This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
DR Sunarto
Unknown Affiliation

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

REPRESENTASI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA RUBRIK “NAH INI DIA” DI SURAT KABAR POS KOTA (ANALISIS WACANA SARA MILLS) Yunni Wulan Ndari; Lintang Ratri Rahmiaji; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas
Interaksi Online Vol 3, No 2: April 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.883 KB)

Abstract

Skripsi ini melihat bagaimana representasi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang ada pada rubrik “Nah Ini Dia” di Surat Kabar Pos Kota. Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis wacana Sara Mills. Tujuan skripsi ini adala h menjelaskan bagaimana strategi teks pemunculan korban KDRT, melihat viktimisasi korban KDRT yang ditampilkan dalam rubrik ini serta mengetahui ideologi dominan apa yang melatarbelakanginya. Hasil dari skripsi ini menunjukkan bahwa kemunculan korban KDRT dilakukan melalui empat tahap yaitu konstruksi karakter lelaki dan perempuan dalam teks pemberitaan (character), penggambaran bagian tubuh perempuan (fragmentation), sudut pandang gender (focalization) dan bagaimana ideologi dominan yang ada tumbuh dalam perbedaan gender. Adapun viktimisasi korban KDRT dilakukan dengan menggunakan bahasa dan ekpresi humor yang membuat KDRT sebagai hiburan bagi pembaca dan bukannya sebagai masalah serius, penyudutan korban KDRT, dan terakhir memanfaatkan konstruksi sosial budaya. Sedangkan ideologi patriarki dan ekonomi politik media adalah ideologi dominan yang melatarbelakangi representasi korban KDRT.
REPRESENTASI NILAI-NILAI METROSEKSUAL DI DALAM MAJALAH MEN’S GUIDE Ricki Apriliono; Adi Nugroho; Dr Sunarto; Turnomo Rahardjo
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.889 KB)

Abstract

Meningkatnya jumlah pria metroseksual merupakan angin besar bagi industri fashion dan sekitarnya, khususnya yang memproduksi item khusus pria. Zaman dahulu, produk pria hanya terbatas pada pakaian, tetapi lihat sekarang, dengan semakin boomingnya fenomena metroseksual maka tersedia pusat kecantikan bagi pria, produk-produk perawatan untuk pria, make up untuk pria, serta majalah-majalah khusus pria. Majalah Men’s Guide merupakan salah satu diantara banyaknya majalah khusus pria di Indonesia yang menawarkan life style baru yang berlawanan dengan sosok pria dalam budaya patriarki yang melihat sosok pria seharusnya kuat, rasional, kasar, ceroboh serta pria yang terpola menghadapi pekerjaan yang memerlukan tenaga dan tidak mementingkan penampilan luarnya.Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika dari tokoh Charles Sanders Peirce. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Majalah Men’s Guide merepresentasikan nilai-nilai metroseksual yang digambarkan oleh sosok figure dalam artikel Profile Guide.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai metroseksual yang direpresentasikan oleh Majalah Men’s Guide digambarkan dari sosok pria yang menjadi bahasan dalam artikel Profile Guide sebagai pria yang menjaga penampilan dirinya, berkarakter sensitif dan lembut yaitu terlihat dari peduli terhadap permasalahan sosial dan ramah terhadap semua orang, memiliki kecakapan komunikasi dan interpersonal yang baik terhadap semua orang baik pria maupun wanita, terlihat dari mereka dinobatkan sebagai pemenang dalam ajang male pageant yang diselengggarakan dan membawa visi misi untuk menginspirasi masyarakat luas agar bergaya hidup sehat. Majalah Men’s Guide melalui artikel Profile Guide menekanan pria untuk memperhatikan penampilan dirinya dengan memiliki tubuh atletis ideal yang didapatkan dari gemarnya olahraga gym di pusat kebugaran (fitness center),  serta memperhatikan gaya busana yang dikenakan agar terlihat fashionable. Kata Kunci : Representasi, Majalah, Pria Metroseksual, Semiotika
Pemaknaan Peran Perempuan di Parlemen(Analisis Semiotika dalam Berita Online Tempo.co dan Kompas.com) Niken Siregar; Much. Yulianto; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas Sulistyani
Interaksi Online Vol 3, No 3: Agustus 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.051 KB)

