Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PENGARUH METODE HOT DIPPING ALUMUNIZING COATING PADA MATERIAL STAINLESS STEEL 304 DALAM KOMPONEN FIREWALL PESAWAT CESSNA 150 Isla Ikhlasul Hazmi; Sehono; Dhimas Wicaksono
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 7 No 1 (2021): Teknika STTKD
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.033 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v7i1.313

Abstract

Baja tahan karat (Stainless steel) adalah salah satu logam ferro yang sering digunakan dalam dunia teknik. Baja tahan karat termasuk dalam baja paduan tinggi yang mempunyai sifat mampu bentuk yang baik, ketangguhan yang baik pada temperatur rendah maupun temperatur tinggi, memiliki sifat ketahanan korosi yang baik serta memiliki ketahan mulur yang cukup besar pada temperatur tinggi. Kemudian penerapan pada pesawat Cessna 150 digunakan pada bagian firewall, fungsi dari firewall yaitu untuk menahan laju perpindahan panas dari engine menuju bagian cockpit. Dengan demikian maka material firewall harus memiliki ketahanan yang baik terhadap panas, kemudian juga harus memiliki sifak mekanik yang baik untuk menguatkan strukur pada pesawat. Pada penelitian ini dilakukan secara eksperimental kuantitatif, dengan melakukan perlakukan hot dipping alumunizing untuk meningkatkan ketahanan panas dan sifat mekanik dari material stainless steel 304. Setelah dilakukan perlakukan hot dipping alumunizing maka selanjutnya melakukan pengujian mekanik berupa uji tarik dan kekerasan, sedangkan untuk melakukan uji ketebalan terhadap lapisan alumunium yang melekat menggunakan mikroskop. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa spesimen terbaik terdapat pada variasi pencelupan 4 menit dengan kekuatan tarik sebesar 232 Mpa, regangan rata-rata mencapai 25 % dan beban maksimal yang dapat ditahan mencapai 5207 N. Kemudian untuk pengujian kekerasan menunjukkan spesimen variasi 4 menit merupakan yang terbaik nilai rata-rata HV 90 kgf/mm2. Kemudian untuk ketebalan tertinggi terdapat pada spesimen 6 menit dengan ketebalan 370.75 μm.
PENGARUH PEMANASAN AWAL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN SPOT FRICTION STIR WELDING DALAM PEMASANGAN RIVET ALUMUNIUM 2024 Dicky Prasetyo Koesgi; Sehono; Dhimas Wicaksono
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 7 No 1 (2021): Teknika STTKD
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.621 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v7i1.315

