Dyah Wulan Sumekar
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas Lampung, Bandar Lampung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Nyeri Punggung pada Operator Komputer Akibat Posisi dan Lama Duduk Sumekar, Dyah Wulan; Natalia, Deny
Majalah Kedokteran Bandung Vol 42, No 3
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu nyeri yang sering terjadi pada manusia adalah nyeri punggung, umumnya terjadi pada orang dewasa usia 33–55 tahun. Dari data Rumah Sakit Umum Daerah Lampung Tengah tahun 2006, tercatat 32 pasien nyeri otot dan meningkat dua tahun berikutnya. Sebagian besar penderita bekerja sebagai operator komputer. Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui pengaruh posisi dan lama duduk terhadap nyeri punggung. Jenis penelitian adalah cross sectional terhadap 120 operator komputer di Kecamatan Bandar Jaya Kabupaten Lampung. Hasil penelitian menunjukkan pada posisi duduk baik 27/65 (41,5%) mengalami nyeri punggung, sedangkan pada posisi tidak baik 11/12 (91,7%), dengan p=0,011 dan risiko 15,481 kali. Pada lama duduk >4 jam didapatkan 37/63 (58,7%) nyeri punggung, sedangkan <4 jam 1/13 (7,1%), dengan p=0,006 dan risiko 18,497 kali. Gabungan posisi dan lama duduk berpengaruh secara bermakna terhadap nyeri punggung (p=0,017 dan 0,010) dan memberikan risiko 21,400 dan 24.607 kali. Disimpulkan posisi dan lama duduk masing-masing berpengaruh dan merupakan faktor risiko terhadap nyeri punggung. Gabungan posisi dan lama duduk meningkatkan pengaruh dan risiko. [MKB. 2010;42(3):123-7].Kata kunci: Lama duduk, nyeri pungung, posisi duduk Computer Operator's Low Back Pain Caused By Sitting Position and DurationOne of the pain that often occurs in human is low back pain, usually occurs in adults aged 33-55 years. According to data at regional hospital Lampung Tengah in 2006, there were 32 patients with low back pain, and increased in the next two years. Majority of patients were computer operator. The purpose of this study was to determine the effect of sitting position and duration on low back pain. This study was cross sectional study of 120 computer operators in Bandar Jaya Disctrict of Lampung. The results showed that 27/65 (41.5%) on good sitting position group experienced low back pain, while in the bad sitting position was11/12 (91.7%), with p = 0.011 and risk value 15.481 times. In> the >4 hours sitting duration group, 37/63 (58.7%) experienced low back pain, whereas in <4 hours group was 1 / 13 (7.1%), with p = 0.006 and risk value 18.497 times. Combination of -sitting position and duration has a significant effect on low back pain (p = 0.017 and 0.010) and gave 21.400 and 24 607 times risk. In conclusion, each sitting position and duration has influence on low back pain, and is a risk factor. Combination of sitting position and duration increase its impact and risk. [MKB. 2010;42(3):123-7].Key words: Low back pain, seating duration, seating position DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v42n3.23
Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan Zuraida, Reni; Warganegara, Efrida; Sumekar, Dyah Wulan; Aprilliana, Ety
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 1 No. 1 (2015): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v1i1.1136

Abstract

Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi kesehatannya. Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak, khususnya usia sekolah dasar adalah penyakit infeksi kecacingan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramono tahun 2011 pada siswa sekolah dasar Bandarlampung didapatkan prevalensi kecacingan pada siswa sebesar 26,7%. Hal ini masih tinggi jika dibandingkan dengan target pemerintah yaitu <10%. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk peningkatan pemahaman dan perilaku siswa akan kecacingan dan mengetahui cara pengukuran status gizi. Pemecahan masalah yang diterapkan pada kegiatan ini mencakup demontrasi melihat telur cacing yang ada pada tinja manusia dengan cara melihat telur cacing tersebut dari mikroskop. Pengukuran status gizi siswa secara antropometri (umur, berat badan, tinggi badan) dan mengkategorikannya (kurus, normal, gemuk, dan obesitas) sesuai standar penilaian status gizi menurut standar pertumbuhan WHO. Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2015 di SDN 5 Merak Batin, Natar, Lampung Selatan. Kegiatan penyuluhan mengenai kecacingan pada jajanan anak sekolah ini diikuti oleh 160 orang siswa. Setelah mendapatkan penyuluhan tentang materi morfologi dan siklus hidup cacing, penyebab/cara penularan cacing serta akibat kecacingan, maka pengetahuan siswa-siswa SDN 5 Merak Batin sebagai kelompok berisiko menjadi meningkat. Penyuluhan yang berkelanjutan tentang morfologi dan siklus hidup cacing, penyebab/cara penularan cacing serta akibat kecacingan terus dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak berbahaya baik kesehatan.Kata Kunci: kecacingan, Lampung, SD, siswa.
Optimalisasi Peran Pos Pemberdayaan (Posdaya) dalam Peningkatan Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate) Tuberculosis Paru dan Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) pada Masyarakat di Kecamatan Wates, Kabupaten Lampung Tengah Saftarina, Fitria; Sumekar, Dyah Wulan; Lisiswanti, Rika
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 1 No. 1 (2015): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v1i1.1140

