikan dalam bentuk narasi. Dari 6 artikel yang dianalisis, ditemukan 6 intervensi yaitu, terapi okupasi, terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok sosialisasi, terapi berteman dengan relawan, social skill training. Seluruh intervensi yang ditemukan secara signifikan dapat meningkatkan interaksi sosial pada pasien skizofrenia dengan isolasi sosial. Seluruh intervensi yang ditemukan secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan interaksi pasien skizofrenia dengan isolasi sosial.
Blood Sugar Levels Regulation in Diabetes Mellitus Type 2 Patients Through Diet Management Iwan Shalahuddin; Indra Maulana; Sandra Pebrianti; Theresia Eriyani
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.007 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.911

Abstract

Dietary compliance in diabetes mellitus (DM) patients plays an essential role in stabilizing blood glucose levels. In contrast, compliance develops a routine that helps patients follow a diet schedule. Family is one of the supporting factors to achieve the success of dietary compliance for DM patients. Family support is expected to help patients feel happy, raise their confidence in dealing with their illness and be eager to maintain their glucose levels. The method used in this literature review is a narrative review. The study to determine the appropriate interventions in regulating blood sugar in families with Type 2 Diabetes patients through diet management and which could be implemented within the family. The database used electronic data sources, namely PubMed, ScienceDirect and Sage Journal. In the article search results, there were ten journals as a result. The study results show that diet management in type 2 DM can reduce blood glucose levels. This intervention is considered effective in preventing and treating type 2 DM because it can help patients regulate their diet and daily nutritional intake. The recommended nutritional therapy of diabetic patients' dietary pattern includes a balanced nutritional calculation from carbohydrates, fruits, vegetables, whole grains, nuts, and low-fat milk is. Regulation of carbohydrate counts, total calories, carbohydrate exchange or experience-based estimation remains the primary strategy in achieving glycemic control. Abstrak: Kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus sangat berperan penting untuk menstabilkan kadar glukosa darah, sedangkan kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal yang penting untuk dapat mengembangkan rutinitas yang membantu  penderita diabetes melitus dalam mengikuti jadwal diet. Untuk mencapai keberhasilan penderita diabetes melitus dalam menjalankan kepatuhan diet, salah satunya dengan faktor pendukung yaitu keluarga, dengan adanya dukungan dari keluarga diharapkan penderita akan merasa senang karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya dalam menghadapi penyakitnya dan bersemangat untuk menjaga kadar glukosanya. Metode yang digunakan dalam penulisan literature review ini adalah narrative review. Tujuan penelitian untuk mengetahui intervensi yang applicable dalam mengatur gula darah pada keluarga dengan diabet Tipe 2 melalui manajemen diet dan dapat diimplementasikan dalam lingkup keluarga. Pencarian data menggunakan sumber data elektronik yaitu PubMed, Sciencedirect dan Sage Journal, kemudian ditemukan dari pencarian itu ada 10 jurnal. Manajemen diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2 untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Intervensi ini dipandang efektif sebagai pencegahan dan pengobatan terhadap diabetes mellitus tipe 2 karena dapat membantu pasien untuk mengatur pola makan dan asupan nutrisi sehari - hari. Pola diet yang dilakukan mencakup perhitungan nutrisi yang seimbang berasal dari karbohidrat, buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang- kacangan, dan susu rendah lemak dianjurkan dalam terapi gizi pasien diabetes. Pengaturan jumlah karbohidrat, total kalori, pertukaran jenis karbohidrat atau estimasi berbasis pengalaman, tetap menjadi strategi utama dalam mencapai kontrol glikemia
Peran keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa: A scoping review Hendrawati Hendrawati; Iceu Amira; Nina Sumarni; Udin Rosidin; Indra Maulana
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12741

