Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Keberlanjutan Livelihood Asset Pada Kawasan Terdampak Bencana Lumpur Sidoarjo Dinanti, Dian; Permata, Wawargita; Taufiq, Ar Rahman
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 7, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi keberlanjutan livelihood asset di kawasan yang terdampak bencana lumpur kabupaten Sidoarjo. Perubahan dan keberlanjutan livelihood asset perlu dikaji untuk mengindentifikasi apakah terjadi perubahan signifikan ataupun tidak pada asset ekonomi dan social kawasan serta tingkat keberlanjutannya.Tujuan Penelitian adalah mengidentifikasi perubahan pada livelihood asset sebelum dan sesudah bencana serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutannya. Metode yang digunakan terdiri dari analisis before after dengan menggunakan Pentagon Asset. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, baik analisis di tiap desa dan dalam satu cakupan Kecamatan Porong, perubahan livelihood assets yang paling menonjol adalah human assets. Dari hasil analisis, penurunan yang paling banyak terletak pada human assets. Penurunan assets yang kedua terletak pada social assets dan penurunan yang paling kecil terletak pada financial asssets. Dari hasil pemetaan dapat diketahui bahwa desa yang mengalami perubahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Porong adalah Desa Mindi. Desa Mindi merupakan desa terdekat dengan lokasi lumpur Sidoarjo. Jika dilihat dari nilai masing-masing aset pada Livelihood Assets tidak ada aset yang bisa berlanjut, karena semua aset mengalami penurunan nilai. Namun pada aset yang mengalami penurunan tidak terlalu signifikan yakni financial assets, masih bisa diusahakan untuk tetap berlanjut setelah terjadinya bencana Lumpur Sidoarjo. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Keberlanjutan Finansial Asset pada desa-desa di Kecamatan Porong sebagian besar dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi sedangkan Human asset sebagian besar dipengaruhi oleh faktor intensitas sakit dan sosial asset sebagian besar dipengaruhi oleh faktor hubungan antar kelompok masyarakatKata Kunci :Livelihood, berkelanjutan, bencana
Konsep Penanganan Rawan Pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo Hakim, Lukman; Adrianto, Dimas Wisnu; Dinanti, Dian
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 5, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The village Ngadireso has 597 poor families households (61.5%) and has potential as rural food insecurity. Indicators of food insecurity include poverty as well as several other factors. The results of multiple regression analysis stated that food insecurity Village Ngadireso influenced by food patterns expectations (partial sig 12:00), the second factor is poverty (partial sig 0.004), the third factor is the vehicle asset (partial sig 0.542), the fourth factor is livestock assets (sig partial 0605), the fifth factor is land assets (partial sig 0.773), and the sixth factors is  production (partial sig 0.81). The most influencing factor is the food patterns  expectations and poverty. Based on those  factors, the concept in Food Insecurity in Rural Ngadireso are :  sustainable yard with planting eminent commodities and the provision of training and assistance in the sub-systems of farming Kata Kunci: food insecurity, poor village, regression analysis
Potensi Lokasi Base Transceiver Station (BTS) Berdasarkan Pemerintah Dan Mayarakat di Kota Mataram Yunidiya, Dini Rizka; Sutikno, Fauzul Rizal; Dinanti, Dian
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 5, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Base Transceiver Station (BTS) is one of telecommunication facilities which had built for supporting communication technology development. However, the placement of Base Transceiver Station (BTS) often located at inappropriate location so it needs more specific regulation for placement BTS. Mataram city is one of the cities that doesn’t have local regulations regarding the placement of BTS which caused some BTS located at inappropriate place. Based on those conditions, it needs to match the perception from both the government and the society for determining the appropriate location for BTS in Mataram city. The method used in this study is the Analytic Hierarchy Process (HAP) which used government and society representatives as informants. This study uses 14 variables determining the location of BTS that are Land Use Variables (Green Open Space, The Road Network, Commerce and Service, Education, Worship, Health, and Office), Topology (Land Slope), The Population (Population Density), Environmental Aesthetics (Joint Tower and The location of BTS Eksisiting), Safety (The Height of The Tower, The Safety of Flight Operations and cultural heritage, and Density of Buildings). The result of AHP method is priority variables from both of government and society perceptions that would be represent in spatial using overlay method (GIS approach). Then, the result of overlay method which combined perceptions of government and society informants was potential locations for placement of BTS in Mataram city.Keywords: Base Transceiver Station (BTS), Government, Society, Location.
Pemanfaatan Kotoran Ternak sebagai Energi Terbarukan Melalui Pembangunan Biodigester Komunal Meidiana, Christia; Perdanasari, Zhuniart Ayu; Dinanti, Dian
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 11, No 3 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jrm.2020.011.03.10

