Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

KAJIAN KARAKTERISTIK KIMIA DAN SENSORIS FRUIT LEATHER BEBERAPA VARIETAS PISANG (Musa spp.) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) Ana Mufidatun Ni'mah; Bambang Sigit Amanto; Esti Widowati
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.713 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13238

Abstract

Dalam penelitian ini dibuat fruit leather beberapa varietas pisang (pisang kapas, pisang kepok kuning,dan pisang nangka) dengan variasi penambahan rumput laut (0%; 7,5%; dan 15%) dengan tujuan untukmengetahui karakteristik kimia (kadar air, kadar abu, kadar gula reduksi, dan kadar serat pangan) dankarakteristik sensoris, serta untuk mendapatkan fruit leather terbaik pada masing-masing varietas pisang yangdigunakan. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitukonsentrasi rumput laut. Masing-masing perlakuan dilakukan dua kali ulangan sampel dan tiga kali ulangananalisis. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode one way ANOVA dilanjutkan dengan DMRT apabilamatan diketahui bahwa dengansemakin tinggi konsentrasi rumput laut yang ditambahkan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar abu,kadar gula reduksi, dan kadar serat pangan pada fruit leather pisang kapas, fruit leather pisang kepok kuning,dan fruit leather pisang nangka, namun terjadi penurunan pada kadar air fruit leather semua varietas pisang.Fruit leather semua varietas pisang dari segi sensoris diterima oleh panelis dan rata-rata penambahan rumputlaut tidak berpengaruh signifikan terhadap karakteristik sensoris. Fruit leather yang terbaik pada masing-masingvarietas pisang yaitu fruit leather dengan penambahan 15% rumput laut.
KINETIKA PENGERINGAN TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) MENGGUNAKAN CABINET DRYER DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN BLANCHING Baskoro Aji Sujarwo; Bambang Sigit Amanto; Siswanti Siswanti
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.734 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.12788

Abstract

Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki banyak khasiat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses pendahuluan berupa blanching dan juga penggunaan variasi suhu pengering dapat berpengaruh terhadap kinetika pengeringan, kualitas mutu produk simplisia temuhitam dan juga efisiensi alat pengering cabinet dryer. Dari penelitian ini diketahui bahwa perlakuan suhu dan perlakuan pendahuluan blanching terhadap simplisia Temu hitam berpengaruh terhadap kinetika pengeringan. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat juga pengeringan berlangsungsampai dengan batas kadar air aman produk simplisia yaitu ≤ 10%. Kualitas mutu produk simplisia temu hitam menunjukkan bahwa penggunaan masing – masing suhu telah memenuhi standar kadar air maksimum simplisia. Untuk kadar kurkumin terbaik sebesar 8,48 % pada penggunaan suhu pengering 50C hal ini menunjukkanpenggunaan suhu tinggi pada proses pengeringan dapat mempengaruhi kandungan kurkumin dalam temu hitam. Kata kunci : Temu Hitam, Blanching, Kurkumin, Kinetika Pengeringan, cabinet dryer
OPTIMASI KADAR ß-KAROTEN PADA PROSES PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas (L.) Lam.) DENGAN MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY (RSM) Bambang Sigit Amanto; Lia Umi Khasanah; Sri Ruwanti
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 2, No 2 (2009)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.181 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.12872

