Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

RESPON SAWI (Brassica juncea L) TERHADAP POC AIR LIMBAH BUDIDAYA LELE PLUS (ALBL PLUS) Firman Firman; Farida Aryani
Agriculture Vol. 15 No. 2 (2020): Jurnal Agriculture
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.509 KB) | DOI: 10.36085/agrotek.v15i1.1300

Abstract

Produksi sayuran termasuk Sawi (Brassica juncea L) organik masyarakat kita perlu ditingkatkan  diantaranya melalui pemberian pupuk organik cair.  Pupuk Organik Cair Air Limbah Budidaya Lele kaya nitrogen (POC ALBL-PLUS) merupakan pupuk organik cair kaya  hara nitrogen, sehingga sangat berpotensi untuk diberikan pada tanaman sayuran khususnya sawi.  Penelitian respon sawi (Brassica juncea) terhadap pupuk organik cair air limbah budidaya lele kaya nitrogen (POC ALBL-PLUS) perlu dilakukan untuk memperoleh rekomendasi aplikasi POC ALBL-PLUS yang terbaik pada tanaman sawi.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktor Tunggal dengan 6 ulangan.  Aplikasi POC ALBL-PLUS sebagai perlakuan adalah; A =  0,0 g/l (kontrol), B =   5 g/l  tiap 5 hari sekali,  C =   5 g/l tiap 10  hari sekali, D = 10 g/l tiap 5 hari sekali, E =   10 g/l tiap 10 hari sekali, F =   15 g/l tiap 5 hari sekali, G =  15 g/l tiap 10 hari sekali, H = 20 g/l tiap 5 hari sekali, I = 20 g/l tiap 10 hari sekali.  Aplikasi POC ALBL-PLUS tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan umur berbunga, berpengaruh nyata terhadap jumlah daun serta berpengaruh sangat  nyata terhadap berat berangkasan basah tanaman caesim (Brassica juncea L). Aplikasi POC ALBL_PLUS 5 g/l dengan waktu pemberian tiap lima hari sekali (perlakuan B) meningkatkan jumlah daun dua kali lebih banyak dan berat berangkasan basah  enam kali lebih berat dibandingkan tanpa aplikasi POC ALBL-PLUS (kontrol).Kata Kunci :  POC, Nitrogen, Sawi
PENGARUH PENAMBAHAN FERMENTASI AIR KELAPA TERHADAP EFEKTIFITAS GLIFOSAT DALAM MEMBUNUH ALANG-ALANG (Imperata cylindra L.) Risvan Anwar; Farida Aryani
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Agroqua
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.768 KB) | DOI: 10.32663/ja.v13i1.268

