Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

SPIRIT DARI RUMAH GAYA JENGKI ULASAN TENTANG BENTUK ESTETIKA DAN MAKNA Widayat, Rahmanu
Dimensi Interior Vol 4, No 2 (2006): DESEMBER 2006
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2080.03 KB) | DOI: 10.9744/interior.4.2.pp. 80-89

Abstract

This paper began from writer's concern regarding the decrease in Jengki style houses and threatened to be lost from our sight. Whereas, this Indonesian house or architectural style had coloured the big cities and even the small cities back in the sixties till the seventies. This had triggered the writer to attempt to present the Jengki house style regarding its form, aesthetics, and its meaning. Based on several concept approaches such as form follows function, eclectic concept, and art (architecture) as an expressive symbol, it is hoped that Jengki style houses could be revived in its former position of dominance in Indonesian architecture, in other words, not forgotten just like that. But more than that, it could promote the spirit in giving rebirth to unique Indonesian styles in houses and architecture. Abstract in Bahasa Indonesia : Tulisan ini berawal dari keprihatinan penulis karena semakin berkurangnya rumah gaya jengki, dan terancam lenyap dari pandangan. Padahal rumah gaya Jengki pada tahun 60-an sampai dengan 70-an pernah mewarnai tampilan kota-kota besar bahkan kota-kota kecil di Indonesia. Untuk itu penulis mencoba mengetengahkan rumah gaya jengki dilihat dari sisi bentuk, estetika, dan maknanya. Menggunakan pendekatan beberapa konsep seperti form follows function, konsep eklektik, dan seni (arsitektur) sebagai ekspresi simbol, dengan harapan dapat mendudukkan rumah gaya jengki pada tempat sewajarnya dalam ranah arsitektur Indonesia. Artinya tidak dilupakan begitu saja. Namun lebih dari itu, dapat diambil spiritnya dalam konteks melahirkan gaya rumah atau arsitektur yang khas Indonesia. Kata kunci: rumah gaya jengki, bentuk, estetika, makna
KROBONGAN RUANG SAKRAL RUMAH TRADISI JAWA Widayat, Rahmanu
Dimensi Interior Vol 2, No 1 (2004): JUNI 2004
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.941 KB) | DOI: 10.9744/interior.2.1.pp. 1-21

Abstract

Krobongan located in dalem at Java tradition house is room equiped with langse (gordyn), bed, bolster and pillow, lamp, decorated in such of way, do not use for daily sleep, but for the first night nuptials sleep, heirloom saving place, rice plant seed saving place, and supply of prosperity divice. Krobongan assumed as sacred room which only dedicated to mbok Sri or Goddess Sri representing agriculture goddess, prosperity, bliss and fertility. Tradition make of krobongan as that sacred house at Java the rising generation this time have next to nothing. But tradition make of holy room require to be continued although with different function, meaning and form. Abstract in Bahasa Indonesia : Krobongan yang terletak di dalem pada rumah tradisi Jawa adalah ruang yang dilengkapi dengan langse (gordyn), tempat tidur, bantal dan guling, lampu, didekorasi sedemikian indahnya, tidak digunakan untuk tidur sehari-hari, tetapi untuk tidur malam pertama pengantin, tempat menyimpan pusaka, tempat menyimpan benih padi, dan perlengkapan lambang kesejahteraan. Krobongan dianggap ruang sakral yang hanya dipersembahkan kepada sosok mbok Sri atau Dewi Sri yang merupakan dewi pertanian, kesejahteraan, kebahagiaan dan kesuburan. Tradisi membuat krobongan sebagai ruang sakral itu pada generasi muda Jawa sekarang ini sudah hampir tidak ada. Namun tradisi membuat ruang yang suci perlu diteruskan walaupun dengan fungsi, bentuk dan makna yang berbeda. Kata kunci : Krobongan, ruang sakral, tempat dewi pertanian, kebahagian dan kesuburan.
Fine Art and Design Works In the Context of Intellectual Property Widayat, Rahmanu; Ardianto, Deny Tri
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol 3 No 1 (2020): April
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lekesan.v3i1.1085