Abstract

The potentials of energy from manure waste was calculated in this study aiming to develop biogas utilization in a rural area. The calculation was conducted based on the result from clustering the non-biogas farmer households which cannot afford individual anaerobic digester (AD). Spatial cluster analysis (SCA) and superimposed technique were used to determine the size of the groups and the location of ADs respectively. Value from SCA showed that the village’s settlement pattern is clustered feasible to apply communal AD for rural biogas development. Meanwhile, a superimposed technique using 3 parameters which are land availability, cow ownership, and topography, generates 43 clusters of farmer households that can supply biogas for cooking. The energy production is estimated at 8.96-39.68 m3/day/household, while the energy demand is approximately 0.65-3.48 m3/day/household. The calculation shows that there is remaining biogas that can be distributed to non-biogas farmer households. Using SCA, 75 non-biogas farmer households were identified to be potentially supplied by biogas. The total energy demand for both biogas and non-biogas farmers households is 2,147.34 MJ/day, while the total potential energy generation from all ADs is 24,560.64 MJ/day indicating a low biogas utilization rate which is only 8.7%. The percentage shows that biogas utilization for an energy source in Dusun Dresel can be more developed by enhancing the distribution network or by converting it into electricity to support rural energy security.
Tingkat Konektivitas Fasilitas Wilayah Pertumbuhan/Kawasan Potensial Kabupaten Mojokerto Dinanti, Dian; Pratama, Iman Tunas
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 13, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.takoda.2021.013.01.4

Abstract

Berdasarkan RPJMD Kabupaten Mojokerto misi ketiga memiliki tujuan yaitu “meningkatnya konektivitas ekonomi melalui ketersediaan sarana dan prasarana transportasi serta teknologi informasi komunikasi yang memadai dan handal”. Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan adalah terpenuhinya  kondisi konektivitas yang ideal yang mendukung perkembangan wilayah sehingga pemerataan pembangunan dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah menilai tingkat konektivitas wilayah berdasarkan elemen-elemen sarana prasarana transpotasi pada seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto. Teknik analisis yang digunakan adalah indeks konektivitas, indeks sentralitas marshall dan indeks gravitasi. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai indeks konektivitas Kabupaten Mojokerto adalah >1, sehingga dapat disimpullkan bahwa secara umum pertumbuhan Kabupaten Mojokerto termasuk dalam klasifikasi wilayah yang maju. Pada perhitungan indeks sentralitas marshall, Kecamatan Gedeg, Kemlagi, Mojosari dan Ngoro merupakan wilayah yang paling mudah untuk diakses yang berpotensial sebagai wilayah pemusatan kegiatan. Sedangkan pada indeks gravitasi, kawasan yang memiliki daya tarik kuat yaitu di sekitar Kota Mojokerto dan pusat Kabupaten Mojokerto, yaitu wilayah yang telah dilalui oleh jalan arteri dan kolektor
Tingkat Produktivitas Pada Aglomerasi Industri (Studi Kasus : Sentra Industri Mebel Tunjungsekar, Kota Malang) Ashary, Dinar Amelia; Wijayanti, Wawargita Permata; Dinanti, Dian
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 13, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.takoda.2021.013.01.5