Abstract

Background: Mental disorders often occur in society and are diseases characterized by disturbed emotions, behavior and thoughts that are not logically related. The family is the smallest unit in society and plays a very important role in the healing process for clients with mental disorders. Family experiences in caring for clients with mental disorders often face problems of anxiety, confusion, and daily parenting difficulties.Purpose: To determine the role of the family in caring for people with mental disorders, it is necessary to have a new review that discusses evidence based on the role of the family in caring for people with mental disorders.Method: This research uses a scoping review design which aims to explore the role of the family in providing care for family members with mental disorders. The year range used in searching for scientific articles was 10 years (2013-2022), and researchers used the PRISMA flow diagram study selection guide to assess the quality of research articles.Results: The results of a search for articles regarding the role of the family in caring for ODGJ, found 4 articles discussing the role of the family in caring for ODGJ, 6 articles discussing the burden on families caring for ODGJ, 1 article discussing family burden factors in caring for ODGJ, and 4 articles discussing the support provided necessary to improve the quality of life of families caring for ODGJ.Conclusion: There are many roles for families in caring for ODGJ and there are various useful applications in families to improve care for ODGJ.Keywords: Family; Mental Disorders; Roles.Pendahuluan: Gangguan jiwasering terjadi di masyarakat dan merupakan penyakityang ditandai dengan emosi, perilaku dan pikiran terganggu yang tidak berhubungan secara logis. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat,dan sangatberperan dalam proses penyembuhan klien dengan gangguan jiwa. Pengalaman Keluarga dalammerawat klien gangguan kejiwaan sering menghadapi dengan masalahkecemasan, kebingungan dan kesulitan pengasuhan sehari-hari.Tujuan: Untuk mengetahui peran keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa, diperlukan adanya suatu review terbaru yang membahas tentang evidence based terkait peran keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa.Metode: Penelitian ini menggunakan desain scoping review yang bertujuan untuk mengeksplorasi peran keluarga dalam pemberian perawatan bagi anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Rentang tahun yang digunakan dalam pencarian artikel ilmiah adalah 10 tahun (2013-2022), dan peneliti menggunakan panduan penyeleksian studi PRISMA flow diagram untuk melakukan penilaian kualitas artikel penelitian.Hasil: Penelusuran artikel mengenai peran keluarga dalam merawat ODGJ, didapatkan 4 artikel yang membahas peran keluarga dalam merawat ODGJ, 6 artikel membahas beban keluarga yang merawat ODGJ, 1 artikel yang membahas faktor beban keluarga dalam merawat ODGJ, dan 4 artikel yang membahas dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga yang merawat ODGJ.Simpulan: Banyak peran keluarga dalam merawat ODGJ dan adanya berbagai penerapan yang berguna dalam keluarga untuk meningkatkan perawatan pada ODGJ.
Metacognitive training pada pasien dengan skizofrenia: A literature review Iceu Amira; Hendrawati Hendrawati; Indra Maulana; Hesti Platini
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 8 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i8.12096

Abstract

Background: Schizophrenia is a psychotic disorder characterized by major disturbances in thoughts and emotions. Patients with schizophrenic disorders have disturbances in cognitive function characterized by disturbances in the cognitive system, so metacognitive training therapy is needed. Metacognitive Training Therapy is a combination of psychoeducation, cognitive remediation therapy and cognitive behavioral therapy aimed at reducing the overall severity of symptoms and improving several neurocognitive subdomains and social cognitive functions.Purpose: This study aims to identify metacognitive training interventions in patients with schizophrenia.Method: The databases used were EBSCOhost (Cinahl) and Pubmed and 159 articles were found.Results: Stage through the initial selection obtained 32 articles. Then, articles were selected based on inclusion criteria in the form of publications in the last 10 years (2013-2023), national and international journals in Indonesian and English, articles with full text, and 5 peer-reviewed articles. Next, articles were selected based on research title, country, research objectives, research methods, population and sample, and research results.Conclusion: This study found that participants who had quite severe symptoms at the start of training were greatly helped in reducing the overall severity of symptoms by the metacognitive therapy they underwent.Keywords: Metacognitive; Schizophrenia; Training.Pendahuluan: Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran dan emosi. Pada pasien dengan gangguan skizofrenia memiliki gangguan dalam fungsi kognitif ditandai dengan adanya gangguan sistem kognitif sehingga diperlukan terapi Metacognitive Training. Terapi Metakognitif Training merupakan gabungan dari psikoedukasi, terapi remediasi kognitif dan terapi kognitif perilaku bertujuan untuk menurunkan keparahan gejala secara keseluruhan serta memperbaiki beberapa subdomain neurokognitif dan fungsi kognitif sosial.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intevensi metacognitive training pada pasien dengan skizofrenia.Metode: Database yang dilakukan adalah EBSCOhost (Cinahl) dan Pubmed dan ditemukan sebanyak 159 artikel.Hasil: Tahap melalui seleksi awal diperoleh 32 artikel. Kemudian, artikel diseleksi berdasarkan kriteria inklusi berupa terbit 10 tahun terakhir (2013-2023), jurnal nasional maupun internasional yang berbahasa Indonesia dan Inggris, artikel dengan full text, dan artikel yang peer reviewed didapatkan sebanyak 5 artikel. Selanjutnya, artikel diseleksi berdasarkan judul penelitian, negara, tujuan penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, dan hasil penelitian.Simpulan: Penelitian ini menemukan bahwa peserta yang memiliki gejala-gejala yang cukup parah pada awal pelatihan sangat dibantu dalam menurunkan keparahan gejala secara keseluruhan oleh terapi metakognitif yang dijalani.
Sex Education pada Remaja ( Realitas: Remaja Berkwalitas Tanpa Seks Bebas) di SMKS Pasundan Jatinangor Kabupaten Sumedang Hendrawati Hendrawati; Iceu Amira; Indra Maulana; Sukma Senjaya; Aat Sriati
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 12 (2023): Volume 6 No 12 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i12.12342