Abstract

Ubi jalar oranye memiliki prospek dan peluang yang besar sebagai bahan baku industri pangan. Salah satu bentuk olahan ubi jalar yang cukup potensial dalam kegiatan industri adalah tepung ubi jalar. Tepung ubi jalar dapat menjadi pilihan yang tepat untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku berbasis lokal. Pembuatantepung ubi jalar oranye akan meningkatkan pemanfaatan serta menjadikannya sebagai salah satu sumber provitamin A, karena berpotensial mengandung ß-karoten yang cukup tinggi. ß-karoten memiliki sifat yang mudah rusak karena sinar ultraviolet, panas, kondisi asam serta kontak dengan udara atau oksigen. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kondisi proses yang optimum terhadap persentase penurunan kadar ß-karoten pada pembuatan tepung ubi jalar oranye oleh pengaruh suhu dan waktu pengeringan. Penelitian ini menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Dalam penelitian ini terdapat dua faktoryaitu suhu pengeringan yang dinyatakan sebagai variabel X 1 dan waktu pengeringan sebagai variabel X . Suhu pengeringan yang digunakan adalah suhu 50C, 60oC dan 70oC , dan waktu pengeringan yang dilakukan adalah6, 7, dan 8 jam. Hasil optimasi menggunakan Response Surface Methodology (RSM) menunjukkan bahwa kondisi proses yang optimal pada pembuatan tepung ubi jalar oranye adalah pada suhu pengeringan 58.067 C denganwaktu pengeringan 7.0794 jam dan dihasilkan persentase penurunan kadar ß-karoten yaitu sebesar 38.4904 %. Kata kunci : ß-karoten, Response Surface Methodology (RSM), ubi jalar oranyeo2
KINETIKA PENGERINGAN TEMU GIRING(Curcuma heyneana Valeton & van Zijp)MENGGUNAKAN CABINET DRYER DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN BLANCHING Bambang Sigit Amanto; Siswanti Siswanti; Angga Atmaja
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 8, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (763.623 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.12900

Abstract

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS FLAKES PISANG KEPOK SAMARINDA (Musa paradisiaca balbisiana) DENGAN SUBSTITUSI PATI GARUT Nur Aini Mahmudah; Bambang Sigit Amanto; Esti Widowati
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 10, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.534 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v10i1.17490

Abstract

Banana-based flakes has a  foible properties of less crunchy texture. The level of crispness in the products is affected by the amylose content in its material. Substitution of arrowroot starch which has relative high amylose content is expected to improve the texture and product characteristics of banana flakes. The experimental design in this study used completely randomized design (CRD) by one factor, namely the variation of substitution of arrowroot starch with comparison banana’s flour: arrowroot starch are F1 (100%:0%), F2 (95%:5%), F3 (90%:10%), F4 (85%:15%). Sensory analysis was conducted using preference test (scoring) and also ranking. The data was analyzed by One-way ANOVA method and continued with Duncan Multiple Range Test Analysis if there is a significant difference (at significance level α = 0.05). Based on the results of sensory analysis, F4 formula is a formula of the most preferred by consumers from the aspect of color, flavor, texture (crispness), and overall. Physical analysis flakes shows that F4 has the lowest hardness value (27.07 N), a maximum resistance crunchy time in milk of 5.88 minutes and the greatest water absorption 133.05%. Chemical analysis F4 flakes with composition 85% of banana flour and 15% of arrowroot starch has moisture content (wb) 3.13%, ash content (wb) 2.25%, fat content (wb) 6.84%, protein content (wb) 0.57%, carbohydrate content (wb) 87.19%, starch content 72,46%, amylose and amylopectin content of 14.01% and 1.86%, crude fiber content 1.86%.
KINETIKA DEGRADASI L-ASAM ASKORBAT PADA PROSES PASTEURISASI PUREE JAMBU BIJI (Psidium guajava) VARIETAS GETAS MERAH Bambang Sigit Amanto; Dwi Ishartani; Asiyatu Nurulaini
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 9, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.174 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v9i2.12856

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kinetika degradasiL-asam askorbat pada proses pasteurisasi puree jambu biji. Penelitian dilakukan dengan variasi suhu (65, 75 dan 85oC) dan waktu (0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit) pasteurisasi dengan dua kali pengulangan sampel dan dua kali pengulangan analisa L-asam askorbat. Analisa L-asam askorbat menggunakan metode titrasi iodometri. Data analisa L-asam askorbat diolah untuk menentukan kinetika degradasi yang terdiri dari nilai D, nilai z, nilai k dan nilai Ea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai D sebagai waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi 90% konsentrasi L-asam askorbat pada suhu 65, 75 dan 85oC berturut-turut sebesar 317,218 menit, 166,884 menit dan 157,416 menit. Nilai z yang menunjukkan kenaikan suhu yang menyebabkan pengurangan 90% nilai D sebesar 65,703oC. Nilai k yang menunjukkan konstanta kecepatan reaksi pada suhu 65, 75 dan 85oC berturut-turut sebesar 0,00726 menit-1, 0,0138 menit-1 dan 0,01463 menit-1. Nilai Ea yang menunjukkan energi minimum yang dibutuhkan untuk memulai reaksi sebesar35,517 kJ/gmol atau 8,489 kcal/gmol.Kata kunci: Puree jambu biji, kinetika degradasi, pasteurisasi, L-asam askorbat
PREDIKSI UMUR SIMPAN TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) INSTAN DI DALAM KEMASAN PLASTIK Bambang Sigit Amanto; Windi Atmaka; Dian Rachmawanti Affandi
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.362 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13568

