Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PENINGKATAN KERAGAMAN SOMAKLONAL MELALUI KULTUR IN VITRO DAN IRADIASI SINAR GAMMA KE ARAH KETENGGANGAN TERHADAP ALUMINIUM DAN PH RENDAH PADA TANAMAN PADI (VARIETAS NIAS-1) ., Herkules; Edi, Syahmi; ., Lazuardi
JURNAL PENELITIAN SAINTIKA Vol 11, No 2 (2011): SEPTEMBER 2011
Publisher : JURNAL PENELITIAN SAINTIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitia:n ini adalah mendapatkan beberapa genotipe planlet (tanaman) padi ladang asalKepulauan Nias tenggang Al dan pH rendah hasil pengujian kultur in vitro. Untuk mencapai tujuanpenelitian ini digunakan metode: 1) metode peningkatan keragaman somaklonal melalui kultur kalusiradiasi sinar gamma (Edi, 2004), 2) uji pada kultur in vitro menggunakan komposisi media MS yangdimodifikasi (Van Sint Jan et al., 1997). Basil pembahasan diperoleh: (I) Kultur kalus dan iradiasisinar gamma dapat meningkatkan keragaman penampilan kalus yang terlihat dari wama kalus (mulaidari warna kuning, kuning keputihan, putih kekuningan, bening atau tidak), struktur kalus (kompak,kompak tidak merata, friable, nodul jelas atau tidak); (2) kalus dengan penampilan putih kekuningan,bening, friabel dan nodul yangjelas akan memberikan kalus bertunas lebih banyak; dan (3) didapat 23genotipa tanaman padi tenggang dari varietas Nias-L
HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBUAT PETA KONSEP DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS XI PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA Annisa Maulida Maurisa; Herkules Abdullah
Jurnal Pelita Pendidikan Vol 4, No 2 (2016): Jurnal Pelita Pendidikan
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpp.v4i2.4017

Abstract

Hubungan kemampuan membuat peta konsep dengan hasil belajar siswa di kelas XI MIA pada materi pokok sistem ekskresi manusia di SMA Negeri 1 Labuhan Deli Tp. 2015/2016 dijelaskan dalam skripsi ini. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Labuhan Deli dengan membuat ringkasan materi menggunakan peta konsep dan melihat hasil tes siswa sebagai hasil korelasinya. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis ada beberapa hal yang menjadi temuan dalam penelitian ini yakni; rata-rata kemampuan membuat peta konsep siswa adalah 76,03, sedangkan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem ekskresi manusia memiliki rata-rata 75,67. Hasil uji hipotesis thitung > ttabel (9,918 > 2,04), dengan demikian maka hipotesis (Ha) dalam penelitian ini diterima sekaligus menolak Ho dengan kata lain ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan membuat peta konsep  dengan hasil belajar siswa. Berdasarkan uji koefisien determinasi didapatkan kontribusi peta konsep sebesar 76,04%. Dengan melihat keberhasilan membuat ringkasan materi dengan menggunakan peta konsep dalam pengajaran sistem ekskresi manusia, maka perlu dipikirkan untuk aplikasi strategi peta konsep ini dalam pengajaran materi biologi lain atau untuk pengajaran materi pelajaran bidang studi lain di luar mata pelajaran biologi. Kata kunci: kemampuan, peta konsep, hasil belajar, sistem ekskresi manusia.
HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBUAT PETA KONSEP (CONCEPT MAPPING) DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA SUB MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KELAS X SMA SWASTA ESA PRAKARSA SELESAI KABUPATEN LANGKAT Siti Lestari; Herkules Abdullah; Mudjio Mudjio
Jurnal Pelita Pendidikan Vol 4, No 4 (2016): Jurnal Pelita Pendidikan Desember 2016
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpp.v4i4.8638