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan fermentasi air kelapa terhadap efektifitas glifosat dalam membunuh gulma Alang-alang. Pelaksanaan penelitian pada bulan April - Agustus di desa Tanjung Heran, Kecamatan Taba Penanjung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktor tunggal dengan 6 (enam) perlakuan yaitu penambahan fermentasi air kelapa pada berbagai dosis herbisida glifosat (F), dengan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah: F1= Glifosat 2 ml/ l air + Fermentasi air kelapa 100 ml; F2= Glifosat 4 ml/l air + Fermentasi air kelapa 100 ml; F3 = Glifosat 6 ml/l air + Fermentasi air kelapa 100 ml; F4 = Glifosat 2 ml/l air; F5 = Glifosat 4 ml/l air; F6 = Glifosa 6 ml/l air. Hasil penelitian menyimpulkan perlakuan penambahan fermentasi air kelapa pada herbisida glifosat berpengaruh sangat nyata dalam membunuh gulma alang-alang. Kombinasi perlakuan dosis herbisida gifosat 4 ml/l air ditambah dengan 100 ml fermentasi air kelapa efektif dalam membunuh guma alang-alang.
Seleksi Dan Evaluasi Galur-Galur Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Keturunan Ke-5 (F5) Pada Budidaya Organik Sri Rustianti; Asfaruddin Asfaruddin; Farida Aryani
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 15 No 1 (2017): Agroqua Journal
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Luas areal pertanaman tomat di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Luas panen mencapai 50.000 ha dan 16.000 ha terdapat di Pulau Jawa dengan penyebarannya 60 % di dataran tinggi dan 40 % di dataran rendah. Hasil rata-rata di dataran rendah masih sangat rendah, yaitu 6 ton/ha dibandingkan potensi hasil rata-rata 5–20 ton/ha. Salah satu kendala adalah kesesuaian varietas terhadap Agroekologi setempat serta belum tersedianya varietas tomat yang adaptip terhadap kondisi lingkungan yang rendah. Perbaikan varietas merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala produksi tomat melalui program pemuliaan tomat. Dalam upaya mendapatkan varietas tomat unggul produksi tinggi pada budidaya organik, diperlukan informasi keragaman genetik yang luas. Penelitian ini merupakan serangkaian rencana penelitian yang diupayakan untuk mendapatkan varietas tomat unggul produksi tinggi pada budidaya organik. Persilangan tetua potensial sudah dilaksanakan dan mendapatkan biji F1. Seleksi dan evaluasi terhadap karakter agronomi pada tanaman F1, F2, F3, dan F4 adalah serangkaian kegiatan yang sudah dilakukan dan mendapatkan galur-galur terbaik. Tujuan penelitian adalah mendapatkan galur-galur tomat dengan karakter agronomis terbaik pada tanaman F5. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, jumlah buah, berat buah, jumlah tandan bunga, jumlah tandan buah, bobot per buah, diameter buah, ketahanan simpan buah dan bentuk serta warna buah. Analisa data dengan Uji F dan DMRT.
PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK Farida Aryani; Sri Rustianti
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 14 No 2 (2016): Agroqua Journal
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.389 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis mulsa alami terbaik bagi pertumbuhan dan hasil galur harapan tomat hasil persilangan pada budi daya organik serta untuk mendapatkan galur harapan tomat pada mulsa alami yang digunakan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Telaga Dewa Kecamatan Selebar Kodya Bengkulu pada bulan Maret sampai Agustus 2016. Rancangan penelitian yang digunakan rancangan split plot, sebagai petak utama adalah jenis mulsa alami dengan 3 macam jenis mulsa alami yaitu tempat mulsa (M0), mulsa jerami padi (M1) dan mulsa sekam padi (M2) dan sebagai anak petak adalah 4 galur harapan tomat hasil persilangan pada budidaya organik. Pelakuan di ulang sebanyak 3 kali. Data hasil pengukuran yang diperoleh diuji dengan uji Fisher (F) atau sidik ragam. Bila uji F menunjukkan berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji SMRI dengan saraf uji 0.05. Hasil penelitian yang diperoleh adalah jenis mulsa alami berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa galur harapan tomat hasil persilangan pada budidaya organik dan tidak ada perbedaan pertumbuhan dan hasil masing-masing galur harapan tomat hasil persilangan pada budidaya organik.Kata kunci : Mulsa alami, galur harapan tomat budidaya organik.
CARA PEMBUATAN BOKASHI ECENG GONDOK Farida Aryani; Sri Rustianti; Cece Gusti Kartina
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia Vol. 3 No. 3 (2020): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bumi Raflesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jpmbr.v3i3.1078