Abstract

Industri pengolahan non migas menjadi salah satu pilar perekonomian masyarakat Indonesia salah satunya adalah sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM), IKM mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 60% dari sektor industri, memiliki ketahanan akan kiris ekonomi dan juga berperan dalam ekonomi lokal, karena penyerapan tenaga kerja yang memanfaatkan masyarakat di sekitarnya. Industri pengolahan kayu menjadi salah satu industri yang berkembang pesat namun memiliki permasalahan terhadap ketersediaan bahan baku. Agar industri dapat terus berkompetisi salah satu strategi untuk efisiensi produksi dengan memanfaatkan industri yang beraglomerasi. Aglomerasi ini biasanya memunculkan manfaat ekonomi berupa limpahan tenaga kerja, kerja sama suplier khusus, terjadinya transfer pengetahuan dan teknologi, serta kerja sama pemasaran. Salah satu aglomerasi industri di Kota Malang ialah Industri Mebel Tunjungsekar. Produktivitas sentra industri mebel ini mengalami rintangan terutama pada persediaan bahan baku kayu dan tenaga kerja yang masih mengandalkan kekerabatan, selain itu ini belum didukung kelembagaan yang baik serta belum ada jaringan pemasaran yang kuat. Maka penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat produktivitas sentra indutri mebel sebagai salah satu bentuk terjadinya aglomerasi menggunakan rumus produktivitas yaitu perbandingan nilai total output/ pendapatan dengan nilai total input/ pengeluaran (biaya tenaga kerja, modal dan bahan baku) di tahun 2019. Hasil analisis menunjukkan bahwa ke-30 industri mebel memiliki nilai di atas 1,0 dengan rata-rata nilai 1,31. Nilai produktivitas yang tidak jauh di atas 1,00 dikarenakan masih terdapat permasalahan pada tingginya biaya bahan baku dan modal namun tidak diimbangi dengan tingginya jumlah pesanan produk mebel yang terjual.Kata Kunci : Produktivitas Industri, Aglomerasi, Industri Kecil dan Menengah.
MODEL SUPPLY-DEMAND LAHAN PERTANIAN DENGAN KONSEP ECOLOGICAL FOOTPRINT Faiz, Syauqi Asyraf; Wicaksono, Agus Dwi; Dinanti, Dian
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Malang melalui RTRW Kabupaten Malang tahun 2010-2030 merupakan wilayah yang diarahkan sebagai pusat perkembangan pertanian termasuk juga di kecamatan-kecamatan yang berbatasan dengan Kota Malang. Kecamatan-kecamatan tersebut juga diarahkan sebagai kawasan penyokong Kota Malang dengan ketersediaan permukiman, fasilitas umum, dan infrastruktur. Dua peranan tata ruang tersebut berdampak pada peningkatan permintaan akan hasil produksi padi namun ketersediaan lahan sawahnya yang justru semakin terbatas. Oleh sebab itu, diperlukan penyeimbang antara dua peran kebijakan sekaligus mengatasi dampak yang muncul. Kajian supply-demand lahan pertanian berdasarkan konsep ecological footprint merupakan cara untuk menyeimbangkan dan menanggulangi dari dampak tersebut. Kajian ini didasari dari model regresi untuk membuat model supply-demand lahan pertanian. Hasilnya, model hasil produksi padi dengan bentuk Y 1 =- 207,983+10,246X 1 dan model tingkat konsumsi beras masyarakat dengan bentuk Y 2 = 8,015+2,080X 5 +0,002x 8 . Berdasarkan model supply-demand yang sudah dirumuskan, pada tahun 2015 permintaan konsumsi adalah sebesar 15.911,09 Ton dan kebutuhan lahan pertanian sebesar 2.161,40 Ha dan permintaan konsumsi terus meningkat menjadi 22.273,00 Ton pada tahun 2035 dengan kebutuhan lahan pertanian sebesar 2.825,41 Ha. Hal ini mengakibatkan 14 desa yang berbatasan dengan Kota Malang akan mengalami defisit lahan sawah. Hingga tahun 2035, terjadi peningkatan kebutuhan lahan sebesar 33,18 Ha/tahun dan ancaman defisit lahan sawah akan semakin besar.
Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kekritisan Lahan Pada Kawasan Budidaya Pertanian (Studi Kasus Desa Ngabab Kecamatan Pujon) Hakim, Annisa Nurul; Anggraeni, Mustika; Dinanti, Dian
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 6, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Population growh affects the increasing needs for food and agricultural land, while the existence of agricultural land is reduced. Efforts to increase agricultural product by using chemical fertilizers and pesticides have negative impact on the environment. Insistence of the fulfillment of economic needs affected to the exploitation of agricultural land that can trigger critical land. Most villagers work as a farmer, which is identical with low level of welfare. Increasing poverty rate among farmers will continue if the critical condition of agricultural land increasingly widespread because farmers will lose their jobs. It will caused socio-economics impacts, namely the broader unemployment, crime, and decreased quality of life. This study aimed to determine critical land level on agricultural land and whether there is influence between socio economic condition with the critical land level. The methods used to measure the critical land level were overlay, scoring, and weighting. The critical level divided into five categories, are very critical, critical, medium critical, potential critical, and uncritical area. The analysis methods used to measure correlation between socio economic with crtical land level was multiple linear regression analysis. Based on the overlay analysis showed that critical land level on samples are Critical 0,957 ha, Medium Critical 10,473 ha, Potential Critical 6,24 ha, and Uncritical 1,247 ha. The result of regression analysis showed that there was significant influence between the socio economic and critical land level. The significant variables on farmer samples are agricultural counseling frequencies, per capita income, and farm product with the model is Y = 179,452 + 18,672X1 + 10,394X4 + 3,278X5. Meanwhile for the landowner samples, the significant variables are per capita income and farm product with the model is Y = 308,342 + 4,729X4 + 2,043X5. Regression results were positif it means, the lower socio economic conditions, the land become more critical. Keywords: critical land level, socio economic, agricultural, regression
Kualitas Hidup Masyarakat Desa Wisata Adat Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Santosa, Satria Arif; Dinanti, Dian; Sari, Nindya
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 13, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Wisata Adat Ngadas merupakan salah satu desa wisata berlokasi di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Keanekaragaman bentang alam dan tempat bermukimnya suku Tengger yang memegang teguh adat dan tradisi yang menjadikan daya tarik wisata Desa Ngadas. Seiring berjalanannya waktu wisatawan berkunjung semakin meningkat, hal ini memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat setempat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kualitas hidup berdasarkan persepsi masyarakat dan identifikasi faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hidup. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis faktor konfimatori (CFA). Berdasarkan hasil analisis statistik desripitf dapat diketahui kualitas hidup masyarakat bernilai 3,63 dengan kategori sedang serta faktor yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat adalah material well-being dan health and safety well-being.
PEMETAAN POTENSI PERKEBUNAN DESA AMADANOM KECAMATAN DAMPIT BERBASIS PARTISIPATIF Dian Dinanti; Bunga Annisa Fadillah; Diana Valentina; Muhammad Iqbal Hakim; Mayang Wigayatri
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 8, No 2 (2020): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v8i2.2696

