Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Laut Pulau

KELAYAKAN PENGGUNAAN DATA SUHU PERMUKAAN LAUT AVHRR PATHFINDER DAN AQUA MODIS DI PERAIRAN PASIFIK BARAT WARM POOL Harold J D Waas; Simon Tubalawony; Ronald D Hukubun
Jurnal Laut Pulau: Hasil Penelitian Kelautan Vol 1 No 1 (2022): Jurnal Laut Pulau
Publisher : Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jlpvol1iss1pp11-23

Abstract

Kelayakan penggunaan data set citra AVHRR Pathfinder Day and Night dan Aqua MODIS (SSTSkin) sebagai model telah diuji melalui validasi data in situ SST(SSTBulk) Triton Bouy Mooring yang terekam pada kedalaman 1,5 meter di bawah air permukaan laut selama periode monsun barat (2002 - 2003 tahun) di Warm Pool Pasifik Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa meskipun resolusi spasial yang berbeda, akurasi dan variasi pengukuran SSTSkin kedua model relatif sama dan memiliki korelasi yang kuat dengan SSTBulk (AVHRR RMSE = 0,51C, Cv = 2%, r = 0,63 ; MODIS RMSE = 0, 55 C, Cv = 2% , r = 0, 84) dan berada pada kisaran sintesis penelitian sebelumnya di perairan yang berbeda. Respons AVHRR dan MODIS SSTSkin terhadap SSTBulk sangat berbeda di mana MODIS SSTSkin selalu lebih besar dari SSTBulk (Bias ± STD ; 0,72 ± 0,44 C). Kecepatan angin > 3 m/s meningkatkan kedua nilai SSTSkin and SSTBulk sebaliknya kecepatan angin < 2.5 m/s menyebabkan efek pendinginan pada permukaan. Periode peningkatan SSTSkin akan terjadi di bawah pengaruh anomali angin barat (WWBs) atau anomali angin timur (EWBs). Tidak seperti MODIS, AVHRR SSTSkin selalu lebih rendah dari SSTBulk (Bias ± STD; -0.14 ± 0.69 C) dan SSTSkin > hanya terjadi di bawah pengaruh WWBs dan EWBs. Hasil uji Test-t (paired) pada selang kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara hasil pengukuran model dengan SSTBulk in situ diindikasikan oleh tcal < ttab (AVHRR tcal = -1.383 < ttab = 2.010 ; MODIS tcal = -4.133 < ttab = 2.010). Dengan demikian, kedua data model dapat digunakan untuk penelitian oseanografi dan aplikasi lainnya menggunakan SST sebagai parameter kunci di perairan tersebut.
KEMIRINGAN LERENG PANTAI DAN DISTRIBUSI SEDIMEN PANTAI BARAT PULAU WAMAR DI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU Degen E Kalay; Simon Tubalawony; Juliana W Tuahatu; Abdulah Basalamah
Jurnal Laut Pulau: Hasil Penelitian Kelautan Vol 1 No 1 (2022): Jurnal Laut Pulau
Publisher : Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jlpvol1iss1pp33-41

Abstract

Pantai merupakan wilayah yang sangat dinamis sebab tekanan yang tinggi dari darat, laut dan udara. Dampaknya adalah kawasan pantai selalu mengalami perubahan secara terus menurus, dimana hal itu dianggap sebagai proses keseimbangan pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kemiringan pantai pada perairan pantai barat Pulau Wamar dan menganalisis pola distribusi sedimen dasar pada perairan pantai barat Pulau Wamar. Penelitian dilakukan pada pantai barat Pulau Wamar (Durjela, Wangel dan Pantai Batu Kora) tahun 2017. Data kemiringan lereng pantai diukur langsung dilapang, sedangkan sedimen dilakukan pencuplikan pada 17 transek. Analisis kelas kemiringan lereng pantai didasarkan pada kriteria Zuidam dan analisis sedimen terkait dengan dominansi butiran dan distribusi sedimen berdasarkan analisis statistik. Kelas kemiringan lereng pantai rata-rata berkisar antara landai sampai miring. Sedimen pantai didominasi oleh katagori lumpur sampai kerikil. Kisaran nilai mean berkisar dari kerikil halus (granule) hingga pasir sangat halus, tapi ukuran butiran yang lebih mendominasi adalah pasir sedang, Nilai sorting adalah very well sorted (terpilah sangat baik) hingga very poorly sorted (terpilah sangat buruk), tapi lebih didominasi oleh poorly sorted. Nilai skewness adalah symmetrical, fine skewed dan very coarse skewed. Kurtosisnya lebih didominasi oleh very platykurtic yang artinya pola sebaran yang menunjukkan tendensi pemusatan pada ukuran butiran hampir sama
Variabilitas Suhu Dan Salinitas Di Laut Halmahera Simon Tubalawony; Degen E. Kalay; Zalfa Z Buamona
Jurnal Laut Pulau: Hasil Penelitian Kelautan Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Laut Pulau
Publisher : Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jlpvol2iss2pp6-16