Abstract

Fine Art and design works are classified as Intellectual Property that is protected by law. On the other hand, art creations are prone to be imitated or falsified on the grounds of being taken as inspiration or for commercial advantage. In Higher Education, especially in the field of Art and Design, methods to create original works have been taught to prevent intelectual property violation. However, due to dishonorable interests, the possibility of plagiarism and forgery can still occur. The questions that arise were: 1) what are classified as works of art and design? 2) What are the Intellectual Property Laws related to the field of art and design? 3) What are the prevention methods offered by fine arts and design higher education? Interpretation method was applied on the law concerning art and design, complemented with an explanation of art and design work creation process as a form of prevention to avoid imitations.
The Impact of Carbon Footprints and Restoration Efforts on Temples Using Andesite Stone Materials Herlambang, Rudy; Purwasito, Andrik; Warto, Warto; Widayat, Rahmanu
Research Horizon Vol. 3 No. 5 (2023)
Publisher : LifeSciFi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54518/rh.3.5.2023.165

Abstract

The various carbon footprints present in the environment can inevitably have a significant impact on cultural heritage sites. In fact, preserving cultural heritage buildings, including those made of andesite stone, is of paramount importance. This research aims to provide a clear understanding of the impact of carbon footprints generated by the degradation of temple buildings constructed with andesite stone. It also examines several strategies for restoring these structures as part of the broader effort to safeguard cultural heritage sites. The study's results indicate that the carbon footprint has resulted in the release of various chemical gases that have adversely affected the andesite stone, leading to structural issues. To address this, restoration efforts can be implemented through the establishment of a drainage system to control temple humidity and the improvement of concrete slabs to strengthen the temple foundations, which have eroded due to the impact of carbon footprints.
Content analysis of different types of nirmana teaching videos and the viewers’ perception Ardianto, Deny Tri; Wicaksono, Arif Ranu; Mataram, Sayid; Widayat, Rahmanu; Yuda, Jotika Purnama
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/dewaruci.v19i2.6468

Abstract

Nirmana is a mandatory basic competency for academic artists. Strengthening the basics of Nirmana is compulsory so that fine artists and designers maintain their bargaining position in society. One of the rising media to learn Nirmana is teaching videos available on online platforms such as YouTube. With the many types and styles of Nirmana learning videos available on YouTube, a study to analyze which type of videos are effective in learning Nirmana is needed. This study uses content analysis to classify videos that convey information about Nirmana into four groups: live demonstration videos, animated videos, conventional lecture videos, and tutorials (Step-by-step). To determine the video's effectiveness, the responses from viewers were analyzed using a pragmatic approach. From the analysis results, teaching videos in the form of live demonstrations, animations, and tutorials proved to be the most effective in assisting viewers to learn about Nirmana. Videos with these concepts can convey information in an engaging, clear, and visually understandable way, thus improving student understanding more effectively. Integrating the appropriate teaching videos into the Nirmana curriculum, such as live demonstrations for practical projects and animated videos or tutorials or theory, can help students understand Nirmana better.
"CARA JAWI” DALAM MEMBUMIKAN KAGUNAN RUPA DARI LUAR DAN PERSPEKTIF ESTETIKANYA widayat, rahmanu
Acintya Vol. 14 No. 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indoensia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/acy.v14i1.4341

