D. A. WARMADEWI
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ORGAN DALAM BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) UMUR 5 MINGGU YANG DIBERI LEVEL JUS KULIT BUAH NAGA BERBEDA MELALUI AIR MINUM I. B. A., Dyatmika; Dewi, G. A. M. K.; Warmadewi, D. A.
Jurnal Peternakan Tropika Vol 12 No 3 (2024): Vol. 12 No. 3 Tahun 2024
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui organ dalam burung puyuh yang diberi level jus kulit buah naga yang berbeda melalui air minum. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor burung puyuh. Perlakuan yang diberikan yaitu air minum tanpa jus kulit buah naga (P0), air minum diberikan 3% jus kulit buah naga (P1), air minum diberikan 4% jus kulit buah naga (P2), air minum diberikan 5% jus kulit buah naga (P3). Variabel yang diamati meliputi bobot potong, persentase jantung, persentase hati, persentase ginjal, persentase ampela, dan persentase sekum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 3%, 4% dan 5% jus kulit buah naga memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada persentase sekum dan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot potong, persentase jantung, persentase hati, persentase ginjal dan persentase ampela. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Burung puyuh yang diberikan perlakuan jus kulit buah naga level 3%, 4%, dan 5% melalui air minum tidak memberikan pengaruh terhadap berat potong, persentase jantung, persentase hati, persentase ginjal, dan persentase ampela, namun berpengaruh terhadap persentase sekum.
PENGARUH PEMBERIAN JUS DAUN INDIGOFERA (Indigofera zollingeriana) MELALUI AIR MINUM TERHADAP ORGAN DALAM ITIK BALI (Anas platyrhynchos) JANTAN V. O., Silaban; Puger, A. W.; Warmadewi, D. A.
Jurnal Peternakan Tropika Vol 12 No 1 (2024): Vol. 12 No. 1 Tahun 2024
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus daun indigofera melalui air minum terhadap organ dalam itik bali jantan umur 8 minggu telah dilaksanakan di Farm Sesetan Jalan Raya Sesetan, Denpasar, Bali. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan, yaitu: P0 (tanpa jus daun indigofera pada air minum), P1 (pemberian 2% jus daun indigofera pada air minum), dan P2 (Pemberian 4% jus daun indigofera pada air minum), P3 (Pemberian 6% jus daun indigofera pada air minum). Masing-masing perlakuan terdiri atas 5 ulangan dan setiap ulangan menggunakan 6 ekor itik bali sehingga terdapat 120 ekor itik bali jantan umur dua minggu. Variabel yang diamati adalah berat dan presentase jantung, hati, proventrikulus, ventrikulus, dan empedu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jus daun indigofera sebanyak 2%, 4% dan 6% berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap semua berat dan persentase organ dalam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian jus daun indigofera sampai level 6% tidak berpengaruh terhadap berat dan presentase organ dalam (jantung, hati, proventrikulus, ventrikulus, dan empedu) itik bali jantan umur 8 minggu.
PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD, KULIT KACANG KEDELAI, DAN POD KAKAO TERFERMENTASI DENGAN RAGI TAPE TERHADAP KARKAS DAN KADAR KOLESTEROL DAGING ITIK BALI JANTAN SUKADA, I. K.; BIDURA, I.G.N.G.; WARMADEWI, D. A.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.603 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Denpasar, Bali dan bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan 15 % pakan serat (pollard, kulit ari kacang kedelai, dan cangkang kakao) dengan dan tanpa terfermentasi dengan ragi tape (Saccharomyces sereviseae) dalam ransum terhadap karkas dan kadar kolesterol daging itik Bali jantan umur 2 ? 8 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tujuh macam perlakuan dan lima kali ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan 4 ekor itik Bali jantan umur dua minggu dengan berat badan homogen (246 + 12,75 g). Ransum yang diberikan pada itik selama periode penelitian (umur 2 ? 