Abstract

Teknik pengelasan pada aluminium sangat perlu dikembangkan dikarenakan penggunaannya dalam bidang manufaktur sangatlah dibutuhkan khususnya aluminium 2024 yang digunakan pada penelitian ini. Logam jenis aluminium ini memiliki peranan penting pada industri manufaktur pesawat dan otomotif hal tersebut dapat perhatikan dari hampir seluruh rangka dan skin menggunakan aluminium. Selain itu metode penggabungan dua bahan material saat ini juga banyak yang sama namun banyak yang belum sesuai dengan karakteristik material yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan nilai kekuatan tarik pada paduan aluminium dengan pengelasan FSW tanpa pemanas dan pengelasan FSW dengan tambahan pemanas (transient thermal). Metode Penelitian dilakukan dengan pengelasan paduan aluminium plat 2024-T3 menggunakan teknik FSW tanpa pemanas dan teknik FSW dengan perlakuan transient thermal. Metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah dengan metode eksperimen, pada penelitian ini menggunakan alumunium seri Aluminum 2024-T3: skin dan doubler. Sebelum proses pengeboran terjadi untuk penggabungan aluminium pemanasan awal dilakukan pada plat menggunakan heater dengan variasi temperatur 100℃, 150℃, dan 200℃. Kemudian saat proses pengeboran dilakukan, kecepatan putar yang di gunakan adalah 1350 rpm, kecepatan tersebut di ambil berdasarkan peneliti sebelumnya dikarenakan penggabungan material dengan nilai tersebut merupakan yang terbaik. Proses riveting dilakukan setelah pengeboran (welding) menggunakan paku keling. Peningkatan temperatur pada spesimen menyebabkan sifat mekanik yang cenderung meningkat pada tiap-tiap temperatur 100℃, 150℃, dan 200℃ yang di uji coba pada kekuatan geser pada spesimen. Hasil pengujian kekuatan geser yang terbaik pada temperatur 150℃ dengan nilai sebesar 16,87 MPa. Uji kekerasan terbaik pada temperatur 200℃ dengan nilai 287,52 kg/mm. Hal ini disebabkan karena munculnya pada struktur mikro dan hilangnya efek tempa dari panas yang dihasilkan dalam proses friction stir welding. Pengujian kekerasan menunjukkan bahwa nilai kekerasan dari tiap spesimen hasil dengan metode friction stir welding semakin menurun.. Namun penurunan nilai kekerasan yang terjadi tidaklah sangat signifikan. Penurunan nilai kekerasan ini dikarenakan sifat material aluminium 2024 yang telah mengalami strain hardened temper di mana adanya panas yang cukup tinggi akan membuat rekristalisasi pada material spesimen.
EFEK FRICTION STIR SPOT WELDING DALAM PEMASANGAN RIVET TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL ALMUNIUM SERI 2024 Sehono; Haris Ardianto
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 7 No 2 (2021): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.114 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v7i2.319

Abstract

Melakukan pemilihan dan perlakuan pada suatu material merupakan hal yang sangat penting. Khususnya dibidang industri kedirgantaraan, mariner, alat transportasi dan industri manufaktur merupakan tujuan dalam pengembangan material tersebut. Bahan alumunium merupakan logam yang ringan dan memiliki ketahanan korosi yang baik, hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat lainnya. Paduan ini memiliki keunggulan, yaitu pada perbandingan kekuatan yang dihasilkan dengan berat struktur yang lebih tinggi daripada baja, ketahanan lelah yang baik, keuletan serta sifat mampu bentuk yang tinggi. Dibidang manufaktur saat ini telah dikembangkan teknologi penyambungan yang mana hal tersebut berawal dari cara konvensional seperti riveting (paku keling), sambungan susut tekan, hingga kini dilakukannya proses pengelasan. Friction stir spot welding sebuah metode untuk menggabungkan lembaran atau pelat dengan pekerjaan termomekanis yang awalnya dikembangkan untuk industri otomotif. Keunggulan dari metode (FSSW) tidak menggunakan busur listrik untuk menyambungkan potongan logam, tidak menghasilkan asap atau radiasi berbahaya, juga tidak memerlukan personel yang berkualifikasi tinggi. Selain itu, tidak meninggalkan tegangan sisa yang kecil dan hasil permukaan yang baik. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah paduan aluminium 2024 dengan dimensi 200 x 20 x 2 mm. Proses pengelasan dilakukan dengan putaran mesin 2500 rpm. Parameter lainnya yaitu dilakukan proses drilling pada plat almunium kemudian penggunaan tool untuk FSSW dengan tool ukuran diameter 2.5 mm. Kemudian pengamatan yang dilakukan meliputi pengukuran temperatur, uji geser,kekerasan, makro dan mikro struktur. Hasil pengujian didapatkan bahwa metode FSSW dapat mengubah ukuran butiran pada daerah HAZ, tingkat kekersan meningkat dan kekuatan geser juga terjadi peningkatan. Penggunaan metode FSSW memberikan hasilpada peningkatan kekerasan pada daerah las. Sebagai kesimpulannya, perlakuan FSSW pada almunium 2024 memberikan hasil yang maksimal pada setiap pengujian dibandingkan dengan proses.
STUDI EKSPERIMENTAL PEMBUATAN KAMPAS REM BERBAHAN SERAT SABUT TERHADAP PENGUJIAN KEAUSAN Anugrah Putra Juang Zebua; Dhimas Wicaksono; Sehono Sehono
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.533 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.557