Abstract

Jagung mempunyai potensi besar untuk ditingkatkan dan dikembangkan, baik sebagai bahan pangan,pakan maupun bahan baku industri. Salah satu bentuk produk dari jagung adalah tepung instan,yang merupakansalah satu bahan setengah jadi untuk bahan baku industri pangan dalam pengolahan lanjut. Tepung jagung instanmenjadi alternatif pengolahan berdasarkan pertimbangan tujuanpemakaian, kemudahan dalam transportasi, dan efisiensi penyimpanan. Pembuatan tepung jagung instandimaksudkan sebagai upaya menambah keanekaragaman pangan serta diversifikasi produk olahan jagung, usahapeningkatan nilai ekonomi dan pengawetan produk jagung serta kepraktisan penggunaan. Pada prinsipnyaberbagai jenis tepung mempunyai sifat higroskopis sehingga selama penyimpanan mudah mengalami kerusakanakibat penyerapan uap air dari lingkungannya. Salah satu upaya untuk memperpanjang umur simpan tepungadalah dengan pengemasan. Bahan pengemas yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik polipropilendan polietilen dengan berbagai macam ketebalan. Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptifsehingga dapat menjelaskan prediksi umur simpan tepung jagung instan yang berasal berbagai variaetas jagungpada kemasan plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi umur simpan yang paling baik adalah padapenggunaan pengemas plastik polipropilen dengan ketebalan 0,05. Umur simpan yang diperoleh denganpengemas polipropilen 0,05 untuk tepung jagung kuning instan sebesar 153 hari. Sedangkan untuk tepungjagung putih instan sebesar 107 hari.
KINETIKA PENGERINGAN CHIPS SUKUN (Artocarpus communis) DALAM PEMBUATAN TEPUNG SUKUN TERMODIFIKASI DENGAN ASAM LAKTAT MENGGUNAKAN CABINET DRYER Bambang Sigit Amanto; Godras Jati Manuhara; Ratri Rosdiana Putri
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.935 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.12796

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinetika pengeringan yaitu laju pengeringan dan kebutuhan energi pada pengeringan chips sukun, dan untuk mengetahui karakteristik (kadar air, kadar amilosa, derajat putih, viskositas, kelarutan, swellling power, gugus fungsi) tepung sukun. Perancangan penelitian menggunakan rancangan acak faktorial (RAF) yang terdiri dari dua faktor yaitu perlakuan (nonmodifikasi dan modifikasi asam laktat 1%) dan suhu pengeringan (60°C, 65°C dan 70°C). Setiap perlakuan dilakukan tiga ulangan sampel dengan dua kali ulangan analisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan dan penambahan asam laktat menyebabkan penurunan kadar air chips sukun, mempercepat laju pengeringan dan menurunkan kebutuhan energi pengeringan. Semakin tinggi suhu pengeringan dan penambahan asam laktat menyebabkan menurunnya kadar air dan derajat putih tepung sukun, meningkatnya kadar amilosa, viskositas, kelarutan dan swelling power tepung sukun. Analisis gugus fungsi (FTIR) menunjukkan adanya serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang 1735 cm -1 dari tepung sukun yang termodifikasi asam laktat.Kata kunci: kinetika pengeringan, modifikasi, suhu, sukun, tepung
KAJIAN KARAKTERISTIK ALAT PENGURANGAN KADAR AIR MADU DENGAN SISTEM VAKUM YANG BERKONDENSOR Bambang Sigit Amanto; Nur Her Riyadi Parnanto; Basito Basito
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 5, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.298 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13532