Abstract

ABSTRAK Remaja merupakan usia yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya, dan memerlukan   pengarahan dan pengawasan yang baik  dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi,  khususnya tentang akibat – akibat perilaku seks pranikah maka mereka sulit mengendalikan rangsangan - rangsangan dan banyak kesempatan seksual pornografi melalui media massa yang membuat remaja melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui resiko -resiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak dinginkan  dan infeksi seksual.Kegiatan ini bertujuan untuk membantu meningkatkan  penegetahuan  siswa dan siswi khususnya di SMKS Pasundan Jatinangor  tentang seks edukation.  Metode yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah penyuluhan dengan tatap muka. Hasil kegiatan ini adalah adanya peningkatan yaitu 48,1 point . Kesimpulan Adanya peningkatan pengetahuan  siswa/siswi SMKS Pasundann tentang seks edukation , sehingga diharapkan , para remaja terhindar dari dampak seks bebas dan memahami dampak dari seks bebas sehingga dapat hidup dengan sehat  dan mengikuti pendidikan dengan semangat. Kata Kunci:  Remaja, Seks, Seks Education ABSTRACT Adolescents are an age that has begun to develop sexual maturity, and requires good guidance and supervision from parents regarding reproductive health, especially regarding the consequences of premarital sexual behavior, so it is difficult for them to control sexual stimulation and many pornographic opportunities through the mass media that make teenagers carry out sexual behavior freely without knowing the risks that can occur, such as unwanted pregnancy and sexual infections. This activity aims to help increase the knowledge of students and girls, especially at Pasundan Jatinangor Vocational School, about sex education. The method used in this activity is face-to-face counseling. The result of this activity was an increase of 48.1 points. Conclusion: There is an increase in the knowledge of Pasundann Vocational School students about sex education, so it is hoped that teenagers will avoid the impacts of free sex and understand the impacts of free sex so they can live healthily and participate in education with enthusiasm. Keywords: Teenagers, Sex, Sex Education.ave 
PENERAPAN MANAJEMEN HALUSINASI DENGAN PSIKORELIGIUS PADA KLIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI Iceu Amira; Hendrawati Hendrawati; Indra Maulana; Sukma Senjaya
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 23, No 2 (2023)
Publisher : LPPM Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jkbth.v23i2.1024

Abstract

Abstrak Halusinasi termasuk gejala yang paling sering muncul pada pasien dengan gangguan jiwa. Seseorang dengan halusinasi sering kali menunjukkan perilaku agresif seperti marah, merasa tertekan, tidak dapat melakukan aktivitas dasar sehari-hari, menarik diri dari lingkungan bahkan resiko terjadinya bunuh diri. Intervensi keperawatan terhadap pasien tidak selalu mengandalkan secara farmakologi namun diberikan secara non- farmakologi yaitu melalui pendekatan religius atau keagamaan yang dikenal sebagai psikoreligius. Tujuan dilakukannya penelitian tesebut yaitu untuk melihat jenis terapi psikoreligus yang diterapkan pada pasien halusinasi. Studi literatur ini menggunakan desain berupa narrative review dengan menggunakan databased PubMed dan search engine google schoolar proses seleksi artikel dengan menggunakan diagram PRISMA flowchart sehingga ditemukan 8 artikel yang relevan. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa terapi psikoreligius berpengaruh terhadap pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi. Terdapat berbagai cara dalam terapi psikoreligius yang digunakan dalam mengontrol gangguan persepsi sensori: halusinasi, yaitu dengan dzikir, dzikir dengan lima jari, membaca surat al-fatihah, dan membaca kitab suci Al-Qur’an. Kata Kunci:Pasien, Halusinasi, Terapi Psikoreligius 
INTERVENSI PENCEGAHAN BUNUH DIRI PADA REMAJA: LITERATURE REVIEW Hendrawati Hendrawati; Iceu Amira; Indra Maulana; Sukma Senjaya
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 23, No 2 (2023)
Publisher : LPPM Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jkbth.v23i2.1084