Abstract

Abstrak: Desa Amadanom merupakan salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang dengan luas wilayah sebesar 689,16 Ha dengan mata pencaharian masyarakat dominan pada sektor pertanian. Masyarakat Desa Amadanom mengandalkan hasil pertanian berupa hasil perkebunan terutama kopi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemetaan potensi perkebunan dengan menyusun akar masalah dan pohon masalah di Desa Amadanom dengan memperhatikan pola ruang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data primer berupa observasi, wawancara, dokumentasi, Focus Group Discussion (FGD), dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Analisis yang digunakan adalah analisis pola ruang, analisis potensi dan masalah, serta analisis akar dan pohon masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa penyebab permasalahan perkebunan yang mengakibatkan pengelolaan hasil perkebunan tidak optimal. Pengembangan Desa Amadanom diketahui belum maksimal dengan permasalahan perkebunan yang ada diantaranya hama dan penyakit serta kurangnya wawasan petani dalam perawatan dan pengolahan perkebunan. Pengolahan hasil perkebunan yang belum maksimal menyebabkan harga jual rendah.Abstract:  Amadanom Village is one of the villages located in Dampit Subdistrict, Malang Regency with an area of 689.16 Ha with dominant community livelihoods in the agricultural sector. Amadanom villagers rely on agricultural products in the form of agricultural products, especially coffee. This study aims to determine the mapping of the potential of plantations by arranging root causes and problem trees in Amadanom Village by paying attention to spatial patterns. The approach used in this study is a qualitative and quantitative approach with primary data collection techniques in the form of observation, interviews, documentation, Focus Group Discussion (FGD), and Participatory Rural Appraisal (PRA). The analysis used is spatial pattern analysis, analysis of potential and problems, as well as root and problem tree analysis. The results showed that there were several causes of plantation problems that resulted in suboptimal management of estate crops. The development of Amadanom Village is known to have not been maximized with existing plantation problems including pests and diseases as well as a lack of farmers' insights in the care and management of plantations. Processing of plantation products that have not been maximized causes low selling prices.