Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

ANALISIS KESTABILAN STATIK DAN DINAMIK PADA PESAWAT LSU-05 NG (LAPAN SURVEILLANCE UAV 05 NEW GENERATION) DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK XFLR5 Zera Angeline Rerung; Edi Sofyan; Ferry Setiawan
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 6 No 2 (2020): Teknika STTKD
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (854.766 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v6i2.215

Abstract

Aviation in Indonesia has progressed from time to time, both in terms of existing technology and infrastructure. One of them is the development of unmanned aircraft or commonly called unmanned aircraft which is commonly abbreviated as UAV (Unmanned Aerial Vehicle). The LSU-05NG aircraft is an unmanned aircraft designed by the LAPAN Aviation Technology Center (National Institute of Aviation and Space). This aircraft is designed to meet surveillance needs or is intended for observation of a very wide area of coverage only by installing sensor devices such as cameras and FLIR (Forward Looking Infra Red). To launch this surveillance mission, the LSU05NG aircraft must have stability. Due to the light weight and also small aircraft, the stability of this aircraft will be more easily disrupted, so there is a need for stability for the LSU-05NG aircraft to carry out its mission properly. An aircraft is said to be statically stable if the lateral dimension has a value ????ɩ???? < 0, the longitudinal dimension has a value ???????????? < 0, and on the directional dimension the value ???????????? > 0. By modeling the Lsu05 new generation aircraft and analyzing the stability of the aircraft in XFLR5 software so as to obtain the roots of aerodynamic characteristics. Based on the results of analyzes conducted on XFLR5 software, the LSU-05 new generation aircraft is statically stable and changes in speed cannot affect its stability.
PERANCANGAN REAKTOR KAPASITAS 12 m³ UNTUK EPOXY RESIN DENGAN TEKANAN KERJA 3,8 kg/cm² DAN TEMPERATUR KERJA 150℃ Yudhi Chandra Dwiaji; Lintar Aji Saputra; Ferry Setiawan
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 7 No 1 (2021): Teknika STTKD
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1611.116 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v7i1.301

Abstract

Penggunaan epoxy resin di industri kimia sangat besar, epoxy resin digunakan sebagai bahan adhesif dan lapisan pelindung yang baik. Epoxy resin mempunyai densitas 1.051 kg/m³, viskositas 10.000 cps pada tekanan kerja 3.8 kg/cm² dan temperature kerja 150 ͦC dari media uap air kering, material yang ditentukan yaitu stainless steel SA 240 TP 304. Reaktor terdiri dari bejana tekan dan pengaduk/agitator, reaktor sering terjadi ledakan pada saat pengoperasian dan untuk agitator terjadi permasalahan dari daya motor dan poros yang dikarenakan kurang ketelitian dalam proses mendesain reaktor. Dalam penelitian ini reaktor didesain untuk menghasilkan tebal dari bejana tekan berdasarkan standar ASME Sec. VIII div. I, daya motor dan tipe motor yang dibutuhkan, diameter poros dan tebal dari impeller. Ada dua metode untuk mendesain reaktor yaitu perhitungan manual menggunakan microsoft Excel dan pembanding software PV Elite 2016 untuk bejana tekan, dan untuk perhitungan agitator menggunakan microsoft Excel dengan hasil akhir adalah sketsa reaktor yang desain. Hasil perhitungan ini ketebalan pada shell sebesar 3 mm, pada top torispherical sebesar 5 mm, pada bottom torispherical sebesar 5 mm dengan material SA-240 TP304 dan pada half coil sebesar 3 mm dengan material SA-283 grade C. Dan kedua metode baik manual maupun dengan software PV Elite 2016 tidak ada perbedaan yang signifikan. Perhitungan daya motor penggerak reaktor kapasitas 12 m³ sebesar 3 kW dengan putaran 72 rpm, dan spesifikasi gear motor SK 4282-100LA/4, dengan diameter poros 63,5 mm atau 2,5 inci dengan aktual defleksi sebesar 9,76 mm. dan diameter dari pitch paddle blade sebesar 805 mm dengan tebal 10 mm dan lebar blade 120 mm.
BRAKE SYSTEM PADA PESAWAT CESSNA GRAND CARAVAN 208B Ferry Setiawan; Faizal Sribudi Nugroho
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 2 No 2 (2015): Teknika STTKD: Jurnal Teknik, Elektronik, Engine
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.237 KB)