Abstract

Penelitian ini berdasarkan pada tidak tercukupinya kuota 30% pada kebijakanaffirmative action. Kurangnya keterwakilan perempuan di kursi parlemendiakibatkan oleh rendahnya tingkat elektabilitas perempuan. Media sebagai saranainformasi dan edukasi memberitakan perempuan di parlemen dengan tidakseimbang. Pemberitaan tentang perempuan di parlemen tidak berkaitan dengankontribusi dan potensi perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat posisiperempuan yang ditampilkan melalui teks berita dari kedua portal berita tersebutdan menjelaskan ideologi dominan yang melatarbelakangi terjadinyapenggambaran perempuan tersebut.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang merujuk padaparadigma kritis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori EkologiMedia, konsep cultural studies, dan konsep feminisme liberal. Teknik analisisyang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes yang mengacu padalime kode pembacaan. Subjek penelitian yaitu sepuluh teks dari portal beritaonline Tempo.co dan Kompas.com.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam teks berita online tersebutpemberitaan perempuan tidak fokus pada hasil kontribusi perempuan pada saatmenjabat sebagai anggota parlemen. Berita perempuan di parlemen tidaktermasuk dalam berita headline atau berita utama. Pemberitaan tentangperempuan lebih banyak masuk dalam kategori berita hiburan. Kontribusi danpencapaian perempuan di parlemen hanya dibahas sekilas dalam berita, yangmenjadi fokus dalam pemberitaan yaitu kehidupan pribadi, penampilanperempuan, dll. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam pemberitaan tersebutmenggunakan bahasa yang bermakna halus tetapi kesan yang timbul dalam beritajustru negatif. Terdapat modal ekonomi, modal sosial dan modal kultural dalampemberitaan peran perempuan di parlemen. Modal yang paling sering munculdalam pemberitaan tersebut yaitu modal kultural, dimana penampilan dan statusperempuan menjadi syarat penting untuk menjadi anggota legislatif. Pemberitaanmenampilkan seolah-olah perempuan tidak mampu duduk di kursi parlemen tanpamodal-modal tersebut.
Pengalaman Komunikasi Fans JKT48 dalam Fandom JKT48 Widya Nur Hidayati; Turnomo Rahardjo; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas
Interaksi Online Vol 3, No 2: April 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.23 KB)

Abstract

Penelitian ini mendalami tentang pengalaman fans musik pop yang sedang marak di Indonesia. Umumnya masyarakat akan melihat fans musik sebagai sekumpulan orang-orang yang mempunyai dunia sendiri dan susah bergaul dengan orang yang tidak sekelompok dengan mereka. Fans JKT48 misalnya. Mereka dianggap sebagai kelompok yang unik di mata masyarakat karena kebiasaan-kebiasaan mereka yang terlihat berbeda dalam fans musik pop di Indonesia pada umumnya. Pengalaman komunikasi fans JKT48 dalam fandom JKT48 yang dibahas dalam penelitian ini akan menjawab kebiasaan mereka dan aktivitas mereka sebagai fans JKT48Pengalaman komunikasi yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berupaya untuk menjelaskan pengalaman fans JKT48 dalam fandom JKT48. Didukung oleh Teori Musik Pop dan Fans dari Tim Wall, dan Teori Konsumerisme dari Matt Hills.Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa perilaku fans terhadap JKT48 bersifat obsesif dan kolektif. Fans merasa bahwa JKT48 adalah bagian dari semangat mereka dalam aktivitas keseharian, Perilaku konsumsi mereka terhadap JKT48 berupa konser, teater, atau hasil karya mereka yang berbentuk CD, DVD atau foto juga berlandaskan keinginan dasar mereka sebagai sifat fans sebagai kolektor dan sebagai pihak yang jatuh cinta terhadap JKT48. Fans JKT48 menjadi sebuah kelompok yang berperilaku konsumtif terhadap hal JKT48 Fans juga mempunyai kode etik antar fans yang harus dipatuhi untuk menjaga perasaan antar fans dan tidak menimbulkan kekacauan dalam fandom.
Resistensi dari Objektifikasi Terhadap Perempuan Dalam Novel The Sinden Karya Halimah Munawir Yuyun Octaviani Budiarti; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.121 KB)