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Tuberkulosis masih menduduki peringkat ke-3 sebagai penyebab utama kematian di dunia. Salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur keberhasilan Program Penanggulangan TB adalah tercapainya angka penemuan penderita (case detection rate/CDR) secara bertahap mencapai 70% dari perkiraan semua penderita baru BTA positif. Berdasarkan data dari Puskesmas Wates, angka penemuan kasus baru/CDR tahun 2014 masih 56%. Angka ini masih jauh dari target yaitu 70%, untuk itu diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan CDR. Khalayak sasaran kegiatan ini adalah 30 orang anggota posdaya di Kecamatan Wates, Kabupaten Lampung Tengah. Solusi pemecahan masalah berupa pelatihan dan pemberian materi tentang TB paru, cara penularan, gejala klinis orang yang terkena penyakit TB paru, pengobatan dan pencegahan TB paru yang dilanjutkan dengan tanya jawab interaktif, serta penilaian dengan kuesioner pre-test dan post-test. Hasil kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan dengan nilai posttest seluruh peserta di atas 70%. Simpulan, pendidikan kesehatan yang berkelanjutan mengenai penyakit TB Paru dan pencegahannya perlu dilakukan secara rutin di tempat-tempat yang berisiko tinggi dan diharapkan anggota posdaya dapat menyebarkan pengetahuan anggota masyarakat kepada anggota masyarakat yang lain.Kata Kunci: bakteri tahan asam, case detection rate, pelatihan dan pendidikan kesehatan, tuberkulosis paru
Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Aktif di dalam Pencegahan Penyakit Jamur Pada Kulit Kepala Santri di Pondok Pesantren Jabal Annur Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandarlampung Wulan, Anggraeni Janar; Sumekar, Dyah Wulan; Mutiara, Hanna; Iyos, Rekha Nova
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 1 No. 1 (2015): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v1i1.1147

Abstract

Penyakit jamur pada kulit merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan mikroorganisme jamur atau fungi. Penyakit jamur tersebar di seluruh dunia. Faktor pendukung yang memacu terjadinya kasus penyakit jamur di Indonesia adalah suhu dan kelembabannya yang tinggi. Penyakit kulit mudah sekali menular dalam satu kelompok masyarakat yang berinteraksi secara erat seperti di pondok pesantren. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit jamur dan penularan antar santri. Metode yang diterapkan pada kegiatan ini adalah kegiatan yang ditujukan kearah pencegahan dengan mengadopsi konsep yang dikenalkan oleh NTG (2010) mengenai “A Healthy Skin Program” yang terdiri atas perencanaan, pelibatan komunitas dan edukasi, skreening awal, monitoring dan pencatatan. Kegiatan ini diikuti 109 peserta yang terdiri atas santriwan-santriwati kelas 1 Madrasah Tsanawiah hingga kelas 2 tingkat Aliyah. Dari kuesioner didapatkan 109 peserta kegiatan penyuluhan terdapat 92(84,4%) peserta belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit kulit dan 17(15,6%) peserta pernah mendapatkan penyuluhan. 49(44,95%) peserta yang belum pernah mendapatkan informasi dari manapun mengenai penyakit sedangkan 60(55,05%) peserta sudah pernah mendapatkan informasi mengenai penyakit jamur dari majalah, surat kabar dan televisi. Didapatkan data pula bahwa 73(66,97%) peserta belum pernah terkena penyakit kulit dan 36(33,03%). Peningkatan pengetahuandiketahui dari hasil pre-test dan post-test. Pada pre-test 33,02% memiliki pengetahuan yang kurang, 54,12% memiliki pengetahuan sedang dan 12,84% peserta memiliki pengetahuan baik. Dari hasil post-test didapatkan bahwa 61(55,97%) peserta memiliki pengetahuan sedang dan 48(44.03%) peserta memiliki pengetahuan baik. Simpulan, setelah mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit jamur pada kulit pengetahuan santri mengenai peyakit tersebut meningkat.Kata kunci: jamur, kulit, pesantren, santri
Peningkatan Pengetahuan Pencegahan Hipertensi Pada Anggota Senam Lanjut Usia di Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung Sumekar, Dyah Wulan; Wulan, Anggraini Janar; Saftarina, Fitria; Wahono, Endro Prasetyo
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 2 No. 1 (2016): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v2i1.1157

Abstract

Angka Harapan Hidup di Indonesia, khususnya di Provinsi Lampung mengalami peningkatan. Semakin tingginya Angka Harapan Hidup merujuk pada semakin meningkatnya kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat. Akan tetapi, peningkatan Angka Harapan Hidup juga meningkatkan penyakit-penyakit degeneratif, diantaranya adalah hipertensi. Di sisi lain diketahui bahwa terdapat beberapa faktor risiko hipertensi yang dapat dicegah, sehingga dapat mengurangi risiko hipertensi atau efek dari hipertensi. Faktor risiko yang dapat dicegah diantaranya adalah pola makan yang kurang sesuai dan kurangnya aktivitas fisik. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan pencegahan hipertensi di Puskesmas Rajabasa, khususnya pada anggota senam lanjut usia. Pengabdian dilakukan dengan memberikan penyuluhan mengenai hipertensi, menu makan yang sesuai bagi penderita hipertensi, self-monitoring dan aktivitas fisik. Pada kegiatan pengabdian ini juga diberikan buku menu dan resep makanan yang sesuai bagi penderita hipertensi serta buku self-monitoring. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan para anggota senam lanjut usia di Puskesmas Rajabasa Indah tentang hipertensi. Oleh karena itu, penyuluhan yang kontinu diperlukan untuk peningkatan pengetahuan secara berkelanjutan. Penyuluhan dapat dilakukan melalui media yang telah ada seperti posyandu maupun pos kesehatan kelurahan.Kata kunci: pencegahan, hipertensi, lanjut usia