Abstract

Desa Sumber Rejo Transad merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong dimana sebagian besar penduduknya bermata pencairan sebagai petani. Bercocok tanam merupakan sumber pendapatan mereka, semakin meningkatnya produksi pertanian yang diperoleh maka kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Berbagai usaha dilakukan oleh masyarakat tani di Desa Sumber Rejo Transad untuk meningkatkan produksi pertanian mereka, antara lain dengan penggunaan pupuk an organik. Petani tidak menyadari bahwa penggunaan pupuk an organik dapat menimbulkan dampak negatif, antara lain dapat menyebabkan kepadatan tanah, meningkatnya biaya produksi, serta terjadinya pencemaran lingkungan. Mengingat hal tersebut maka perlu mengalihkan kebiasaan masyarakat yang mengutamakan penggunaan pupuk an organik ke penggunaan pupuk organik berupa bokashi. Cara yang efektif untuk mengalihkan kebiasaan masyarakat menggunakan pupuk organik adalah melalui penyuluhan / pelatihan, dengan metode, yaitu : 1) Pendidikan / penyuluhan tentang pupuk organik dan pupuk an organik serta bagaimana teknik pembuatan bokashi eceng gondok; 2) Pelatihan cara pembuatan bokashi eceng gondok, dimana eceng gondok yang sangat banyak di perairan Desa Sumber Rejo Transad Kecamatan Bermani Ulu. Melalui penyuluhan / pelatihan dalam rangka pengabdian masyarakat ini telah meningkatkan wawasan masyarakat tani tentang pupuk organik dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, pupuk an organik serta pembuatan bokashi eceng gondok selanjutnya dapat meminimalisir pembiayaan operasional dan pencemaran lingkungan akibat pemakaian pupuk an organik. Kata Kunci : Eceng Gondok, Bokashi, Pupuk Organik, Pupuk an Organik
Karakterisasi Sifat Agronomi Tanaman Tiga Varietas Cabe Lokal Kabupaten Kepahyang Asfaruddin Asfaruddin; Farida Aryani
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 15 No 1 (2017): Agroqua Journal
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to find out the character of agronomy in some local chili varieties Kepahyang district. This research was conducted in Tugurejo village, Kabawetan sub – district, Kepahyang district, Bengkulu province. Research fields used include the plateau. The materials used are local scads kepahyang (wulung varieties, Aceh varieties, pendek varieties), manure, organic liquid fertilizer, chemical fertilizers. Tools used are house, handsprayerm sickle, bucket, ajir, mulch, meter, traypoot, ultra violet plastic and stationery. The resparch design used was a Randomized Block Design (RBD) with two factor, the first factor consists of three typus of processed fertilizer, namely liquid organic fertilizer (P1), manure (P2), chemical fertilizer (P3), while the second factor is local varieties, namely wulung (VI). Aceh varieties (V2), pendek varieties (V3). Each treatment was repeated three times. Observed variable were. Plant height, number of harvest crops, fruit diameter, fruit length, total fruit weight, fruit dry weight, flowering age, harvest age. The highest plant height is the manure treatment, significantly different from the treatment of liquid organic fertilizer and chemical fertilizer. The largest a mount of fruit cultivation is wulung varieties treatment, significantly different from the treatment of pendek varieties and aceh varieties. Fruit diameter and fruit length is the best treatment of aceh varieties, significantly different from the treatment of pendek varieties and wulung varieties.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oriza sativa. L) GALUR UNHZ 12A DI POLYBAG DENGAN PERLAKUAN UMUR PINDAH BIBIT DAN JUMLAH BIBIT Farida Aryani; Asfaruddin; Sarina; Renses Suryadi
Agriculture Vol. 17 No. 1 (2022): Jurnal Agriculture
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.851 KB) | DOI: 10.36085/agrotek.v17i1.3598