Abstract

This study aimed to determine the correlation of students ability to make concept maps with student learning outcomes biology class X IPA1 SMA Swasta Esa Prakarsa Selesai district Langkat Tp. 2016/2017. The population in this study was all students of class X SMA Swasta Esa Prakarsa Selesai district Langkat Tp. 2016/2017. While the study sample taken at random sampling of the class X IPA1 amounted to 38 people. The method used in this research is descriptive. From the results of data analysis and hypothesis testing there were some things that the findings in this study; Average students' ability to make a concept map is 77.08 while the student learning outcomes in sub material classification of living things have an average of 71.23. Hypothesis test results tcount > ttable: 15.08 > 1.6775  meant that in this study the Ha was accepted and Ho was rejected which meant that there were significant correlation between the ability to make concept map with student learning outcomes. Based on a test of the determination of the coefficient obtained contribution concept map of 86.49%.Keyword: Concept Mapping, Learning Outcomes, The Classification of Living
STRATEGI PERGURUAN TINGGI MEWUJUDKAN WIRAUSAHA KAMPUS Herkules Herkules
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 20, No 77 (2014)
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpkm.v20i77.3418

Abstract

Entrepreneur menentukan kemajuan suatu bangsa/negara seperti yang telah dibuktikan oleh beberapa negara maju seperti Amerika, Jepang, plus tetangga terdekat kita yaitu Singapura dan Malaysia. Di Amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik  lahir entrepreneur baru dan  data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur.  Jepang lebih dari 10 persen penduduknya sebagai wirausaha dan lebih dari 240 perusahaan Jepang skala kecil, menengah dan besar bercokol dibumi kita ini. Dalam membangun ekonomi bangsa, menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog yaitu David Mc Cleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat ini. Sedangkan Ciputra menyatakan setidaknya dibutuhkan minimal 2 persen pengusaha untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan. Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti Amerika dan Eropa yang hampir seluruh perguruan tingginya menyisipkan materi entrepreneurship dihampir setiap mata kuliahnya, negara-negara di Asia seperti Jepang,  Singapura dan Malaysia juga menerapkan materi-materi entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang menjadikan negara-negara tetangga kita tersebut  menjadi negara maju dan melakukan lompatan panjang dalam meningkatkan pembangunan negaranya. Sebagai akademisi yang juga turut concern menangani entrepreneuship diperguruan tinggi, penulis mencoba memberikan gagasan yang mungkin sederhana dan bukan sesuatu yang baru, untuk coba diimplementasikan oleh perguruan tinggi dalam menumbuhkan ”geliat” entrepreneurship diperguruan tinggi, yaitu : menyusun kurikulum, peningkatan SDM Dosen, Membentuk Entrepreneurship Center, Kerjasama dengan Dunia Usaha, Membentuk Unit Usaha Mahasiswa, Kerjasama dengan Institusi Keuangan (perbankan/non perbankan), Entrepreneurship Award. Dari sedikit usulan yang cukup sederhana dan gagasan yang mungkin tidak baru ini, jika diimplementasikan oleh perguruan tinggi dengan serius dan sungguh-sungguh  maka tidak mustahil akan banyak lahir entrepreneur-entrepreneur sukses negeri ini yang mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan dan  pergerakan pasar lokal sehingga tercipta peluang pekerjaan bagi generasi bangsa ini yang pada akhirnya mampu menjadi bangsa mandiri yang tidak banyak tergantung pada negara asing. Perguruan tinggi sebagai salah satu mediator dan fasilitator terdepan  dalam membangun generasi muda bangsa mempunyai kewajiban dalam mengajarkan, mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswanya sehingga menjadi generasi cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif dan mampu menciptakan berbagai peluang pekerjaan (usaha). Untuk itu sebuah keharusan bagi setiap perguruan tinggi segera merubah arah kebijakan perguruan tingginya dari high Learning university and Research University menjadi Entrepreneurial University atau menyeimbangkan kedua arah kebijakan tersebut sehingga arah kebijakan keduanya tercapai baik yang bersifat high Learning university and Research University maupun yang bersifat Entrepreneurial University.
Pelatihan Wirausaha Dasar dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Berwirausaha Pada Mahasiswa Universitas Negeri Medan Roni Gunawan; Herkules Abdullah; Dahrul Siregar
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 3 (2021): Juli 2021 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.383 KB) | DOI: 10.25008/altifani.v1i3.150