Abstract

Transportasi udara sendiri tidak lepas dengan namanya pesawat terbang sebagai sarana transportasi. Pesawat terbang merupakan alat transportasi yang dapat memindahkan manusia, binatang, maupun barang dari tempat satu ketempat lain dalam waktu yang relative singkat. Kondisi pesawat terbang selalu dituntut dalam keadaan prima dan memiliki tingkat keselamatan, keamanan, dan kenyamanan yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui fungsi dan komponen Brake Pada Pesawat Cessna Grand Caravan 208B, mengetahui cara kerja brake system pada pesawat Cessna Grand Caravan 208B, mengatahui troubleshooting brake pada pesawat Cessna Grand Caravan 208B. Penelitian yang kami lakukan adalah secara diskriptis dimana brake system akan dijelaskan secara umum. Analisisdata yang digunakan yaitu analisa kualitatif, sehingga tidak menggunakan angka maupun perhitungan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi terhadap brake system pada pesawat Cessna Grand Caravan 208B, sedangkan untuk sumber-sumber data dari buku maupun referensi lainnya seperti training manual dan aircraft maintenance manual. Brake berfungsi mensuport pesawat saat parking, taxing dan landing. Pada pesawat terbang Cessna Grand Caravan 208B dilengkapi dengan 3 wheel yang terdiri dari sebuah nose wheel dan 2 buah main wheel serta tire assembly dengan tire innertube. Masing-masing main gear dilengkapi dengan brake yang di fungsikan secara manual. Brake sendiri memanfaatkan hydraulic system dalam kinerjanya. Cara mengatasi brake tersebut adalah dengan belakukan bleeding atau mengganti komponen brake sendiri seperti cylinder, brake lining ataupun disc brake.
ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN WINGLET TERHADAP DISTRIBUSI TEKANAN PADA WING BOEING 737-500 DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Fahriza Maulana Fahriza Maulana; Ferry Setiawan; Gaguk Marausna
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1437.606 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.595

Abstract

Pada era pesawat modern, pemasangan winglet sendiri adalah untuk mengurangi vortex pada wingtip pesawat, sehingga komponen ini dapat mengurangi gaya hambat atau drag pada pesawat sehingga bahan bakar lebih efisien. Namun, efek negatif dari pemasangan winglet ini adalah terjadinya crack pada spar sebagai komponen penyangga utama dari wing pesawat. Oleh karena itu, perlu adanya analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar akibat dari pemasangan winglet tersebut. Untuk melakukan analisis tersebut, tentunya peneliti wajib mengetahui dimensi wing Boeing 737-500 dan jenis – jenis material yang digunakan pada wing sesuai dengan AMM ATA 6 dan jurnal penelitian sebelumya. Pada proses analisis ini, peneliti melakukan simulasi dengan menggunakan 3 variasi kecepatan yaitu 210 knot, 230 knot dan 250 knot serta pembebanan berdasarkan gaya lift maksimal yang dihasilkan oleh wing. Dengan data tersebut, maka peneliti dapat mengetahui reaksi wing melalui simulasi stress, displacement dan strain yang dihasilkan. Berdasarkan data hasil simulasi, maka dapat diketahui bahwa stress maksimal yang terjadi pada wng Boeing 737-500 tanpa pemasangan winglet adalah terletak pada titik pemasangan engine. Pada wing dengan pemasangan winglet, dapat diketahui bahwa titik stress terbesar tidak jauh berbeda dibandingkan wing tanpa winglet. Namun, beban yang dihasilkan oleh pemasangan winglet ini memiliki peningkatan 10% hingga 35% dimana nilai tersebut merupakan nilai yang cukup besar bagi struktur pesawat terbang.
ANALISIS WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM ALLOY 2024 TERHADAP UJI KEKERASAN VICKERS DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROPLATING Reza Setiawan; Sehono Sehono; Ferry Setiawan
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.983 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.620