Abstract

Abstract – Orang Jawa sering mendengar kesenian Jawa (kesenian suku Jawa di Indonesia) itu “adhi luhung” (bernilai tinggi) dan tidak sedikit yang mengagumi kagunan rupa (seni rupa) yang sarat dengan makna sebagai pedoman hidup. Sesungguhnya saat dikaji melalui wujudnya banyak kagunan rupa yang dianggap Jawa ini ternyata berasal dari luar budaya Jawa. Berdasarkan hal ini muncul pertanyaan apa saja wujudnya? Bagaimana kagunan rupa dari luar menjadi Jawa? dan bagaimana makna kagunan rupa tersebut setelah menjadi Jawa? dan Bagaimana Estetikanya? Ada metode yang menarik dari proses pembumian yang datangnya dari luar disebut dengan “cara Jawi” atau cara Jawa (Java style) sebagai tesis dari “cara Walandi” atau cara Belanda (penjajah suku Jawa). Warisan budaya kagunan rupa Jawa itu dapat diamati dalam arti luas di keraton-keraton penerus dinasti Mataram Islam berupa lampu robyong, kereta kuda, selop, topèngan pendhapa, tiang neoklasik dan beberapa ornamen bangunan keraton. Ada dua cara untuk menjadi Jawa yaitu pertama wujud apa adanya, kedua diowahi rupa-nya (dirubah bentuknya), kemudian diberi nama dan dimaknai dalam konteks budaya Jawa. Temuan menarik ketika keindahannya dikaji berdasarkan estetika rupa Jawa (estetika Timur) dan estetika Barat karena hasilnya saling melengkapi. Temuan ini menjadi penting karena orang Jawa saat ini untuk sekedar memberi nama Jawa pada produk rupa yang datangnya dari luar sudah tidak sempat, apalagi “ngowahi rupa cara Jawi” (merubah bentuk dengan cara Jawa). Penulis khawatir “cara Jawi” dalam konteks rupa ini semakin lama semakin pudar tergerus cepatnya kemajuan zaman. Keywords – cara Jawi, kagunan rupa, membumikan, estetika 
Pelatihan Konten Digital Partisipatif sebagai Upaya Promosi Budaya melalui Tiktok di Desa Kreatif Pereng, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah Ardianto, Deny Tri; Nurcahyanti, Desy; Purwantoro, Agus; Widayat, Rahmanu; Sulistyo, Bambang; Putri, Febi Rahma; Anshori, Siroj Ibnu Hajar Al; Ayob, Norhayati
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 5 No 5 (2025): JAMSI - September 2025
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.2076

Abstract

Masyarakat Desa Pereng menghadapi keterbatasan kemampuan dalam memanfaatkan media digital secara optimal untuk mempublikasikan kekayaan seni dan budaya lokal, sehingga potensi desa belum terekspos secara luas di ranah digital. Kegiatan ini bertujuan membekali masyarakat dengan kemampuan dasar pembuatan dan penyuntingan video, strategi distribusi konten, serta pemahaman tren digital yang mendukung publikasi seni budaya secara lebih luas. Metode pelaksanaan menggunakan pendekatan partisipatif berbasis pelatihan dan praktik langsung, diawali dengan sosialisasi mengenai pentingnya publikasi digital. Rangkaian kegiatan mencakup pelatihan teknis mulai dari perencanaan konten, teknik pengambilan gambar, penyuntingan video menggunakan TikTok dan aplikasi pengeditan video, hingga strategi distribusi dan optimasi algoritma. Pelatihan diikuti oleh 25 peserta yang terdiri dari perwakilan masyarakat, pelaku seni, dan pengelola desa kreatif. Pendampingan pembuatan konten difokuskan pada penguatan citra seni, budaya, dan lingkungan desa, disertai evaluasi efektivitas melalui analisis keterlibatan audiens di media sosial. Dampak terhadap mitra melalui kegiatan ini adalah meningkatnya keterampilan digital masyarakat, tersedianya konten promosi yang konsisten, serta meningkatnya eksposur dan daya tarik Desa Pereng di platform digital. Dampak jangka panjang meliputi penguatan ekonomi kreatif desa dan pengokohan identitas budaya lokal dalam menghadapi tantangan era digital.