Abstract

Kewirausahaan saat ini menjadi sangat penting untuk dikembangkan sejak mahasiswa agar jadi alternatif pasca tamat. Hal ini didukung dengan banyaknya program kewirausahaan pada mahasiswa,untuk itu perlu stimulus pada mahasiswa agar mau dan mampu untuk berwirausaha. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan secara daring pada mahasiswa. Targetnya adalah peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa untuk memulai wirausaha. Kegiatan ini harus dilakukan kepada mahasiswa untuk memberikan wacana dasar pada mahsiswa terntang wirausaha, sehingga mahasiswa mau menjalankan wirausaha sejak mahasiswa guna menghindari pengangguran pasca tamat. Kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang wirausaha
Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu Karet Sebagai Olahan Baglog Media Tanam Jamur Tiram Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Irfandi Irfandi; Taufik Hidayat; Herkules Herkules; Izwar Lubis
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 7 No 4 (2022): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.176 KB) | DOI: 10.30653/002.202274.191

Abstract

UTILIZATION OF WASTE WASTE AS A PROCESSOR OF OYSTER MUSHROOM CULTIVATION MEDIA TO INCREASE COMMUNITY INCOME. The purpose of this service is to help the partners of the Nagori Dolok Maraja Oyster Mushroom Group Group in utilizing Rubber Tree Sawdust Waste by handling it properly so that it does not cause disease to the body and does not harm the natural ecosystem. The selection of this location is because in the village there are community groups who are entrepreneurs under the auspices of the Oyster Mushroom Business Group. In addition to having difficulties in developing their business. From the activities carried out, data was obtained on the training of making oyster mushroom Planting Media Baglog which was reviewed from various aspects, including: Selection of raw materials, the average participant got a score of 80 or entered the very good category, for the cleanliness of the tools the average participant got a score too very good, namely 83, while for the processing of waste products or baglog waste, the assessment obtained is quite low, namely 74 but still in the good category. For the neatness of product packaging, a general rating of 82 or very good was obtained and for product cleanliness it was also in the good category with a score of 79. The methods used to achieve the objectives of the activity were methods of education, counseling, production training, business management training, and mentoring. This activity was carried out in Nagori Dolok Maraja, Tapian Dolok District. Assistance and guidance starting from aspects, utilization of sawdust or rubber to become Baglog Media for Growing Oyster Mushrooms, production systems and business management so that it is expected to create economic independence and increase business income.
PELATIHAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN BAGI REMAJA PENDAMPING PENCEGAHAN STUNTING DI DESA SENA Roni Gunawan; Lufthiani Lufthiani; Sudana Fatahilah Pasaribu; Herkules Herkules
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 9 (2023): Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v6i9.3460-3466

Abstract

Stunting merupakan masalah yang sangat penting dan mendesak untuk diselesaikan saat ini di Indonesia agar kualitas sumber daya manusia kedepan benar-benar bagus dalam menghadapi bonus Demograsi, salah satunya dengan memperhatikan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Remaja yang siap menikah merupakan target dari kegiatan ini yang harapannya memahami dan mampu menjadi pendamping di tengah masyarakat dalam memasyarakatkan 1000 HPK. Oleh karena itu kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan melalui pelatihan 1000 HPK pada remaja pendamping. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan remaja tentanga 1000 HPK dan bermomitmen menjadipendamping di tengah-tengah masyarakat. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini yakni  pembentukan kelompok, pelatihan dan pendampingan pada remaja pendamping. Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini yaitu terjadinya peningkatan pengetahuan remaja tentang 1000 HPK, selain itu remaja juga berkomitmen untuk menjadi pendamping yang akan membantu mensosialisasikan 1000 HPK di Masyarakat. Kegiatan ini merupakan rangkaian awal yang berperan besar dalam menciptakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam mencegah terjadinya stunting sedini mungkin.
PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DENGAN KONSEP URBAN FARMING PADA MASYARAKAT KOTA MEDAN Alkhafi Maas Siregar; Herkules Abdullah; Taufik Hidayat; Purwanto Purwanto; Irfandi Irfandi; Mangido Nainggolan
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 9 (2023): Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v6i9.3260-3271