Abstract

Keberhasilan pengelolaan tanaman padi dipengaruhi berbagai faktor, antara lain umur pindah bibit dan jumlah bibit per rumpun tanam. Umur bibit pindah harus tepat dan sesuai untuk mengantisifasi pertumbuhan akar. Jumlah bibit per rumpun tanam akan mempengaruhi populasi yang ada, yang akan mempengaruhi pertumbuhan anakan produktif. Penelitian ini dilaksanakan di perumahan Bumi Persada Indah, Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Mulai tanggal 30 Maret sampai dengan 26 Juli 2020. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama adalah umur pindah bibit tanam bibit dengan 3 taraf perlakuan yaitu A1 : umur pindah bibit 21 hari, A2 : umur pindah bibit 28 hari, A3 : umur pindah bibit 35 hari. Faktor kedua adalah B1 : 2 batang per rumpun, B2 : 3 batang per rumpun, B3 : 4 batang per rumpun. Berdasarkan uji lanjut BNT pada taraf 5% menunjukkan bahwa umur padi 35 hari memberikan pengaruh yang terbaik terhadap tinggi tanaman, umur keluar malai dan umur panen. Jumlah bibit 2 batang per rumpun memberikan jumlah anakan terbanyak. Tidak ada interaksi antar perlakuan umur pindah bibit dengan jumlah bibit per rumpun. Kata Kunci : Padi, umur pindah bibit, jumlah bibit per rumpun, galur UNHZ 12A.
PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN PERLAKUAN MEDIA TUMBUH PELEPAH SAWIT DAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Farida Aryani; Nurseha; Nurlianti Pratiwi; Anggi Ningrum Komala Devi; Neti Kesumawati
Agriculture Vol. 18 No. 1 (2023): Jurnal Agriculture
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/agrotek.v18i1.5025

Abstract

Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang termasuk dalam jenis tanaman pangan yang banyak digunakan oleh masyarakat, karena memiliki gizi yang tinggi dan tidak mengandung racun, serta bermanfaat untuk kesehatan antara lain dapat menurunkan kolesterol dan memperlancar pencernaan, sehingga jamur tiram putih sangat baik untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media tumbuh Pelepah Sawit (PS) dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih, dan untuk mengetahui komposisi terbaik media tumbuh Pelepah Sawit (PS) dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) bagi pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 (enam) taraf perlakuan, dan 4 (empat) ulangan, setiap unit perlakuan terdiri dari 4 (empat) baglog, 6 (enam) taraf perlakuan tersebut adalah : B0 : Serbuk gergaji kayu 80% + B 15% + TJ 3% + K 2% (kontrol), B1 : PS 80% + TKKS 0% + B 15% + TJ 3% + K 2%, B2 : PS 70% + TKKS 10% + B 15% + TJ 3% + K 2%, B3 : PS 60% + TKKS 20% + B 15% + TJ 3% + K 2%, B4 : PS 50% + TKKS 30% + B 15% + TJ 3% + K 2%, B5 : PS 40% + TKKS 40% + B 15% + TJ 3% + K 2%. (PS : Pelepah Sawit, TKKS : Tandan Kosong Kelapa Sawit, B : Bekatul, TJ : Tepung Jagung, K : Kapur). Berdasarkan uji lanjut BNT 5%, menunjukkan pertumbuhan miselium perlakuan BO berbeda, tidak nyata dengan perlakuan B2 dan B3 pada umur 39 HIS, 44 HIS, 49 HIS, 50 HIS, tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan B1, B4 dan B5. Sedangkan pada diameter tudung buah panen kedua perlakuan B0 berbeda tidak nyata denan perlakuan B2, tetapi pada panen ketiga perlakuan B0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan B2, tetapi pada panen ketiga perlakuan B0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan B1, B2, B3, B4 dan B5, namun perlakuan dengan perlakuan pelepah sawit (PS) + Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang terbaik adalah perlakuan B2 (5,39). Demikian perlakuan PS + TKKS pada panjang tangkai yang terbaik adalah perlakuan B2 (12,31) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan B0 (12, 53), B1 (11,63), B3 (11,13), B4 (11,40), B5 (10,73). Sedangkan pada jumlah tudung buah perlakuan B0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan B2 baik pada panen kedua maupun pada panen ketiga. Pada bobot segar jamur tiram putih pada panen pertama, kedua dan ketiga perlakuan B0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan B1, B2, B3, B4, B5, tetapi perlakuan B2 memberikan hasil terbaik untuk perlakuan PS + TKKS (100, 07, 77, 72, 69, 31). Berarti disini perlakuan B2 : PS 70% + TKKS 10% + B15% + TJ 3% + K 2% dapat mensubstitusi perlakuan B0 untuk pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Kata kunci : jamur tiram putih, media tumbuh, serbuk gergaji, pelepah sawit, tandan kosong kelapa sawit.
Application of Fish Waste Organic Fertilizer Increased Yield of Sweetcorn Ikhsan Hasibuan; Farida Aryani; Meylinda Puspitasari
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 20 No 1 (2022): Jurnal Agroqua
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32663/ja.v20i1.2628