Abstract

Brake pads are media or components on the brakes that work to slow down or stop the vehicle. In general , brake dregs that are widely marketed are made of asbestos, semi-metal and non - asbestos materials . Asbestos-based brake pads are known to be environmentally unfriendly and carcinogenic. Therefore, the manufacture of non-asbestos-based brake pads with coconut fiber as the base material needs to be developed. This study aims to make brake linings made from coconut fiber, epoxy resin, and coconut charcoal. The manufacture of brake linings is made in 2 variations of fiber direction, namely horizontal and irregular as well as variations in the weight of the material with each consisting of 3 specimens. The brake lining specimens that have been made are tested for specific wear rates using the ogoshi method. The results of the wear test of brake linings made from coconut fiber with horizontal variations have an average wear value of 3,37 kg and irregular brake lining variations get a wear value of 3,83 kg . The specific wear value of a brake lining is influenced by the direction of the fiber and the composition of the fiber weight, the weight of the charcoal, and the weight of the epoxy resin. Based on data on horizontal and irregular brake pads, the more fiber and coconut charcoal it will affect the wear value.
STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT PENGUAT KAMPAS REM NON ASBES Mochammad Davi Yudha Prakasa; Dhimas wicaksono; Sehono Sehono
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.531 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.558

Abstract

One of the safety factors in a vehicle is the braking system, where the brakes are the biggest factor in slowing and stopping the vehicle and if neglected this brake system can cause accidents while driving which are quite fatal. Because the brakes bear of a crucial amount in the braking process or stopping a vehicle's speed. By utilizing waste coconut coir fiber to make brake linings with non-asbestos materials that have better mechanical properties. The specimens were made in 2 variations of fiber direction, namely vertical and horizontal fiber directions and each consisted of 3 specimens. And the specimen will be tested using the ogoshi method to find the specific wear value. The results showed that the level of wear of the brake pads with variations in the vertical direction had an average wear level of 4.78 × 10 -7 mm 2 /kg and variations in the direction of the horizontal fiber have an average wear rate of 3.37 × 10 -7 mm 2 /kg. So the conclusion of this study shows that the specific wear value can be influenced by differences in composition, as well as fiber direction. The direction of the fiber affects the difference in the specific wear value which is quite small, while the greater the content of coco fiber, the specific wear value is quite large and quite good compared to the specific wear value of the horizontal fiber direction. and the level of specific wear values of brake linings that are made not according to existing standards. which is where the standard value of the specific wear of the brake lining is 5 × 10 -4 mm 2 /kg up to 5 × 10 -3 mm2 / kg.
UJI KEAUSAN KAMPAS REM BERBAHAN LIMBAH ORGANIK MENGGUNAKAN METODE OGOSHI Muhammad Nurul Ihsan; Dhimas Wicaksono; Sehono Sehono
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.19 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.559