Abstract

Elektroplating adalah metode finisihing yang digunakan untuk menaikkan sifat dan tampilan dari logam, hal ini dikarenakan logam utama akan dilapisi oleh ion-ion logam jenis lain. Dengan adanya proses elektroplating dapat memberikan sebuah metode yang relatif mudah dan murah untuk menaikkan sifat dan tampilan dari logam. Prinsip dasar dari elektroplating adalah logam yang ada dibagian katoda akan melepaskan ion-ion untuk selanjutnya menempel pada logam yang dihubungkan dengan anoda. Proses ini akan berjalan secara terus menerus sampai dengan arus listrik yang dialirkan dimatikan. Pada penelitian ini dilakukan proses elektroplating dengan menggunakan aluminium 2024 sebagai logam utama dan nikel seabagai logam pelapis. Variasi dari waktu yang digunakan pada proses elektroplating adalah 20 menit, 30 menit, dan 40 menit. Setelah dilakukan proses elektroplating maka selanjutnya aluminium dilakukan uji kekerasan untuk mengetahui dampak dari variasi waktu proses elektroplating. Dari hasil pengujian kekerasan menggunakan metode Hardness Vickers maka spesimen dengan nilai tertinggi terdapat pada variasi waktu 20 menit dengan nilai 328,11 kgf/mm, sedangkan yang paling rendah terdapat pada variasi 40 menit dengan nilai 140.445 kgf/mm. Dari hasil foto mikro juga menunjukkan bekas indentor pada variasi 40 menit memiliki lubang terbesar sedangkan pada waktu 20 menit yang paling kecil. Sehingga semakin lama dari proses elektroplating akan menurunkan nilai kekerasan dari aluminium alloy 2024 yang dilapisi dengan nikel.
EKSPERIMEN PEMBUATAN KOMPOSIT BERBAHAN DASAR TANAMAN MENDONG MENGGUNAKAN METODE VACUUM BAGGING Diaza Erlangga Briyan Nugraha; Ferry Setiawan; Sehono
Journal of Applied Mechanical Engineering and Renewable Energy Vol 2 No 2: August 2022
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.455 KB) | DOI: 10.52158/jamere.v2i2.376

Abstract

Kompoait merupakan sebuah teknologi matrial yang saat ini sedang berkembang, komposit sendiri merupakan gabungan dari dua atau lebih matrial yang tersusun dari penguat dan matriks. Komposit memiliki beberapa cara pembuatan salah satunya adalah vacuum bagging dimana car aini adalah salah satu cara termudah dalam pembuatan komposit, vacuum bagging menggunakan mesin vacuum untuk menciptakan daya hisap dan tekan yang nantinya berguna untuk menghilangkan gelembung gelembung udara yang ada pada proses pembuatan komposit. Dalam pembuatan komposit bahan yang digunakan biasanya matriks yang berupa resin dan katalis, dan bahan penguat yang biasanya menggunakan serat, serat sendiri terdiri dari serat buatan dan serat alam, serat yang sering digunakan dalam dunia industry adalah serat buatan seperti nylon atau fiber, dimana serat nylon atau fiber ini memiliki kekuatan dan ketahanan yang bagus, sedangkan serat alam sendiri masih dikembangkan guna untuk mengganti bahan bahan sintetis yang mempunyai dampak buruk bagi lingkungan. Mendong merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh dan dibudidayakan di Indonesia, tanaman ini memiliki nama ilmiah (Fimbrystylis Globulosa), tanaman ini biasa hidup di lahan basah atau rawa rawa, tanaman ini biasanya dimanfaatkan batangnya yang nantinya dijadikan sebuah kerajinan tangan berupa topi, tas, tikar dan lain sebagainya.pada penelitian ini dilakukan eksperimen pembuatan komposit berbahan dasar tanaman mendong dan untuk mengetahui kekuatan tarik dari komposit tersebut. Hasilnya Anyaman tanaman mendong yang sudah direndam dengan NaOH ternyta mempengaruhi struktur dari tanaman dimana warna tanaman berubah menjadi lebih gelap dan memiliki tekstur yang kaku. Setelah di jadikan komposit spesimen terlihat kuat, kaku dan tidak elastis, terdapat juga beberapa lubang yang dihasilkan oleh gelembung resin yang tidak merata pada permukaan.anyaman. pada pengujian tarik dari semua sampel yang diuji memiliki kekuatan yang terbilang baik dimana rata rata kekuatan tariknya sebesar 1,44 KgF/mm2.
The use of wavy vortex generators in the cooling system to reduce the photovoltaic temperature rise Gaguk Marausna; Erwan Eko Prasetiyo; Ferry Setiawan
International Journal of Power Electronics and Drive Systems (IJPEDS) Vol 14, No 2: June 2023
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijpeds.v14.i2.pp1210-1217