Abstract

Bengkulu province produces 250.000 tonnes of fish every year. However, the previous research showed that almost half of the total fish caught was considered a waste. Utilizing the fish waste was needed to avoid bad smells and other environmental pollution. The research intended to transform the fish waste into organic fertilizer and evaluated its effect on sweet corn production. The main problem in transforming fish waste into organic fertilizer is that the fish waste is easy to spoil which is an unwanted physical characteristic for qualified organic fertilizer. Reducing the water content of fish waste is believed as a major factor to be avoided the spoil condition during bokashi fermentation. This research aimed to evaluate the water content levels and dosages of fish waste organic fertilizer on the growth and yield of sweetcorn. The design used in this study was a Completely Randomized Design in 3 replications. Two water content levels (J1: 75% and J2: 30%) compared to cow manure (J3), the traditional organic fertilizer. The next factor was four dosage levels of organic fertilizer that were 5, 10, 15, and 20 t/ha for D1, D2, D3, and D4, respectively. The data were then analyzed statistically with Anova and LSD 5%. The main findings of this research were as follows; Firstly, the utilization of fish waste organic fertilizer had improved sweetcorn yield productivity by 4.20 t/ha higher than that of cow manure. Secondly, the higher the water content level the better the effect on the growth and yield of sweetcorn. Lastly, the lowest dosage (5 t/ha) of fish waste organic fertilizer had an insignificant effect on the higher dosages on some sweetcorn growth and yield parameters.
Response Of Lowland Cauliflower (Brassica Oleracea, L) Varieties With Dosages Of Bokhasi Fertilizer Empty Oil Palm Bunch In Polybags Nurlianti Pertiwi; Farida Aryani; Handoko Handoko
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 20 No 2 (2022): Jurnal Agroqua
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32663/ja.v20i2.3024

Abstract

The aim of the study was to determine the effect of the interaction between varieties with doses of bokashi EOPB on the growth and yield of cauliflower (Brassica Oleracea L). To determine the optimal dose of bokashi EOPB and to determine the varieties that are responsive in the lowlands. This research was carried out from February 2020 to April 2020, in Kungkai Baru village, Air Periukan sub-district, Seluma district, Bengkulu province, with an altitude of 100 meters above sea level. This study used a factorial completely randomized design (CRD) consisting of 2 factors, namely variety (V) and bokashi empty oil palm bunch (EOPB) dose (P) with 4 replications, a total of 72 experimental units. P1= EOPB bokhasi fertilizer 0 ton/ha. P2 = EOPB bokashi fertilizer 15 tons/ha, P3 = EOPB bokashi fertilizer 20 tons/ha. The variety factors was V1 = PM 126 variety and V2 = Ilona variety. The results of the study concluded that the interaction treatment between cauliflower varieties and the dose of bokhasi EOPB fertilizer gave a very significant effect on the variables of plant height at the observational ages of 5, 6, and 7 WAP and fresh fruit weight had a significant effect at harvest. The dose of bokashi fertilizer gave a very significant effect on the number of leaves and fruit diameter at the age of 7 WAP observations alone. The PM 126 variety is more responsive to cultivation in the lowlands by using a dose of 15 ton/ha of EOPB bokashi fertilizer.