Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGAJARAN DAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGI ABK DI YAYASAN WIDYA GUNA, GIANYAR, BALI Listiyani Dewi Hartika; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Diah Widiawati
Seminar Nasional Aplikasi Iptek (SINAPTEK) Vol 5 (2022): PROSIDING SINAPTEK
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (800.433 KB)

Abstract

ABSTRAKYayasan Widya Guna merupakan yayasan sosial yang bergerak dalam membantu anak-anak berkebutuhan khusus memperoleh pelatihan dan pendidikan. Tercatat 43 orang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang sudah bergabung di yayasan untuk saat ini. Masalah utama yang dihadapi oleh yayasan ini adalah kurangnya tenaga pengajar yang membantu dalam proses pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Kurangnya tenaga pengajar ini berdampak pada kemampuan yayasan dalam menampung kuota jumlah anak-anak berkebutuhan khusus yang dapat diajarkan dalam yayasan. Selain itu juga, penanganan secara psikologis bagi anak-anak berkebutuhan khusus masih kurang efektif untuk diterapkan akibat kurangnya tenaga profesional. Selama ini, anak-anak berkebutuhan khusus hanya diberikan pelatihan secara mandiri tanpa adanya pendampingan secara psikologis dari tenaga pengajar maupun yayasan. Solusi yang diberikan adalah dengan mengirimkan bantuan tenaga pengajar sukarela yang terdiri atas dosen dan mahasiswa guna membantu proses belajar di yayasan serta melakukan pendampingan psikologis kepada anak anak yang memiliki kebutuhan pendampingan ksusus selama periode 3 bulan. Adapun hasil pelaksanaan PKM di Yayasan Widya Guna Gianyar adalah selain dapat mencukupi kebutuhan tenaga pengajar, pendampingan psikologis yang diberikan juga dapat memberikan manfaat kepada peserta didik di yayasan. Anaka-anak dampingan mampu menunjukkan kondisi emosional yang lebih stabil dan beberapa anak sudah mampu melakukan tugas sederhana yang diberikan dengan lebih tenang dan hasil karya yang lebih rapi. Selain itu ada juga nak-anak dampingan yang sudah mulai dapat mengungkapkan emosi sederhana mereka secara lebih terbuka, seperti ketika mereka merasa kesal, lelah, senang, atau marah.Kata kunci: Yayasan, Widya Guna, Psikologi, Anak Berkebutuhan Khusus
Hubungan Perilaku Penggunaan Gadget di saat Pandemi dengan Loneliness pada Dewasa Awal di Bali Rafly Madia Waskita Tambunan; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Yashinta Levy Septiarly
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol 1, No 2 (2022): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.935 KB)

Abstract

                                             Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan gadget dengan loneliness pada dewasa awal di bali. Penelitian terdahulu ditemukan bahwa masa dewasa awal rentan mengalami kesepian disaat pandemi yang disebabkan karena adanya isolasi sosial atau karantina. Pandemi juga memaksa seluruh kegiatan pekerjaan dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan gadget hal tersebut dapat memberikan dampak kepada perilaku penggunaan gadget mereka yang dilakukan secara berlebihan. Penelitian ini mengukur perilaku penggunaan gadget dengan menggunakan alat ukur yang telah dibuat oleh peneliti dan pengukuran loneliness menggunakan alat ukur UCLA Loneliness Scale yang sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 111 partisipan yang dalam masa dewasa awal dan menggunakan gadget. Hasil analisa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar perilaku penggunaan gadget dengan loneliness(sig= 0.777>0.05). Peneliti berasumsi bahwa tidak adanya hubungan antar variabel disebabkan karena adanya faktor lain yang tidak ditelili dalam penelitian ini yang dapat berhubungan dengan terjadinya loneliness di kalangan partisipan.Kata kunci: Perilaku penggunaan gadget, dewasa awal, loneliness                                             Abstract The study aims to know relation behaviour the use of the gadgets with loneliness in early adulthood in Bali. Previous study found that the early adulthood susceptible experienced lonely when pandemics caused as social isolation or quarantine. Pandemic was also force the whole job activities and learning process conducted by gadgets and this things impacted to the behaviour the use of gadget done too much. This study measured behaviour of the use of gadget by using instrument that has been made by researcher and loneliness measurements use UCLA Loneliness Scale which has been adapted into Bahasa Indonesia. Sample in this study was 111 participants who were on early adulthood and used gadget. The result showed that there was no relation between use gadget and behaviour the use of gadget and loneliness (sig=0.777>0.05). Researcher assume that there was no variable cause of other factors that was no searched in this study that could be loneliness on participants.Keywords: Gadget use behavior, loneliness, early adulthood
Hubungan Resiliensi dan Burnout syndrome pada Perawat Rumah Sakit Umum Bali Royal Made Prabhanika Rahayu Dharmeswari; I Rai Hardika; Agnes Utari Hanum Ayuningtias
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol 1, No 2 (2022): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.82 KB)