Abstract

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki struktur yang bermakna dan menggunakan bahasa sebagai medianya. Selain merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan sekaligus menyebarkan ideologi kepada masyarakat novel juga dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan perlawanan terhadap suatu konstruksi dominan di masyarakat. Stereotip pada sinden merupakan produk konstruksi sosial di masyarakat yang menempatkan sinden pada posisi subordinat. Melalui novel The Sinden, penulis Halimah Munawir ingin menunjukkan adanya sebuah perlawananterhadap konstruksi negatif dari sosok sinden.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana bentuk perlawanan dari objektifikasi terhadap perempuan sinden dalam novel The Sinden karya Halimah Munawir, serta mengungkap gagasan residual konstruksi dominan yang negatif di dalam novel. Teori yang digunakan adalah teori standpoint dan teori feminis radikal kultural dan teori resistensi. Metode yang digunakan adalah analisis semiotik naratif A.J Greimas, yaitu dengan analisis struktur cerita dan analisis struktur dalam untuk mendapatkan makna yang terdapat di dalam teks.Hasil penelitian menunjukkan adanya bentuk perlawanan yang dilakukan sinden dengan cara terbuka. Perempuan berusaha melawan opresi laki-laki dari objek tatapan dan objek seksualnya, dengan melarikan diri dan menolak menjadi seorang selir, menolak menjadi objek tatapan serta objek hasrat seksual laki-laki. Objektifikasi seksualitas perempuan mereduksi kaum perempuan menjadi pasif dan objek gender (hasrat, eksploitasi, siksaan). Oleh karenanya, pembebasan perempuan dari opresi hanya dapat dilakukan melalui penghancuran ideologi patriarki yang menjadi gagasan residual di dalam novel. Gagasan residual masih menempatkan laki-laki berada di posisi dominan sehingga dapat melakukan kontrol seksualitas atas perempuan. Kata kunci: resistensi, objektifikasi, perempuan sinden, novel
ANALISIS ISI SIKAP MAJALAH HIJABELLA MENGENAI FENOMENA PERKEMBANGAN HIJAB Intan Maylani S.D.; Dr Sunarto; Wiwid Noor Rakhmad; Primada Qurrota Ayun
Interaksi Online Vol 3, No 3: Agustus 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.344 KB)

Abstract

Skripsi ini melihat bagaimana sikap media dalam majalah Hijabella yang ada pada setiap informasi mengenai fenomena perkembangan hijab. Skripsi ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode analisis isi. Tujuan skripsi ini adalah mendeskripsikan bagaimana sikap majalah Hijabella dan Republika mengenai fenomena perkembangan hijab. Teori yang digunakan adalah teori Agenda Setting sebagai dasar kategorisasi sikap media. Populasi penelitian ini adalah seluruh informasi dalam majalah Hijabella edisi Juli hingga Oktober 2014 dipilih informasi yang memuat tentang hijab menggunakan teknik sampel sembarang. Teknik analisis data menggunakan uji reliabilitas antarkoder.Hasil uji reliabilitas antar koder diperoleh temuan penelitian menunjukan sikap majalah Hijabella, dari 10 informasi menunjukkan adanya sikap media pada majalah Hijabella. Berdasarkan kategorisasi yang meliputi ukuran informasi, halaman penempatan informasi, pengulasan isi, bentuk informasi, data pendukung, cover both side, penulisan judul, pengungkapan isi, penulisan narasumber, penyebutan aribut penggunaan hijab, dan sudut pandang. Jadi, dalam penelitian tentang analisis isi sikap majalah Hijabella mengenai fenomena perkembangan hijab dapat disimpulkan bahwa Hijabella memiliki sikap media yang memihak. Memihak memiliki pengertian bahwa media dalam menampilkan isi informasi atau penyebutan narasumber dengan satu pihak.
Naturalisasi Transgender dalam Film Lovely Man Afra Widyawiratih Arini; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.968 KB)