Abstract

Kampas rem merupakan salah satu komponen yang berfungsi memperlambat dan menghentikan laju putaran poros. Sehingga peneliti ingin mengetahui sifat mekanik dari material bahan kampas rem menggunakan bahan organik yang ramah lingkungan dengan variasi komposisi yang berbeda. Komposisi bahan kampas rem yang digunakan pada penelitian ini bermatrik resin epoxy dengan penguat serat sabut kelapa dan serbuk arang tempurung kelapa dengan variasi arah serat acak dan arah serat vertikal. Pembuatan kampas rem ini diperoleh dengan cara pencampuran semua bahan dan dicetak menggunakan alat pres hidrolik dengan diberi tekanan antara 200-350 psi selama 60 menit. Penelitian ini menggunakan metode ogoshi bertujuan untuk mengetahui nilai laju keausan. Data yang diperoleh dari pengujian keausan kempas rem dengan variasi arah serat acak dengan komposisi berat serat sabut kelapa 2 gram, berat arang tempurung kelapa 22 gram, berat resin epoxy 25 gram dan berat hardener 25 gram sehingga harga laju keausan rata-rata sebesar 3,83 ´ 10-7 mm2/kg. Kampas rem dengan variasi arah serat vertikal dengan komposisi berat serat sabut kelapa 3 gram, berat arang tempurung kelapa 20 gram, berat resin epoxy 25 gram dan berat hardener 25 gram sehingga harga laju keausan rata-rata sebesar 4,83 ´ 10-7 mm2/kg. Maka, kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin berkurangnya komposisi serat sabut kelapa dalam pembentuk spesimen komposit kampas rem menyebabkan nilai keausan kampas rem semakin tinggi atau tidak tahan aus. Hasil nilai keausan yang didapatkan setelah perhitungan pada spesimen komposit yang telah diuji tidak memenuhi syarat standar nasional indonesia (SNI) sebesar 5 ´ 10-4 - 4 ´ 10-3 mm2/kg dalam pengujian kampas rem komposit.
ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN BENDING DARI KOMPOSIT SERAT PELEPAH PISANG MENGGUNAKAN METODE HAND LAY UP DENGAN VARIASI PERBANDINGAN BERAT Ivanda Zakaria Reynaldi; Sehono Sehono; Ikbal Rizki Putra
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (967.572 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.600

Abstract

Komposit adalah penggabungan dari 2 macam material berbeda yaitu matriks dan penguat/serat. Keunggulan komposit salah satunya adalah memiliki sifat tahan terhadap korosi dan biaya pembuatan komposit bisa dikatakan lebih murah dibandingkan dengan pembuatan material lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kekuatan pengujian tarik dan bending dari komposit serat pelepah pisang dengan variasi perbandingan berat serat yaitu 30%, 50%, 70%. Penelitian ini dilakukan menggunakan penguat/serat pelepah pisang dengan arah serat lurus/continuous dan menggunakan 3 lapisan serat, matriks yang digunakan adalah resin polyester. Spesimen komposit yang dibuat mengacu pada ASTM D638-I untuk pengujian tarik dan ASTM D790 untuk pengujian Bending. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap variasi penelitian. Hasil penelitian pada pengujian tarik menunjukkan bahwa komposit serat pelepah pisang dengan variasi volume serat 70% memiliki rata – rata nilai kekuatan tarik paling tinggi terhadap variasi volume serat lainnya, yaitu sebesar 25,10 MPa. Terjadi kenaikan kekuatan tarik pada setiap penambahan variasi volume serat, sedangkan untuk hasil pengujian bending menunjukkan bahwa variasi volume serat 30% memiliki nilai kekuatan bending paling tinggi yaitu sebesar 43,75 MPa. Seiring bertambahnya variasi volume serat kekuatan bending juga ikut menurun.
ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN BENDING KOMPOSIT SERAT PELEPAH PISANG Gaguk Eko Gati Warsono; Sehono Sehono; Ikbal Rizki Putra
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1040.046 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.617