Abstract

                                                 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara resiliensi perawat RSU Bali Royal dan burnout syndrome yang dialaminya. Secara lebih spesifik, penelitian ini mengkaji dinamika hubungan antara resiliensi yang dimiliki perawat dan burnout syndrome yang mereka alami selama bekerja sejak sebelum hingga selama pandemi Covid-19. Burnout syndrome dan resiliensi diukur dengan skala psikologi Maslach Burnout Inventory (Human Service Survey) dan Resilience Quotient yang sudah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Sampel penelitian adalah 115 perawat RSU Bali Royal berusia di atas 21 tahun dan bertugas aktif. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi secara positif terhadap burnout syndrome (sig= 0,00 < 0,05). Resiliensi yang berlebihan membuat perawat tetap bertahan dan bekerja melebihi batas kemampuannya di masa pandemi yang sudah berlangsung selama 2 tahun dan tidak diketahui kapan akan berakhir.Kata kunci: Burnout syndrome, perawat, resiliensi, RSU Bali Royal                                               Abstract The aim of this study was to determine the relationship between resilience of nurses and their burnout syndrome. Specifically, this study examined the dynamic of resilience and burnout syndrome of nurse who have been on duty during the pandemic. Burnout syndrome and resilience was measured using Maslach Burnout Inventory Human Service Survey and Resilience Quotient. Research sample was 115 nurses above 21 years old and actively working at BROS. Regression analysis results showed that resilience was positively correlated with burnout syndrome (sig= 0,00<0,05). Excessive level of resilience led nurses to sustain and overwork beyond their capacity during the pandemic which had been going on for 2 years and still unknown of when it would end.Keywords: Bali Royal Hospital, burnout syndrome, nurse, resilience
Hubungan antara Pet Attachment dengan Psychological Well-Being pada Masyarakat Bali yang Memelihara Hewan Anjing Agnes Utari Hanum Ayuningtias; I Gusti Ayu Made Evania Hambarsika; I Rai Hardika
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol. 2 No. 1 (2023): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/js.v2i1.2482

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pet attachment dengan psychological well-being masyarakat Bali yang memiliki hewan peliharaan anjing. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif, alat ukur pet attachment dan psychological well-being diukur dengan skala Lexington Attachment to Pets Scale dan Six- Dimensional Psychological Well-being Scale yang sudah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Sampel penelitian berjumlah 349 orang masyarakat Bali yang memeliharan hewan peliharaan anjing, berusia 18-40 tahun dan beragama Hindu. Hasil analisa korelasi menujukan bahwa pet attachment berkorelasi secara positif terhadap psychological well-being (sig= 0.00 < 0.05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.799. Meningkatnya pet attachment seperti peningkatan terhadap kualitas hidup, gaya hidup yang sehat dan sumber kenyamanan maka akan ada peningkatan juga terhadap psychologocal well-being pemilik hewan peliharaan anjing.
Penerimaan Diri Atlet Taekwondo yang Terkena Degradasi Argya Virangga Roring; Diah Widiawati Retnoningtias; Agnes Utari Hanum Ayuningtias
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v5i2.12166

