I Wayan Suranadi
Department Of Anesthesiology, Pain Management, And Intensive Care, Faculty Of Medicine, Udayana University, Sanglah General Hospital, Denpasar-Bali, Indonesia

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Anesthesia Considerations in Patients with Heart Failure who will Undergo Glioblastoma Tumor Removal Surgery Suranadi, I Wayan; Adistaya, Anak Agung Gde Agung; Jeanne, Bianca
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24244/jni.v14i2.653

Abstract

Perioperative complications in neurosurgery encompass a range of issues, including hemodynamic instability, significant bleeding, extended procedure durations, and unusual patient positioning. Additionally, fluctuations in carbon dioxide levels, whether hypercapnia or hypocapnia, can contribute to secondary brain injury. Hemodynamic instability is particularly likely during critical moments such as laryngoscopy and intubation, head pins, and the manipulation of the scalp, bone, and dura mater. Patients with congestive heart failure (CHF) and other cardiovascular comorbidities require special attention throughout the entire surgical process, from the preoperative period through to postoperative care. Here, we present a case study on the successful anesthesia management of a patient with moderate heart failure undergoing glioblastoma tumor removal surgery. This case underscores the necessity of individualized anesthetic approaches and vigilant monitoring to minimize risks and ensure patient safety in complex neurosurgical procedures. The main goal of anesthesia in CHF patient undergo neurosurgical procedure are to maintain cerebral perfusion pressure, decrease Intracranial Pressure, Cardiovascular monitoring, maintain hemodynamic stability using vasopressor, inotrope, and fluid balance, and special consideration of position and long surgical time. By carefully managing these perioperative challenges, we can improve outcomes for patients with significant comorbidities undergoing high-risk surgeries.
RENAL RESISTIVE INDEX (RRI) GUIDED BY ULTRASOUND (USG) AS A DIAGNOSTIC PREDICTOR OF ACUTE KIDNEY INJURY IN SEPSIS PATIENTS Satria Pinanditas S; Putu Agus Surya Panji; I Made Gede Widnyana; I Wayan Suranadi; Tjahya Aryasa EM; I Made Agus Kresna Sucandra; Made Wiryana; Tjokorda Gde Agung Senapathi
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i1.27245

Abstract

This study is an observational analytical study with a cross-sectional design conducted in the intensive care unit of RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah from January 2024 until completion. The study population consisted of patients aged 18-65 years who met the criteria for sepsis diagnosis without chronic kidney disease. Data analysis was performed using SPSS version 26, including descriptive analysis, ROC curve, diagnostic test, and correlation analysis. The mean RRI at 0 hours was ±SB 0.78±0.68 cm/s for the AKI group and ±SB 0.60±0.08 cm/s for the non-AKI group. The mean RRI at 6 hours was ±SB 0.77±0.65 cm/s for the AKI group and ±SB 0.60±0.08 cm/s for the non-AKI group. The cut-off point for RRI at 0 hours was ?0.70 cm/s, with a sensitivity of 84.6%, specificity of 88.9%, accuracy of 86.4%, PPV of 91.7%, and NPV of 80%, with a relative risk of AKI of 4.58 times (95% CI 1.89-11.10; P<0.001). Meanwhile, for RRI at 6 hours, the cut-off point was also ?0.70 cm/s, with a sensitivity of 88.5%, specificity of 88.9%, accuracy of 88.6%, PPV of 92%, NPV of 84.2%, and a relative risk of AKI of 5.83 times (95% CI 2.05-16.56; P<0.001). The correlation coefficient between RRI at 0 hours and serum creatinine was r=0.380, p=0.011, while for RRI at 6 hours, it was r=0.393, p=0.008. RRI at 0 hours showed a correlation with urine production with r=-0.428, p=0.004, while for RRI at 6 hours, it was r=-0.540, p<0.001. In conclusion, RRI guided by ultrasound is a good diagnostic predictor for acute kidney injury in sepsis.
Manajemen Anestesi Intraoperatif pada Pasien Pediatri dengan Eventrasio Diafragmatica Kurniyanta, I Putu; Suranadi, I Wayan; Paskalis, Timothy
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i2.57735

Abstract

Eventrasi diafragma merupakan kondisi akibat muskularisasi diafragma yang tidak sempurna, menghasilkan jaringan membran tipis yang dapat mengganggu fungsi pernapasan. Kejadian kondisi ini sulit diperkirakan karena sering muncul bersamaan atau salah didiagnosis sebagai hernia Bochdalek. Pada kasus berat, eventrasi diafragma dapat menyebabkan hipoplasia paru dan gangguan pernapasan yang signifikan pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas prosedur plikasi diafragma dalam meningkatkan fungsi paru pada pasien dengan eventrasi diafragma berat. Metode yang digunakan adalah tinjauan literatur terhadap berbagai teknik pembedahan, termasuk torakotomi terbuka, bedah torakoskopi dengan bantuan video (VATS), laparoskopi, serta bedah dengan bantuan robot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plikasi diafragma efektif dalam meratakan dan menurunkan posisi hemidiafragma, meningkatkan volume intratoraks, serta memperbaiki ekspansi paru. Selain itu, pendekatan minimal invasif seperti VATS dan bedah robotik memberikan keuntungan berupa pemulihan lebih cepat dan morbiditas lebih rendah dibandingkan torakotomi terbuka. Kesimpulannya, plikasi diafragma merupakan prosedur yang direkomendasikan untuk pasien dengan eventrasi diafragma berat, terutama pada mereka yang tidak responsif terhadap terapi medis. Pemilihan teknik pembedahan yang optimal serta pertimbangan anestesi yang tepat diperlukan untuk meningkatkan outcome pasien.
Kombinasi Proximal Sciatic Nerve Nerve Block Dan Lumbar Plexus Block Single Shot Pada Operasi Amputasi Above Knee Dengan Gangguan Fungsi Kardiak Wardhana, Wisnu; Suranadi, I Wayan
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i7.60696