Abstract

Suhu dan salinitas memiliki peranan penting dalam mencerminkan kondisi massa air dan secara langsung berpengaruh terhadap kondisi biologi dan kimia perairan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dinamika angin di perairan Laut Halmahera dan mendiskripsikan kondisi suhu dan salinitas permukaan laut (SPL) di Laut Halmahera. Data yang digunakan yaitu data penginderaan jauh Marine Copernicus untuk data Suhu dan salinitas sedangkan data angin dari ECMWF. Pengolahan data menggunakan software ODV untuk mengolah data SPL dan salinitas dari tahun 2016-2020, selanjutnya data angin diolah menggunakan software surfer 16. Laut Halmahera memiliki suhu permukaan laut berkisar antara 26.20 - 31.6°C dimana kondisi maksimum terjadi bulan Mei dan November. Sedangkan salinitas berkisar antara 29.38 - 34.9 psu, dimana kondisi maksimum pada bulan Desember sampai Maret. Dinamika angin di Laut Halmahera mempengaruhi pola sebaran suhu permukaan laut dan salinitas yang ada pada perairan tersebut, dimana kecepatan angin berkisar antara 6.5 - 2.5 m/s.
Variabilitas Hidrometeorologi Permukaan Laut Arafura Pada Saat Fenomena Enso Intan Buton; Simon Tubalawony; Marlin Chrisye Wattimena
Jurnal Laut Pulau: Hasil Penelitian Kelautan Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Laut Pulau
Publisher : Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jlpvol2iss2pp32-50

Abstract

Dinamika Laut Arafura dipengaruhi oleh iklim yang terjadi seperti angin Monsun dan ENSO. Pengaruh iklim terhadap perairan, tentunya juga akan berdampak pada parameter oseanografi yang ada pada perairan tersebut seperti suhu dan salinitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji variasi angin, suhu dan salinitas permukaan saat fenomena Enso di Laut Arafura. Data suhu dan salinitas yang digunakan adalah data dari model Marine Copernicus, data angin dari ECMWF dan data indeks Enso bersumber dari NCEP. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak ODV, Mcrosoft. Exel dan Panoply. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan angin cenderung lebih tinggi saat periode El Nino, sedangkan periode La Nina angin lebih rendah. Variasi suhu selama periode La Nina tahun 2010/2011 cenderung lebih tinggi daripada periode Normal tahun 2013, sementara selama periode El Nino tahun 2015 suhu laut lebih rendah daripada periode Normal. Suhu maksimum selama ketiga periode 31.8 oC dan suhu minimum 23.6 oC, sebaliknya sebaran salinitas selama periode El Nino cenderung lebih tinggi daripada periode Normal, sedangkan periode La Nina memiliki salinitas lebih rendah daripada periode Normal. Salinitas maksimum selama ketiga periode 35.5 psu dan salinitas minimum 22.3 psu. Perubahan suhu dan salinitas diduga dipengaruhi oleh fenomena ENSO dan pengaruh angin Monsun yang memengaruhi sirkulasi massa air di Laut Arafura.
Karakteristik Fisik Perairan Selatan Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada Musim Transisi II Wattimena, Marlin Chrisye; Ratuluhain, Eva Susan; Tubalawony, Simon
Jurnal Laut Pulau: Hasil Penelitian Kelautan Vol 2 No 1 (2023): Jurnal Laut Pulau
Publisher : Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jlpvol2iss1pp20-28

Abstract

This study investigated the characteristics of stratification and vertical stability of southern waters of Tanimbar Islands Regency. CTD Data from World Ocean Database 2018 especially November 1995 to represent second transitional season were utilized in this study. The CTD data were processed using Ocean Data View. This study showed that vertically the temperature of the surface layer ranged between 29 to 30 oC and the thickness of surface mixed layer was found to be 44 m. The thermocline layer has temperature ranging between 12 to 28 oC and a maximum depth of 306 m. Below thermocline layer temperature reduced to reach less than 7 oC (depth > 500 m). On the halocline layer, a high saline water was found between 66 - 94 m depth and was located on the southern part between Barbar Islands and Tanimbar Islands. Water mass was found to be unstable in the mixing layer.
Kedalaman Klorofil Maksimum Selama Musim Peralihan II dan Implikasinya untuk Perikanan Tuna di Laut Banda Waas, Harold J.D; Tubalawony, Simon; Hukubun, Ronald D
Jurnal Laut Pulau: Hasil Penelitian Kelautan Vol 2 No 1 (2023): Jurnal Laut Pulau
Publisher : Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jlpvol2iss1pp1-14

Abstract

The Deep chlorophyll maximum (DCM) in the Banda Sea during the second transitional season (October 2015) was relatively shallow (25 - 64 m) above the mixed layer and far from the base of the euphotic layer or compensation depth. Its presence was identical to the depth of nitraclin injected into the mixed layer as a result of upwelling generated by internal waves. The contribution of these waves to the increase in Banda Sea fertility calculated using ocean color data is 56.87%. This phenomenon is due to the shallow optical depth of the satellite (20-25 m) while high chlorophyll-a concentrations are below. DCM was also associated with the swimming layer of Madidihang (Thunnus albacares) (34 - 68 m) caught with longline gear during the same period.