Abstract

Degradasi dapat berdampak negatif pada kehidupan atlet, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Atlet perlu mengupayakan penerimaan diri agar dapat menyesuaikan diri dengan realitas dan kondisi emosional yang dihadapi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak yang dialami subjek saat mengalami degradasi, proses penerimaan diri subjek yang mengalami degradasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi proses penerimaan diri subjek. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi terhadap atlet taekwondo yang mengalami degradasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek melalui tiga proses untuk dapat sampai pada tahap penerimaan diri, yaitu psychology state, self insight, dan social intervention. Subjek 1 dan 3 sudah sampai pada tahap penerimaan diri karena dapat mengapresiasi, menghargai nilai diri, bangga dengan hal yang telah dilalui, dan memiliki target realistis sesuai kemampuan. Subjek 2 belum sampai pada tahap penerimaan diri karena belum dapat mengapresiasi diri, belum bangga pada pencapaian saat ini, dan belum memiliki harapan realistis yang ingin dicapai.
Kesejahteraan Psikologis Lansia yang Tidak Mempunyai Anak Laki-Laki di Panti Sosial Tresna Werdha X Bali Ni Putu Lilik Agestin; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Dermawan Waruwu
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 1 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i1.1081

Abstract

Abstrak. Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) X yang tidak mempunyai anak laki-laki memiliki permasalahan mengenai relasi yang kurang baik dengan penghuni Panti dan Keluarga. Relasi kurang baik itu muncul karena perasaan malu narasumber dan itu berdampak terhadap hubungannya dengan sesama penghuni Panti. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan dan menemukan faktor-faktor dimensi kesejahteraan psikologis lansia yang tidak mempunyai anak laki-laki di PSTW X Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dianalisis secara Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi konflik psikologis yang dialami lansia sebelum tinggal di PSTW X yaitu sikap lansia yang melakukan penolakan terhadap tanggung jawab di desanya mengenai ngayah karena kekuatan fisik yang menurun. Kemudian persepsi lansia mengenai gender bahwa anak perempuan tidak seharusnya merawat orang tua dan kebutuhan lansia untuk dirawat (caregiver) yang membuat lansia berinisiatif tinggal di PSTW X. Dari keenam dimensi kesejahteraan psikologis lansia, ada lima dimensi yang terpenuhi yaitu penerimaan diri, hubungan positif terhadap orang lain, otonomi, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Dengan demikian terjadi perubahan dalam kesejahteraan psikologisnya, di saat lansia memikirkan konfliknya kembali dan itu berpengaruh di lingkungan PSTW X.Kata Kunci: Lansia, Kesejahteraan Psikologis, InterpretativeAbstract. Elderly in Werdha Nurshing Home (PSTW) x has no boys have problems about the relationship is not good with The residents and families. Relations less well it appears because of the feeling of shame Speaker and it affect his relationship with fellow residents of the care. Thus researchers interested in conducting research with the aim of describing and understanding the psychological well-being of the elderly in PSTW X who did not have the boy. This study uses qualitative methods with the phenomenology of approach are analyzed in Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The results showed that the psychological conflicts experienced by the elderly before lived in X PSTW i.e. elderly attitude that does the rejection of responsibility in his village about ngayah due to declining physical strength. Then the perception of the elderly regarding gender that girls aren't supposed to care for the elderly and elderly needs to be treated (caregiver) that make the elderly initiative resides in PSTW x. Of the six dimensions of psychological well-being of the elderly, there are five dimensions are met i.e. self-acceptance, positive relationship towards other people, autonomy, purpose of life and personal growth. Thus there are changes in their psychological well-being, while the elderly think conflict is back and it's influential environment PSTW X.Keywords: The Elderly, Psychological Well-being, Interpretative Phenomenological Analysis Werdha Nurshing Home. Phenomenological Analysis (IPA), Panti Sosial Werdha.
Hubungan Spiritual Tourism dan Coping dengan Kebahagiaan pada Perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali Gusti Ayu Diliana Saraswati Devi; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Listiyani Dewi Hartika
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i2.1092