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, khususnya serat alam. Pisang merupakan pohon yang memiliki jenis terna atau pohon batang yang lunak dan tidak berkayu, seiring berjalannya waktu banyak sekali inovasi yang dilakukan dalam bidang material serat alam yang dijadikan sebagai bahan penguat komposit, serat pelepah pisang merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai penguat pada pembuatan komposit, tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi fraksi volume serat pelepah pisang terhadap kuat tarik dan bending dengan resin epoxy sebagai matrik. Komposit ini dibuat dengan perendaman NaOH sebesar 5% pada serat selama 24 jam, menggunakan teknik hand lay up dengan variasi fraksi volume serat pelepah pisang 30%, 50%, dan 70%, sedangkan resin epoxynya 70%, 50%, dan 30% dengan orientasi arah serat 0°dan 90°sebanyak 2 layer/lapisan, specimen komposit dipotong sesuai dengan standar Astm D638-1 untuk uji Tarik dan Astm D790 untuk uji bending. Hasil penelitian uji tarik didapatkan bahwa nilai rata -rata tertinggi yield strength 8,62 Mpa dengan fraksi volume serat 30% dan nilai rata- rata tensile strength tertinggi 23,86 Mpa dengan fraksi volume serat 50% dan hasil penelitian untuk uji bending didapatkan bahwa nilai rata- rata tegangan bending tertinggi 64,32 Mpa dengan fraksi volume serat 70%.
THE EFFECT OF PRESS MEDIA FROM CERAMIC AND METAL MATERIALS ON THE TENSILE STRENGTH OF RECYCLED POLYPROPYLENE FOR THE DEVELOPMENT OF COMPOSITE MATRIX MATERIALS Haris Ardianto; Hery Setiawan; Sehono Sehono; Maruli Tua Pranata
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.508 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.619

Abstract

Composites generally consist of fiber (filler) and resin (matrix). Resin from recycled polypropylene (plastic) polymer was chosen because it has superior properties compared to other types. The manufacturing process with a hot air melting temperature (heat gun) of 300oC was chosen with two variations of press media, namely metal and ceramic, to compare the mechanical properties of tensile strength. Specimens were shaped according to the ASTM D638 standard. The results showed that the recycled polypropylene with ceramic press media had an average tensile stress of 15.05 MPa, which was higher than that of compressed metal media of 13.06 MPa.
ANALISIS WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM ALLOY 2024 TERHADAP UJI KEKERASAN VICKERS DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROPLATING Reza Setiawan; Sehono Sehono; Ferry Setiawan
Teknika STTKD: : Jurnal Teknik, Elektronik, Engine Vol 8 No 1 (2022): Vol 8 No 1 (2022): TEKNIKA STTKD: JURNAL TEKNIK, ELEKTRONIK, ENGINE
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.983 KB) | DOI: 10.56521/teknika.v8i1.620

Abstract

Elektroplating adalah metode finisihing yang digunakan untuk menaikkan sifat dan tampilan dari logam, hal ini dikarenakan logam utama akan dilapisi oleh ion-ion logam jenis lain. Dengan adanya proses elektroplating dapat memberikan sebuah metode yang relatif mudah dan murah untuk menaikkan sifat dan tampilan dari logam. Prinsip dasar dari elektroplating adalah logam yang ada dibagian katoda akan melepaskan ion-ion untuk selanjutnya menempel pada logam yang dihubungkan dengan anoda. Proses ini akan berjalan secara terus menerus sampai dengan arus listrik yang dialirkan dimatikan. Pada penelitian ini dilakukan proses elektroplating dengan menggunakan aluminium 2024 sebagai logam utama dan nikel seabagai logam pelapis. Variasi dari waktu yang digunakan pada proses elektroplating adalah 20 menit, 30 menit, dan 40 menit. Setelah dilakukan proses elektroplating maka selanjutnya aluminium dilakukan uji kekerasan untuk mengetahui dampak dari variasi waktu proses elektroplating. Dari hasil pengujian kekerasan menggunakan metode Hardness Vickers maka spesimen dengan nilai tertinggi terdapat pada variasi waktu 20 menit dengan nilai 328,11 kgf/mm, sedangkan yang paling rendah terdapat pada variasi 40 menit dengan nilai 140.445 kgf/mm. Dari hasil foto mikro juga menunjukkan bekas indentor pada variasi 40 menit memiliki lubang terbesar sedangkan pada waktu 20 menit yang paling kecil. Sehingga semakin lama dari proses elektroplating akan menurunkan nilai kekerasan dari aluminium alloy 2024 yang dilapisi dengan nikel.