Abstract

A solar panel will be exposed to sunlight when in use, which causes its temperature to increase. The performance of power production will be impacted if the solar panel's temperature conditions are too hot. High-temperature solar panels can reduce the amount of electrical energy generated. To prevent the temperature of the solar panels from rising too much, a cooling system is required. The proposed solution of this research is a cooling system for solar panels that makes use of heat transfer through water. The solar panels tested in this study have a tilt angle of 20 degrees. The cooling device has dimensions of 400 mm length, 278 mm width, and 20 mm height, with a wavy-type vortex generator positioned in the cooling device mounted on the underside of the solar panel. As a result of the heat flux applied to the top surface of the solar panel, it causes an increase in temperature. The resulting voltage and electric current are reduced. Computational simulations were carried out to determine the performance of the type of vortex generator used. At a cooling water flow rate of 200–600 ml/min, heat transfer with a vortex generator type B works optimally.
RANCANGAN SISTEM PENDINGIN PANEL SURYA JENIS BOX DENGAN ARAH ALIRAN HORIZONTAL Azhar Jatmiko; Gaguk Marausna; Ferry Setiawan
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 9 No 1 (2023): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56521/teknika.v9i1.625

Abstract

Based on its geographical location, Indonesia has the potential to use solar energy as a future energy source, considering that Indonesia is located on the equator, which means that Indonesia is always exposed to the sun throughout the year. One of the obstacles in the application of solar power plants is the low efficiency of solar panels and constraints in their storage so that they can be used at night. Seeing the effectiveness of a solar panel working at a temperature of approximately 25˚ C, the solar panel requires cooling by flowing water on the bottom surface to be more efficient. In this study, a solar panel cooling system was made by providing variations in the flow direction of the water medium used. So that it will be known the effect of the cooling system that has been made, starting with the design and installation scheme until testing is carried out to obtain the required variable data. The results obtained in this study were tested for 40 minutes with a time span of every 2 minutes, the temperature of the fluid used in the cooling system was stable, the temperature test increased. In the solar control test, the electricity produced always decreases, in the volt meter test the voltage produced has decreased and the electric current has decreased significantly, the temperature of the solar panel has increased quite high. Therefore, the results of using a device in the form of a solar panel cooling system can be concluded that it is able to slightly reduce the heat on the solar panel but still requires further study.
PERBANDINGAN METODE VACUUM INFUSION & VACUUM BAGGING PADA KOMPOSIT BERPENGUAT FIBER KARBON KEVLAR Muhammad Zulfikar; Ferry Setiawan; Dhimas Wicaksono
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 9 No 1 (2023): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56521/teknika.v9i1.860