Abstract

Abstrak. Spiritual tourism merupakan perjalanan yang bermotif agama atau spiritual yang dapat menimbulkan rasa damai, harmonis, sehat, dan bahagia, sehingga bisa menjadi coping dalam mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan stres. Hal ini diduga mampu meningkatkan kebahagiaan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spiritual tourism dan coping dengan kebahagiaan pada perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali. Tipe penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan metode korelasional dan dianalisis menggunakan regresi berganda. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 133 partisipan (usia 20-65 tahun) yang diperoleh dengan menggunakan teknik sampel kuota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa spiritual tourism, coping dan kebahagiaan memiliki korelasi yang positif, selain itu hasil menunjukan spiritual tourism dan coping dapat memprediksikan kebahagiaan (r = 0.521). Karena spiritual tourism tidak terlepas dari kegiatan spiritual dan berwisata, dari kedua hal ini masing-masing memiliki manfaat tersendiri dalam meningkatkan kebahagiaan, sedangkan coping dilihat dari beberapa kegiatan spiritual tourism yang sering dilakukan oleh perkumpulan tersebut dapat meningkatkan hubungan sosial dan dukungan sosial bagi individu sehingga dapat menimbulkan kebahagiaan.Kata Kunci: spiritual tourism, coping, kebahagiaan, perkumpulan ISKCON.Abstract. Spiritual tourism is a pilgrimage with religious or spiritual motives that bring peace, harmony, health, and happiness. Based on that definition, Spiritual tourism may also be a coping for any situation that can make people stress. This study aims to define the relationship between spiritual tourism, coping and happiness among members of International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) in Bali. Participants of this study were consisted of 133 members of ISKCON in Bali with an age range of 20-65 years. This study used multiple regression analytic to test three variables: spiritual tourism, coping stress, and happiness. Results showed a significant positive correlation between spiritual tourism, coping stress and happiness (p<.05). Furthermore, spiritual tourism and coping may predict happiness (r=.521). The implications of this findings are further discussed.Keywords: spiritual tourism, coping, happiness, ISKCO
Persepsi Daya Tarik Seksual Penduduk Lokal Terhadap Wisatawan Asing Listiyani Dewi Hartika; Ni Nyoman Ari Indra Dewi; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Shafira P; Alexandra Auliffe; Assrid Assrid; Linda Sandy; Putri Vanezia
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 6 No. 1 (2022): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v6i1.1832

Abstract

Abstrak. Keberadaan wisatawan asing di Bali tentu saja akan menimbulkan persepsi tersendiri bagi penduduk setempat atau penduduk lokal. Persepsi seseorang mengenai sesuatu hal tentu akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakan yang akan dilakukannya. Pada hal ini salah satu sikap yang dapat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki orang lokal atau penduduk lokal terhadap wisatawan asing ialah daya tarik seksual. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memahami secara mendalam gambaran persepsi dan kemudian melihat bentuk-bentuk persepsi yang timbul dari penduduk lokal terhadap daya tarik seksual wisatawan asing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif jenis Grounded Theory. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang bertempat tinggal di Kabupaten Badung, Bali dengan usia 20-40 tahun atau yang tergolong dalam dewasa muda dan memenuhi kriteria-kriteria penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan persepsi penduduk lokal yang dapat memunculkan daya tarik seksual pada wisatawan asing ialah faktor fisik, sifat, prestise, adaptif, pengalaman, bersenang-senang, pemenuhan kebutuhan seksual dan emosional, serta Bali sebagai daerah wisata.Kata kunci: persepsi daya tarik seksual, penduduk lokal, wisatawan asing
Hubungan Resiliensi dan Burnout syndrome pada Perawat Rumah Sakit Umum Bali Royal Made Prabhanika Rahayu Dharmeswari; I Rai Hardika; Agnes Utari Hanum Ayuningtias
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol. 1 No. 2 (2022): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/js.v1i2.2334