8 minggu) disusun isoprotein (CP : 17 %) dan isoenergi (2900 kkal ME/kg). Ketujuh perlakuan yang dicobakan, yaitu itik yang diberi ransum basal tanpa penggunaan kulit gandum, kulit ari kacang kedelai, cangkang coklat, atau ragi sebagai kontrol (A); ransum dengan penggunaan kulit gandum 15 % (B); ransum dengan kulit gandum 15 % dan 0,20 % ragi tape (C); ransum dengan penggunaan kulit ari kacang kedelai 15 % (D); ransum dengan kulit ari kacang kedelai 15 % + 0,20 % ragi tape (E); ransum dengan penggunaan cangkang coklat 15 % (F); dan ransum dengan cangkang coklat 15 % dan 0,20 % ragi tape (G). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Variabel yang diamati, adalah berat karkas, persentase karkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 15 % pollard (B) dan 15 % kulit ari kacang kedelai (D) ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat potong, berat karkas, dan persentase karkas itik jika dibandingkan dengan kontrol (A). Namun, penggunaan cangkang kakao 15 % dalam ransum secara nyata (P<0,05) menurunkan berat potong, berat karkas, persentase karkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol daging itik jika dibandingkan dengan kontrol (A). Suplementasi 0,20 % ragi sebagai inokulan fermentasi pada pollard (C), kulit kacang kedelai (E), dan pod kakao (G) sebelum diberikan pada itik ternyata secara nyata (P<0,05) dapat meningkatkan berat potong dan berat karkas itik dibandingkan dengan tanpa fermentasi serta memberikan hasil yang sama (P>0,05) dibandingkan dengan kontrol. Penggunaan 15 % pollard dan kulit ari kacang kedelai dengan dan tanpa fermentasi, secara nyata (P<0,05) menurunkan persentase lemak abdomen dan kadar kolesterol daging itik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pod kakao 15 % belum dapat direkomendasikan sedangkan pollard dan kulit ari kacang kedelai dapat direkomendasikan penggunaannya 15 % dalam ransum itik Bali umur 2 ? 8 minggu. Penggunaan 15 % pollard dan kulit ari kacang kedelai terfermentasi dengan ragi tape dalam ransum dapat menurunkan lemak abdomen dan kadar kolesterol daging itik.
PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD TERFERMENTASI DENGAN RAGI TAPE DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN BIDURA, I G. N. G.; PUSPANI, E.; WARMADEWI, D. A.; SUSILA, T. G. O.; SUDIASTRA, I W.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 17 No 1 (2014): Vol 17, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.522 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2014.v17.i01.p02

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan pollard terfermentasi oleh ragi tape terhadap produksi telur ayam Lohmann Brown umur 42-50 minggu. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan dan setiap ulangan menggunakan dua ekor ayam Lohman Brown umur 42 minggu. Ransum yang digunakan selama penelitian mengandung protein kasar 17% dan energi metabolis 2750 kkal/kg. Ransum tanpa pollard (A) sebagai ransum kontrol, ransum dengan penggunaan 15% pollard (B), dan ransum dengan 15% pollard terfermentasi oleh ragi (C). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Variabel yang diamati, yaitu konsumsi ransum, berat telur total, berat telur rata-rata, jumlah telur, tebal kulit telur, berat jenis, warna kuning telur, efisiensi penggunaan ransum, dan kadar kolesterol telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 15% pollard terfermentasi oleh ragi (perlakuan C) ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, berat telur, hen-day production, warna kuning telur, dan FCR dibandingkan dengan kontrol. Sebaliknya, secara nyata (P<0,05) menurunkan kadar kolesterol telur ayam. Penggunaan 15% pollard ternyata secara nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi ransum. Akan tetapi secara nyata (P<0,05) menurunkan efisiensi penggunaan ransum, hen-day production, dan tebal kulit telur dibandingkan dengan kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 15% pollard dalam ransum ternyata menurunkan produksi telur, dan sebaliknya setelah mengalami fermentasi oleh ragi tape nyata memberikan hasil yang sama dengan kontrol serta mampu menurunkan kadar kolesterol telur ayam Lohmann Brown umur 42-50 minggu.
PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN KULIT KACANG KEDELAI TERFERMENTASI DENGAN RAGI TAPE TERHADAP KARKAS DAN KADAR KOLESTEROL DAGING ITIK BALI JANTAN UTAMI, I A P.; BIDURA, I G.N.G.; WARMADEWI, D. A.; CANDRAWATI, D.P.M.A.; PUSPANI, E.; PARTAMA, I B. G.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 14, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.171 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Denpasar, Bali yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan 15%pakan serat (pollard dan kulit ari kacang kedelai) dengan dan tanpa terfermentasi dengan ragi tape (Saccharomycessereviseae) dalam ransum terhadap karkas dan kadar kolesterol daging itik bali jantan umur 2-8 minggu.Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima macam perlakuandan lima kali ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan 4 ekor itik bali jantan umur dua minggudengan berat badan homogen (246±12,75 g). Ke lima perlakuan yang dicobakan, yaitu itik yang diberi ransum basaltanpa penggunaan kulit gandum, kulit ari kacang kedelai, dan ragi sebagai kontrol (A); ransum dengan penggunaankulit gandum 15% (B); ransum dengan kulit gandum 15% terfermentasi 0,20% ragi tape (C); ransum dengan penggunaankulit ari kacang kedelai 15% (D); dan ransum dengan kulit ari kacang kedelai 15% terfermentasi 0,20%ragi tape (E); Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Variabel yang diamati, yaitu berat karkas, persentasekarkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 15% pollard(B) dan 15% kulit ari kacang kedelai (D) ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat potong,berat karkas, dan persentase karkas itik, dibandingkan dengan kontrol (A). Penggunaan 15% pollard (C) dan kulitari kacang kedelai (E) terfermentasi ragi pada itik nyata (P<0,05) meningkatkan berat potong dan berat karkasitik dibandingkan dengan tanpa fermentasi, serta memberikan hasil yang sama (P>0,05) dibandingkan dengankontrol. Penggunaan 15% pollard dan kulit ari kacang kedelai terfermentasi, secara nyata (P<0,05) menurunkanpersentase lemak abdomen dan kadar kolesterol daging itik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwapenggunaan pollard dan kulit ari kacang kedelai 15% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap karkas itik baliumur 2-8 minggu. Penggunaan 15% pollard dan kulit ari kacang kedelai terfermentasi dengan ragi tape dalam ransumdapat menurunkan lemak abdomen dan kadar kolesterol daging itik.
PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN POD KAKAO DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN ITIK BALI UMUR 2 – 8 MINGGU WARMADEWI, D. A.; WIBAWA, A. A. P. PUTRA; BIDURA, I. G. N. G.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 3 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.767 KB)

Abstract

RINGKASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat penggunaan pod kakao dalam ransum terhadap penampilan itik Bali jantan umur 2 – 8 minggu, dan dilakukan di Denpasar, Bali. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap ulangan menggunakan empat ekor itik Bali jantan umur 2 minggu dengan berat badan homogen. Ransum yang diberikan selama periode penelitian (umur 2 – 8 minggu) disusun dengan kandungan protein kasar 16 % dan energi termetabolis 2900 kkal/kg, sebagai ransum kontrol (A), ransum dengan 10 % pod kakao (B), 20 % pod kakao (C), dan ransum dengan 30 % pod kakao (D). Ransum dan air minum selama penelitian diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan 10 % pod kakao dalam ransum ternyata tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum jika dibandingkan dengan kontrol. Berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi pengunaan ransum pada itik perlakuan C dan D menurun secara nyata (P<0,05) jika dibandingkan dengan kontrol (A). Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan 20 % dan 30 % pod kakao dalam ransum nyata menurunkan berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum pada itik Bali jantan umur 2 – 8 minggu. Kata kunci : Pod kakao, pertambahan berat badan, serat kasar, itik Bali THE EFFECT OF COCOA-POD LEVELS IN DIET ON PERFORMANCE OF BALI DUCKS AGED 2 – 8 WEEKS SUMMARY. The research was carried out to study the effect of cocoa-pod levels on performance of male Bali ducks aged 2 – 8 weeks, and at Denpasar, Bali. The research used a Completely Randomized Design (CRD) with four treatments in six replicates. There were four ducks in each replicates with homogenuous body weight. The experimental diets for the finishing period (aged 2-8 weeks) were formulated to 16 % crude protein and 2900 kkal ME/kg as a control diet (A), diets with 10 % cocoa-pod (B), 30 % cocoa-pod (C), and 30 % cocoa-pod (D), respectively. These diets and drinking water were provided ad libitum during the entire experimental period. Results of this experiment showed that diets with 10 % cocoa-pod did not significantly effect (P>0,05) on final body weight, body weight gains, and feed efficiencies than control. The final body weight, body weight gains, and feed efficiencies of ducks both in treatment C and D decreased significantly different (P<0,05) than control. It was concluded that diets with 20 % and 20 % of cocoa-pod decreased performance of male Bali duck aged 2 - 8 weeks.