Abstract

Tujuan kegiatan Program kemitraan Masyarakat untuk membantu mitra kelompok Tuna Karya serta Ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Kelurahan Mesjid. Banyak Masyarakat yang terdampak Pandemi sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup.  Olah karena itu dalam memanfaatkan lahan terbatas dan sempit maka di damping untuk program Urban Farming dengan pembuatan Aquaponik, penggabungan antara konsep Hidroponik dengan pemeliharaan ternak Ikan. Urgensi Permasalahan yang ada pada masyarakat 1). Terjadinya dampak Pandemi sehingga masyarakat perkotaan di kelurahan Mesjid yang menggantungkan hidupnya dari jasa dan pariwisata terimbas langsung 2). Sulit pemenuhan kebutuhan pangan karena dampak dari covid 3). Hanya memiliki pemahaman secara konvensional dan Tidak memiliki pemahaman tentang konsep urban farming dengan memanfaatkan space terbatas untuk memenuhi kebutuhan pangan produktif 4). Usaha kelompok Tuna Karya serta PKK belum optimal pemanfaatan ruang sempit sebagai pertanian perkotaan yang menghasilkan nilai ekonomi 5). Pembukuan keuangan kelompok masih sederhana hanya modal kepercayaan dan dicatat tanpa ada analisis maupun pembukuan  keuangan. 5). Biaya produksi ekoenzim dan pengeluaran tidak tercatat dengan detail sehingga sulit dalam menentukan harga. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan kegitan PKM adalah metode pendidikan, penyuluhan, pelatihan produksi, pelatihan manajemen usaha, dan pendampingan Kegiatan ini dilaksanakan di Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan Kota. Pendampingan serta  pembinaan mulai dari aspek penyadaran tentang konsep urban farming dengan konsep Aquaponic yang melestarikan lingkungan perkotaan, sistem pengelolaan maupun manajemen usaha sehingga tercipta kemandirian secara ekonomi dan meningkatnya pendapatan usaha.
PENGARUH PENDAMPING DAN MINAT TERHADAP MUNCULNYA IDE BISNIS WIRAUSAHA PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Herkules Herkules; Syahmi Edi; Roni Gunawan
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP) Vol. 6 No. 4 (2023): Volume 6 No 4 Tahun 2023
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v6i4.21729

Abstract

Wirausaha adalah pilihan yang sekarang sedang dikembangkan oleh pemerintah guna mengurangi angka pengangguran terbuka. Tidak hanya melalui kewirausahaan, berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengembangkan hal ini, akan tetapi yang paling penting dari semua itu adalah adanya ide bisnis yang menjadi awal untuk mulainya sebuah usaha pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksplanasi, sampel penelitian ini berjumlah 360 yang merupakan mahasiswa jurusan pendidikan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Analisis data menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya adanya pendamping dalam hal ini dosen p=0,013 dan minat mahasiswa p=0,004 berpengaruh terhadap munculnya ide bisnis pada mahasiswa jurusan pendidikan. Perguruan tinggi sebaiknya melengkapi mata kuliah kewirausahaan dengan adanya pendamping khusus bisnis, untuk membantu mahasiswa mengembangka ide bisnisnya agar menjadi lebih realistis untuk dapat diwujudkan.
DETERMINANTS OF ENTREPRENEURIAL PLANNING ABILITY (STUDY OF CAUSALITY IN BIOLOGY DEPARTMENT STUDENTS STATE UNIVERSITAS NEGERI MEDAN) herkules herkules; Syahmi Edi; Amalia Akita
Jurnal Scientia Vol. 12 No. 04 (2023): Education, Sosial science and Planning technique, 2023, Edition September-Nov
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58471/scientia.v12i04.2057

Abstract

Entrepreneurship education in universities is very important for its role today, especially in strengthening the mindset, fostering interest and the ability to compile entrepreneurial planning. Moreover, in the biology department, which incidentally rarely understands the concept of entrepreneurship, it is necessary to strengthen the ability to compile entrepreneurial planning. Therefore, this study aims to analyze the determinants of entrepreneurial planning ability in biology students. This research is a quantitative research survey method with a cross sectional design. The sample of this study was 90 students who took entrepreneurship courses. Data analysis using logistic regression tests. The results showed that knowledge (p =0.007) and the presence of entrepreneurial companions (p=0.001) affected the entrepreneurial planning ability of students majoring in biology. Universities in addition to developing entrepreneurship courses practically, must also be able to provide mentors for students to discuss the business plan they will run.