Abstract

Film merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan ideologi ke masyarakat. Film merepresentasikan beberapa kejadian di dunia nyata.Film Lovely Man adalah film yang menggambarkan naturalisasi transgender.Kehidupan transgender sama seperti kehidupan masyarakat dominan, tidak ada yang berbeda. Heteronormativitas tidak memberikan ruang gerak yang bebas bagi gender lain selain dua gender dominan, yakni laki-laki dan perempuan. Terdapat 26 leksia dalam penelitian ini, dari leksia dipilih berdasarkan tujuan penelitian.Tujuan penelitian ini adalah bagaimana teks film Lovely Man dalam melakukan naturalisasi transgender dan mengetahui nilai-nilai dalam kultur dominan (heteronormatif) dalam film Lovely Man.Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes secara sintagmatik dan paradigmatik. Pada analisis paradigmatik menggunakan lima kode pokok pembacaan teks dari Roland Barthes. Naturalisasi dapat dilihat melalui makna sintagmatik dan paradigmatik dengan menunjukkan bahwa tokoh waria dalam film ini juga memiliki relasi hubungan keluarga yang normal sama seperti keluarga heteroseksual lain. Mitos dan ideologi membangun dan menaturalkan intepretasi tertentu secara khas dan historis dengan menunjukkan ikatan emosional antara ayah dan anak, panggilan orang tua “bapak” dan hubungan antara ayah dan anak. Panggilan “bapak” menunjukkan pada film ini ingin meleburkan status seorang bapak tidak hanya dilihat dari sisi biologisnya saja, tapi dilihat dari perannya sebagai seorang ayah. Namun disisi lain, film ini tidak bisa lepas dari heteronormativity yang ada. Waria masih terbelenggu dalam gender yang mereka yakini yakni transgender, namun dalam perannya sebagai pekerja seksual waria harus berperan sebagai peran feminin. Merubah bentuk tubuh dengan melakukan operasi plastik dengan menunjukkan adanya peran laki-laki dan wanita salah satu bentuk dalam teks film yang tidak bisa melepaskan heteronormativity.Kata kunci : transgender, heteronormativas, naturalisasi, film
Analisis Bingkai: Konstruksi Koruptor di Majalah Detik Rossa Oktaviyani; Hapsari Dwiningtyas; Dr Sunarto; Turnomo Rahardjo
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.023 KB)

Abstract

Media massa cenderung menggambarkan perempuan pelaku kejahatan seperti pembunuhanmaupun pelecehan seksual dengan menonjolkan penderitaan mental, psikologis dan cacatfisik. Lain halnya jika laki-laki yang melakukan tindak kejahatan, media lebih berfokus padakorbannya, motif pelaku, atau modus kejahatannya. Fenomena yang terjadi sekarang adalahbanyaknya perempuan yang bekerja di sektor publik namun melakukan tindak kejahatankorupsi. Media sebagai sumber informasi turut mengambil andil dalam membentukkonstruksi masyarakat tentang para koruptor iniPenelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana sikap Majalah Detikdalam mengemaspemberitaan laki-laki dan perempuan pelaku korupsi. Teori yang digunakan diantaranya teorikonstruksi realitas sosial, teori konstruksi sosial media massa, konsep media and crime danmaskulinitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatananalisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing model inidibagi menjadi empat struktur, yaitu: struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Berdasarkan struktur sintaksis diperoleh frame yang menunjukkan perempuanmanipulator kalah yang sedang menjalani karma dan laki-laki playboy yang bersalah namunmasih berani melawan. Struktur skrip diperoleh frame perempuan manipulator yang jelasbersalah dan sedang menjalani karma dan laki-laki agresor masih berani melawan. Strukturtematik diperoleh frame perempuan manipulator kalah yang sedang menjalani karma danlaki-laki agresor masih berani melawan. Struktur retoris diperoleh frame perempuan cantikyang tidak benar sebagai simbol komersialisme yang sedang menjalani karma dan laki-lakiplayboy yang bersalah namun masih berani melawan. Dari keempat struktur tersebut dapatdiperoleh frame utama yaitu perempuan pelaku korupsi layak mendapatkan hukumansedangkan bagi laki-laki pelaku korupsi frame utamanya adalah laki-laki yang masihmemiliki kekuatan untuk melawanKata kunci: framing, konstruksi, korupsi, Majalah Detik
Normalisasi Relasi Homoseksual dalam Film Arisan! 2 Stella Natalia; Dr Sunarto; Lintang Ratri Ramiaji; Hapsari Dwiningtyas
Interaksi Online Vol 2, No 3: Agustus 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.943 KB)