Abstract

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan karakteristik spesifik uji bending dari material komposit dengan matrix resin epoxy lycal berpenguat fiber karbon kevlar yang di buat dengan metode vacuum infusion dan vacuum bagging di lanjutkan dengan uji SEM untuk mengetahui karakteristik ikatan material komposit. Hasil dari rata-rata pengujian Bending menunjukkan hasil spesimen vacuum infusion sebesar 253,68 MPa dan spesimen vacuum bagging sebesar 187,8 MPa dimana kita bisa mengetahui bahwa material dengan metode pembuatan vacuum infusion lebih baik dari metode vacuum bagging. Dari hasil analisis menggunakan SEM menunjukkan karakteristik mikroskopik material dari hasil uji bending dengan metode pembuatan vacuum infusion memiliki kerapatan yang lebih baik karena memiliki void yang sedikit dibuktikan dengan data kandungan gas pada metode vacuum infusion yang memiliki konsentrasi berat 33,6%, hasil dari pengujian SEM dengan metode pembuatan vacuum bagging memiliki kerapatan yang kurang baik karena memiliki void yang lebih banyak di mana dibuktikan data kandungan gas pada vacuum bagging memiliki konsentrasi berat 33,58%. Void terbentuk dari gas yang terperangkap dalam material komposit Ketika proses manufaktur sehingga mempengaruhi kekuatan bending karena semakin banyak void pada material menyebabkan kurangnya kerapatan pada material yang mempengaruhi kekuatan bending pada material.
THE EFFECT OF VARIATION OF TEMPERATURE ON PULL TEST OF FIBERGLASS FIBER COMPOSITE MATERIALS WITH VACUUM ASSISTED RESIN INFUSION (VARI) Dialis Okta Saputa; Ferry Setiawan; Dhimas Wicaksono
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 9 No 1 (2023): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56521/teknika.v9i1.868

Abstract

To determine the effect of temperature variations on mixing fiberglass composite resin materials with the vacuum infusion method in the Tensile test. To determine the effect of the lowest and best temperature variations on mixing fiberglass composite resin materials with the vacuum infusion method on fotomikro. Variation fixed resin; polyester, fiber; fiberglass, vacuum; vacuum Infusion. Variable temperature of mixing resin 30˚C, 40˚C, and 50˚C. In this study, the vacuum infusion method was used, where the researcher made a specimen using the Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI) process. In the VARI process, dry fiber is placed between the fixmold and the plastic bag, then the resin is injected after the space inside the plastic bag is under low pressure and the process continues until all parts of the fiber are wetted by the resin. After the specimen is made, then a tensile test is carried out to determine the mechanical strength of the specimen being tested. Then analyze the tensile test data using the equations used and displayed in the form of graphs and tables. This study was used to determine the effect of fiberglass composites with the vacuum infusion method on the tensile strength test. results of Tensile testing of fiberglass fiber composites and temperature variations of 30°C, 40°C, and 50°C. From the table it can be seen that the specimen with the best performance is found in the specimen with a temperature variation of 50°C, where the load that can be withheld reaches 508.56 kgf. So for maximum tensile strength it produces 11.07 MPa. Then on the specimen with a temperature variation of 40°C the best performance is 361.95 kgf. So for maximum tensile strength it produces 8.46 MPa. In specimens with a temperature variation of 30°C the best performance is 251.10 kgf. So for a maximum tensile strength of 5.67 Mpa. The average yield strength shows the results of the Tensile test of each variation, totaling 9 specimens. For the highest yield strength, a value of 9.67 MPa was obtained at a temperature variation of 50°C and for the lowest yield strength, a value of 4.13 MPa was obtained at a temperature variation of 30°C. Tensile test specimens have results where the highest yield strength or yield strength is obtained by specimens with a temperature variation of 50°C and as the stress increases, the yield strength value increases, and for the tensile strength of the material or tensile strength which has the highest value in the test, the specimens with 50°C temperature variation. Thus, the effect of temperature treatment is significant on the increase in tensile strength, but if the temperature is 30°C it will decrease the tensile strength, as at 30°C it produces an average tensile strength of 4.62 MPa. The results of the microphoto test show that at a temperature variation of 50°C there are a few voids while the 30°C variation has too many voids. Micro photo testing aims to determine the content in the composite.