Abstract

                                                 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara resiliensi perawat RSU Bali Royal dan burnout syndrome yang dialaminya. Secara lebih spesifik, penelitian ini mengkaji dinamika hubungan antara resiliensi yang dimiliki perawat dan burnout syndrome yang mereka alami selama bekerja sejak sebelum hingga selama pandemi Covid-19. Burnout syndrome dan resiliensi diukur dengan skala psikologi Maslach Burnout Inventory (Human Service Survey) dan Resilience Quotient yang sudah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Sampel penelitian adalah 115 perawat RSU Bali Royal berusia di atas 21 tahun dan bertugas aktif. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi secara positif terhadap burnout syndrome (sig= 0,00 < 0,05). Resiliensi yang berlebihan membuat perawat tetap bertahan dan bekerja melebihi batas kemampuannya di masa pandemi yang sudah berlangsung selama 2 tahun dan tidak diketahui kapan akan berakhir.Kata kunci: Burnout syndrome, perawat, resiliensi, RSU Bali Royal                                               Abstract The aim of this study was to determine the relationship between resilience of nurses and their burnout syndrome. Specifically, this study examined the dynamic of resilience and burnout syndrome of nurse who have been on duty during the pandemic. Burnout syndrome and resilience was measured using Maslach Burnout Inventory Human Service Survey and Resilience Quotient. Research sample was 115 nurses above 21 years old and actively working at BROS. Regression analysis results showed that resilience was positively correlated with burnout syndrome (sig= 0,00<0,05). Excessive level of resilience led nurses to sustain and overwork beyond their capacity during the pandemic which had been going on for 2 years and still unknown of when it would end.Keywords: Bali Royal Hospital, burnout syndrome, nurse, resilience
Hubungan Perilaku Penggunaan Gadget di saat Pandemi dengan Loneliness pada Dewasa Awal di Bali Rafly Madia Waskita Tambunan; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Yashinta Levy Septiarly
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol. 1 No. 2 (2022): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/js.v1i2.2337

Abstract

                                             Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan gadget dengan loneliness pada dewasa awal di bali. Penelitian terdahulu ditemukan bahwa masa dewasa awal rentan mengalami kesepian disaat pandemi yang disebabkan karena adanya isolasi sosial atau karantina. Pandemi juga memaksa seluruh kegiatan pekerjaan dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan gadget hal tersebut dapat memberikan dampak kepada perilaku penggunaan gadget mereka yang dilakukan secara berlebihan. Penelitian ini mengukur perilaku penggunaan gadget dengan menggunakan alat ukur yang telah dibuat oleh peneliti dan pengukuran loneliness menggunakan alat ukur UCLA Loneliness Scale yang sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 111 partisipan yang dalam masa dewasa awal dan menggunakan gadget. Hasil analisa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar perilaku penggunaan gadget dengan loneliness(sig= 0.777>0.05). Peneliti berasumsi bahwa tidak adanya hubungan antar variabel disebabkan karena adanya faktor lain yang tidak ditelili dalam penelitian ini yang dapat berhubungan dengan terjadinya loneliness di kalangan partisipan.Kata kunci: Perilaku penggunaan gadget, dewasa awal, loneliness                                             Abstract The study aims to know relation behaviour the use of the gadgets with loneliness in early adulthood in Bali. Previous study found that the early adulthood susceptible experienced lonely when pandemics caused as social isolation or quarantine. Pandemic was also force the whole job activities and learning process conducted by gadgets and this things impacted to the behaviour the use of gadget done too much. This study measured behaviour of the use of gadget by using instrument that has been made by researcher and loneliness measurements use UCLA Loneliness Scale which has been adapted into Bahasa Indonesia. Sample in this study was 111 participants who were on early adulthood and used gadget. The result showed that there was no relation between use gadget and behaviour the use of gadget and loneliness (sig=0.777>0.05). Researcher assume that there was no variable cause of other factors that was no searched in this study that could be loneliness on participants.Keywords: Gadget use behavior, loneliness, early adulthood