Abstract

Film merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikanpesan dan ideologi ke masyarakat. Film merepresentasikan beberapa kejadian didunia nyata. Film Arisan! 2 adalah film yang menggambarkan normalisasi relasihomoseksual. Kehidupan homoseksual sama seperti kehidupan masyarakatdominan, tidak ada yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah merepresentasikannormalisasi relasi homoseksual dalam film Arisan! 2 dan merepresentasikanheteronormativity yang ada dalam film Arisan! 2.Penelitian ini juga menunjukkan bahwa homoseksual dapat diterima dikalangan menengah ke atas. Komunikasi ditandai dengan kamera, dialog, danideologi di film. Penelitian ini digunakan teori Queer dan metode penelitian dariRoland Barthes dengan lima kode pembacaan untuk mengetahui ideologi dalamfilm ini. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa homoseksual belum bisa terlepasdari heteronormativity yang ada. Heteronormativity hanya menerimaheteroseksual sebagai orientasi seksual yang ada, walau film ini sudah berusahamerepresentasikan secara nyata normalisasi relasi homoseksual.Kata kunci : Semiotika, Barthes, Film, Homoseksual, Heteronormativitas
Resistensi Terhadap Konstruksi Dominan Homoseksual dalam Film Coklat Stroberi Vivitri Endah Andriani; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.41 KB)

Abstract

Film merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan sekaligus menyebarkan ideologi kepada masyarakat. Film juga dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan perlawanan terhadap suatu konstruksi dominan di masyarakat. Melalui film Coklat Stroberi, sutradara Ardy Octaviand ingin menunjukkan adanya bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh figur homoseksual terhadap konstruksi dominan di masyarakat dan mempresentasikan logika kebenaran yang di munculkan oleh film terkait dengan adanya perlawanan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Roland Barthes melalui tahapan analisis sintagmatik dan paradigmatik dengan menggunakan lima kode pokok pembacaan teks. Teori Resistensi James C. Scott digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk perlawanan yang terdapat di dalam film. Penelitian ini menunjukkan hasil, bahwa perlawanan yang dilakukan homoseksual baik secara sembunyi-sembunyi (mempertahankan orientasi seksual) dan terbuka (berpelukan, ciuman, bergandeng tangan), berhujung pada penerimaan lingkungan sosial homoseksual. P enerimaan masyarakat terhadap homoseksual menunjukkan adanya ideologi liberalisme di dalam lingkungan masyarakat yang toleran terhadap homoseksual.Pengungkapan identitas (coming out) yang dilakukan homoseksual mendapatkan penolakkan maupun penerimaan. Penolakkan yang datang dari orang tua homoseksual menunjukkan masih adanya pemikiran dominan heteronormativitas di dalam film. Penerimaan terhadap figur homoseksual datang dari teman-teman dan lingkungan masyarakat yang berasal dari kalangan atas, penerimaan tersebut mengacu pada penggunaan teori Queer Judith Butler yang menganggap identitas sebagai sesuatu yang bersifat cair. Terdapat naturalisasi yang ditunjukan dengan adanya pemikiran stereotip homoseksual ( gay), dimana homoseksual ditampilkan dengan karakter feminin yang terlihat dari pakaian, gesture tubuh serta ekspresi. Film ini juga menunjukkan adanya logika kebenaran, bahwa menjadi seorang homoseksual merupakan pilihan mengenai orientasi manusia dalam memenuhi kebutuhan secara seksual. Selain itu, perlawanan melalui identitas dan menampilkan kemesraan homoseksual menciptakan suatu mitos, salah satu diantaranya adalah mitos bahwa homoseksual bukanlah suatu penyimpangan dan penyakit yang dapat ditularkan dalam lingkungan sosialnya. Kata kunci : Film, Resistensi, Semiotika, Homoseksual, Identitas