Abstract

Bunuh diri diartikan sebagai tindakan secara sengaja untuk mengakhiri kehidupannya sendiri. Bunuh diri dapat terjadi di setiap rentang usia dan menjadi yang menyebabkan kematian  kedua terbesar,  pada anak usia 15-29 tahun secara global pada tahun 2019. Tragedi bunuh diri dapat memengaruhi dan berefek jangka panjang pada orang-orang yang ditinggalkan serta berimbas kepada keluarga, komunitas, dan seluruh negara. Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui intervensi yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan bunuh diri pada remaja. analisis literatur yang digunakan  adalah Scoping review, pencarian artikel penelitian menggunakan tiga database google scholar,Pubmed dan EBSCO dari  tahun 2015-2020 ,dengan perolehan 189 artikel sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Setelah dilakukan screening judul, abstrak dan kriteria inklusi dipilih 7 artikel yang sesuai. Ke tujuh artikel diambil dengan rincian 4 artikel berbahasa Inggris dan 3 artikel berbahasa indonesia. Artikel tersebut berasal dari berbagai database, 4 artikel dari google scholar, 2 artikel dari Pubmed dan 1 artikel dari EBSCO Dalam artikel tersebut ditemukan 7 intervensi yang dapat dilakukan pada remaja dengan resiko bunuh diri yaitu MFHA, Teen Mental Health First Aid, Pelatihan Rise and Shine, program SPIRIT, program training non-mental health professional, terapi suportif dan program SAFETY . Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah bunuh diri pada remaja, antara lain Mental Health First Aid, pelatihan teen Mental Health First Aid, Program SPIRIT (Suicide Prevention and Implementation Research Initiative), Rise and Shine sebagai bentuk psikoedukasi, pelatihan non-mental health professionals, terapi suportif dan program SAFETY. Penelitian ini sebagai masukan bagi institusi –institusi baik  pendidikan ataupun non  kependidikan  dalam mencegah terjadinya bunuhdiri. 
Gambaran Tingkat Kecerdasan Emosional Mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Gendis Fujiyastuti; Indra Maulana; Sri Hendrawati
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 9 (2024): Volume 6 Nomor 9 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i9.14231

Abstract

ABSTRACT Caring is the basis of nursing care. Caring behaviour based on emotional intelligence can enhance the quality of health services and support the provision of nursing services according to the client's expectations. This study aimed to determine the level of emotional intelligence of clinical nursing students in the Faculty of Nursing, Universitas Padjadjaran (Unpad). This study used a quantitative descriptive method. The research population was students of the Nursing Profession Program, Faculty of Nursing Unpad batch 42 and 43 (N=193). The sampling technique used total sampling in the form of an online survey using Google Forms with a response rate of 81.3%. The instrument used the Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), translated into Indonesian by Febriana dan Fajrianthi (2021). Data were analyzed using univariate descriptive analysis presented with a frequency distribution table. The findings of this study are significant, revealing that most clinical nursing students demonstrate moderate (60.5%) to high (39.5%) levels of emotional intelligence, with no students falling into the low category. Specifically, students exhibit moderate emotional intelligence, well-being, self-control, sociability, and emotionality. It suggests that students possess a solid foundation of emotional intelligence, which can be further enhanced through education, such as training, activities, or positive experiences. The research concludes that clinical nursing students in the Faculty of Nursing Unpad have medium and high levels of emotional intelligence. This research can be a reference for further researchers to develop research on other factors affecting students' emotional intelligence. Keywords: Academic Stress, Clinical Nursing Student, Emotional Intelligence.  ABSTRAK Caring merupakan dasar melakukan asuhan keperawatan. Perilaku caring yang didasari kecerdasan emosional dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan mendukung pemberian pelayanan keperawatan sesuai harapan klien.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Unpad). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Unpad angkatan 42 dan 43 (N=193). Teknik sampling menggunakan total sampling berupa survei online menggunakan Google Form dengan response rate 81,3% yaitu sebanyak 157 mahasiswa. Instrumen menggunakan Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF) yang dialihbahasakan dalam bahasa Indonesia oleh Febriana dan Fajrianthi (2021). Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif univariat yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan emosional pada kategori sedang (60,5%), kategori tinggi (39,5%), dan tidak terdapat mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Mahasiswa secara umum memiliki dimensi kecerdasan emosional well-being, self-control, sociability, dan emotionality pada kategori sedang. Artinya mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang cukup baik dan bisa dioptimalkan lagi karena pada dasarnya kecerdasan emosional dapat berkembang dan dibentuk melalui pendidikan, baik berupa pelatihan, kegiatan atau pengalaman yang positif. Kesimpulan penelitian adalah secara umum mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Unpad memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang dan tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian mengenai faktor lain yang dapat berpengaruh pada kecerdasan emosional mahasiswa. Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Mahasiswa Profesi Ners, Stres Akademik.