Abstract

Madu mengandung bahan gizi yang sangat essensial. Madu bukan hanya merupakan bahan pemanis, ataupenyedap makanan, tetapi sering pula digunakan untuk obat-obatan. Madu dihasilkan oleh lebah madu denganmemanfaatkan bunga tanaman. Madu memiliki warna, aroma dan rasa yang berbeda-beda, tergantung padanektar jenis tanaman. Madu Indonesia pada umumnya mengandung kadar air yang tinggi sehingga rentanterhadap fermentasi. Salah satu cara pencegahannya adalah menurunkan kadar air madu. Pada penelitian ini,penurunan kadar air madu dengan menggunakan vakum evaporator. Proses penurunan kadar air dengan vakumevaporator akan mempertahankan kandungan nutrisi dalam madu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikarakteristik alat, sifat fisikokimia dan sifat organoleptik madu yang dikentalkan dengan sistem vakumevaporator berkondensat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaituvariasi suhu (40oC, 50oC, dan 60oC). Pengujian sifat organoleptik madu dengan metode Multiple ComparationTest. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kadar air madu dengan sistem vakum evaporator dapatmempertahan kandungan gizi dalam madu. Efisiensi penguapan kadar air berturut-turut adalah 31,6 %, 33,89 %dan 39,6 %. Penurunan kadar air dengan variasi suhu 40oC, 50oC, dan 60oC membutuhkan waktu berturut-turut12 jam, 7 jam, dan 4 jam. Viskositas madu yang telah dikentalkan mengalami peningkatan yaitu 0,1937 Ns/m2menjadi kisaran 1,7114-1,7388 Ns/m2. Kadar gula reduksi total (glukosa dan fruktosa) tidak terdapat perbedaanyang nyata. Kadar gula reduksi madu kontrol 84,0622%, sedangkan madu yang telah dikentalkan denganmasing-masing variasi suhu berkisar 84,8716 85,1806%. Kadar abu dan mineral (kalsium dan magnesium) jugatidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar abu madu kontrol dan yang telah dikentalkan berkisar 0,111-0,116%, kadar kalsium berkisar 15,9824-16,3007 mg/100g, dan kadar magnesium berkisar 10,2367-11,7633mg/100g. Penilaian panelis terhadap madu yang telah dikentalkan dengan berbagai variasi suhu evaporasi secarasifat organoleptik tidak berbeda nyata. Penilaian dari panelis dari segi warna, rasa dan overall madu yang telahdikentalkan dengan masing-masing variasi suhu evaporasi dapat diterima oleh panelis dan sedikit lebih baik darimadu kontrol.
KAJIAN KARAKTERIKSTIK FISIKOKIMIA TEPUNG INSTAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) Windi Atmaka; Bambang Sigit Amanto
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 3, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.894 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13614

Abstract

Jagung memiliki potensi besar untuk ditingkatkan dan dikembangkan, baik sebagai bahan pangan, pakanmaupun bahan baku industri. Salah satu bentuk produk dari jagung adalah tepung instan, yang merupakan salahsatu bahan setengah jadi untuk bahan baku industri pangan dalam pengolahan lanjut. Tepung jagung instanmenjadi alternatif pengolahan berdasarkan pertimbangan tujuan pemakaian, kemudahan dalam transportasi, danefisiensi penyimpanan. Pembuatan tepung jagung instan dimaksudkan sebagai upaya menambahkeanekaragaman pangan serta diversifikasi produk olahan jagung, usaha peningkatan nilai ekonomi danpengawetan produk jagung serta kepraktisan penggunaan. Pada prinsipnya berbagai jenis tepung, mempunyaisifat higroskopis sehingga mudah mengalami kerusakan akibat penyerapan uap air dari lingkungannya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia (kadar air, abu, protein, lemak, dan pati) dan sifatfisik (viskositas dan bulk density) tepung jagung instan. Penelitian ini dianalisa secara deskriptif sehingga dapatmenjelaskan hasil pembrondongan (puffing) pada berbagai jenis varietas jagung terhadap karakaterstik kimia(kadar air, abu, protein, lemak, dan pati) dan fisik (viskositas, bulk density) tepung jagung instan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisikokimia tepung jagung kuning instan yaitu kadar air5,37%, protein 9,83%, lemak 5,35%, abu 1,31%, pati 71,13%, viskositas 6,5 cP dan bulk density 0,0664 gr/cm3.Sedangkan tepung jagung putih instan karakteritik fisikokimianya yaitu kadar air 5,45%, protein 8,78%, lemak5,48%, kadar abu 1,28%, pati 68,81%, viskositas 3,05 cP, dan bulk density 0,0678 gr/cm3