Abstract

Peripheral nerve blocks are crucial regional anesthesia techniques, particularly for patients with cardiac dysfunction who are at high risk for general anesthesia. This study aims to describe the effectiveness of combining proximal sciatic nerve block and single-shot lumbar plexus block as an anesthetic method for above-knee amputation procedures in patients with compromised cardiac function. This combination technique seeks to provide optimal pain control while minimizing hemodynamic instability often associated with general anesthesia. This is a case report involving a patient with a history of cardiac disease undergoing above-knee lower limb amputation. The results indicate that the combined block technique provided adequate anesthesia throughout the procedure, maintained hemodynamic stability, and ensured faster and safer postoperative recovery. This approach is recommended as a safe and effective anesthetic alternative for high-risk patients with cardiac dysfunction.
Efektivitas dan Risiko Pemberian Antibiotik Profilaksis Ceftriaxone pada Pasien Cedera Otak Akut: Tinjauan Naratif Pita, Mora Lesmana; Suranadi, I Wayan; Nada, I Ketut Wibawa
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 3 (2025): JATI Desember 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ygnrw562

Abstract

Cedera otak akut merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada pasien trauma dan sering disertai komplikasi infeksi nosokomial seperti ventilator-associated pneumonia (VAP) dan meningitis. Penggunaan antibiotik profilaksis, termasuk ceftriaxone, banyak diterapkan untuk mencegah komplikasi tersebut karena spektrum kerjanya yang luas dan kemampuannya menembus sistem saraf pusat. Namun, efektivitas dan dampak terhadap resistensi antimikroba masih menjadi perdebatan, terutama dalam konteks praktik intensif dan bedah saraf. Tinjauan naratif ini bertujuan untuk menilai efektivitas, keamanan, dan implikasi klinis pemberian ceftriaxone sebagai antibiotik profilaksis pada pasien cedera otak akut. Berdasarkan hasil uji klinis acak dan kajian sistematis, ceftriaxone menunjukkan penurunan kejadian VAP dini sebesar 14% dibandingkan 32% pada kelompok kontrol, tetapi tidak menunjukkan manfaat signifikan terhadap pencegahan meningitis atau infeksi luka operasi. Beberapa studi juga melaporkan peningkatan risiko resistensi bakteri akibat pemberian berkepanjangan. Hasil sintesis ini menegaskan pentingnya pendekatan selektif dalam pemberian antibiotik profilaksis dengan mempertimbangkan risiko infeksi dan prinsip antimicrobial stewardship. Pesan utama dari tinjauan ini adalah perlunya kebijakan penggunaan antibiotik yang lebih rasional dan penelitian prospektif untuk menentukan populasi pasien yang paling diuntungkan serta durasi optimal pemberian profilaksis.
Efektivitas dan Risiko Pemberian Antibiotik Profilaksis Ceftriaxone pada Pasien Cedera Otak Akut: Tinjauan Naratif Pita, Mora Lesmana; Suranadi, I Wayan; Nada, I Ketut Wibawa
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 3 (2025): JATI Desember 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ygnrw562

Abstract

Cedera otak akut merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada pasien trauma dan sering disertai komplikasi infeksi nosokomial seperti ventilator-associated pneumonia (VAP) dan meningitis. Penggunaan antibiotik profilaksis, termasuk ceftriaxone, banyak diterapkan untuk mencegah komplikasi tersebut karena spektrum kerjanya yang luas dan kemampuannya menembus sistem saraf pusat. Namun, efektivitas dan dampak terhadap resistensi antimikroba masih menjadi perdebatan, terutama dalam konteks praktik intensif dan bedah saraf. Tinjauan naratif ini bertujuan untuk menilai efektivitas, keamanan, dan implikasi klinis pemberian ceftriaxone sebagai antibiotik profilaksis pada pasien cedera otak akut. Berdasarkan hasil uji klinis acak dan kajian sistematis, ceftriaxone menunjukkan penurunan kejadian VAP dini sebesar 14% dibandingkan 32% pada kelompok kontrol, tetapi tidak menunjukkan manfaat signifikan terhadap pencegahan meningitis atau infeksi luka operasi. Beberapa studi juga melaporkan peningkatan risiko resistensi bakteri akibat pemberian berkepanjangan. Hasil sintesis ini menegaskan pentingnya pendekatan selektif dalam pemberian antibiotik profilaksis dengan mempertimbangkan risiko infeksi dan prinsip antimicrobial stewardship. Pesan utama dari tinjauan ini adalah perlunya kebijakan penggunaan antibiotik yang lebih rasional dan penelitian prospektif untuk menentukan populasi pasien yang paling diuntungkan serta durasi optimal pemberian profilaksis.