Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Penelitian Keandalan Bangunan Sipil Pada Struktur Cerobong (Studi Kasus: Chimney PLTU Paiton Unit 6 dan 7) Budio, Sugeng P.; Cahya, Indra; N., Kartika Puspa; Hasyim, M. Hamzah; Jamaran, Imran
Rekayasa Sipil Vol 6, No 3 (2012)
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1366.9 KB)

Abstract

Keandalan bangunan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu gedung.Berdasarkan UU RI No. 28 Tahun 2002 disebutkan bahwa setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.Persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Dengan demikian, setiap bangunan yang akan dirancang maupun yang sudah beroperasi harus mendapatkan pengawasan yang ketat terhadap kualitas bangunannya serta memiliki jaminan laik fungsi. Studi kasus yang dipakai dalam penelitian ini adalah Chimney pada PLTU Paiton yang terletak di Paiton..Bangunan ini didesain dengan waktu operasional selama 40 tahun.Akan tetapi, setelah 15 tahun beroperasi dan dilakukan pengecekan terhadap kondisi fisik lapangan, terdapat beberapa bagian bangunan yang mengalami keretakan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian keandalannya.Pengujian dilakukan dengan melakukan Hammer Test, UPV Test, Core Drill Testing, Crack Detection Testing, Concrete Cover Testing, Corrosion Testing, Rebar Inspection, Settlement Testing dan Visual Inspection. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton adalah 45,83 MPa, permeabilitas beton 0.43 gr/mnt, porositas beton 3,57%, modulus elastisitas 31182,92 MPa. Adapun retak beton yang cukup besar ditemukan di elevasi +110 m sebesar 0,46 mm dan +220 m sebesar 0,38 mm. Rata-rata nilai resistifitas yang lebih besar dari 12 km menunjukkan tingkat korosifitas rendah. Berdasarkan analisa diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan kapasitas menjadi sebesar 85%. 
Sisa Umur Bangunan Vital Pada Bangunan-Bangunan Teknik Sipil (Studi Kasus : Chimney PLTU Gresik Unit 1 Dan 2) Cahya, Indra; Hidayat, Taufik; Unas, Saifoe El; Susanti, Lilya
Rekayasa Sipil Vol 6, No 3 (2012)
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.848 KB)

Abstract

Bangunan secara umum direncanakan dengan fungsi dan masa layan tertentu. Keduanya dapat tercapai apabila dalam proses perencanaan, pelaksanaan hingga perawatan dan pemeliharaannya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hal ini mengingat perawatan dan pemeliharaan berperanan penting dalam tercapainya rencana masa layan bangunan sesuai fungsinya.Dalam masa layan dapat terjadi berbagai kondisi/ kerusakan yang mengarah pada turunnya (deteriorasi) fungsi kinerja bangunan dan berdampak pada lifetime bangunan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki sisa umur bangunan pada struktur Chimney PLTU Gresik unit 1 dan 2. Selain itu juga akan dibahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan masa layan bangunan tersebut.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kondisi eksisting Chimney PLTU Gresik unit 1 dan 2, dapat diketahui bahwa sisa umur bangunan dengan kondisi eksisting adalah 10 tahun. 
PERBANDINGAN SISTEM HUKUM TENTANG MEDIASI PERCERAIAN INDONESIA DENGAN MALAYSIA KHUSUS WILAYAH-WILAH PERSEKUTUAN Cahya, Indra; Gultom, Elfrida Ratnawati
Ensiklopedia of Journal Vol 6, No 4 (2024): Vol. 6 No. 4 Edisi 2 Juli 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/eoj.v6i4.2468

Abstract

Negara Indonesia dengan Negara Malaysia memiliki perbedaan karena Indonesia Indonesia dipimpin oleh Presiden sedangkan Malaysia dipimpin oleh Perdana Menteri hal ini yang membuat Indonesia dengan Malaysia memiliki Karakteristik hukum yang berbeda. Indonesia menggunakan Sistem Hukum Civil Law sedangkan Malaysia Menggunakan Commond Law, maka dari itu membahas perihal Perceraian kedua Negara tersebut sangatlah menarik. Rumusan Masalah Bagaimana Persamaan dan Perbedaan sistem hukum mediasi perceraian Indonesia dengan Malaysia Khusus Wilayah-Wilayah Persekutuan dan Faktor-Faktor penyebab terjadinya persamaan dan perbedaan sistem hukum mediasi perceraian Negara Indonesia dengan Negara Malaysia Khusus Wilayah-Wilayah Persekutuan. Tipe penelitian hukum normative, bersifat Deskriptif, menggunakan data sekunder yang dianalisis secara kualitatif, penarikan kesimpulan logika deduktif. Kesimpulannya persamaan sistem hukum yang dapat ditemukan ialah pada saat pelaksanaan proses mediasi dan penunjukkan mediator, sedangkan untuk perbedaan sistem hukumnya ialah pada cara melakukan mediasi, perbedaan pengaturan mediasi, syarat-syarat mediasi, batas waktu proses mediasi dan jumlah mediator, Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persamaan dan perbedaan mediasi perceraian Indonesia dengan Malaysia khusus wilayah-wilayah persekutuan ialah karena factor bentuk Negara dan sistem pemerintahannya.
KAJIAN KOMPARASI MEDIASI PERCERAIAN PENGADILAN AGAMA INDONESIA DAN MAHKAMAH SYARIAH MALAYSIA: Comparatife Study of Divorce Mediation in Indonesian Religios Court and Malaysia Sharia Court Cahya, Indra; Iriawan, Asep Iwan
AMICUS CURIAE Vol. 1 No. 2 (2024): Amicus Curiae
Publisher : Faculty of Law, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/amicus.v1i2.19780

Abstract

The Religious Courts, one of whose powers is to resolve divorce issues for Muslim people. Before the divorce trial begins, the parties must mediate in court assisted by a mediator. Whereas in Malaysia the Religious Courts are called the Sharia Courts whose duties are to resolve issues related to Islamic matters, if a husband and wife have an agreement to file for divorce, the Sharia Court shall resolve the matter by conducting mediation or sulh first. Sulh is an attempt to reconcile couples in the context of marriage as an attempt to reconcile between husband and wife before the couple is legally divorced and separated. The problem is how are the similarities in divorce mediation between the Indonesian Religious Court and the Malaysian Sharia Court and how are the differences in divorce mediation between the Indonesian Religious Court and the Malaysian Sharia Court. This study uses a descriptive comparative normative research type using secondary data obtained from the literature. Secondary data was analyzed qualitatively by using deductive logic. Based on the results of a comparative study of divorce mediation at the Indonesian Religious Court and at the Malaysian Sharia Court, they have similarities and differences. The similarities are regarding the time of the mediation process and the appointment of mediators, while the differences are regarding the method of conducting the mediation, the requirements of the mediator, the mediation arrangements, the time limit for the mediation process, and the number of mediators.
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN GILLNET MILENIUM BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN SETTING DIPERAIRAN PULAU AMBON Syamsuddin, Muhidin; Haruna, Haruna; Cahya, Indra; Sangadji, Selfi
Amanisal: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Vol 13 No 1 (2024): Amanisal: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/amanisalv13i1p10-18

Abstract

The natural dynamics of the distribution of fish resources in marine waters are not uniform. This will have implications for optimizing the utilization of fish resources using various fishing gear in a fishing area. Fishing using millennium gillnets is generally not done by many fishermen on Ambon Island. The research aimed to determine the composition and influence of differences in millennium gillnet depth on catch results. This research method is a fishing experiment using 3 units of 3.5-inch millennium gillnets of uniform size which are set on the bottom of the water at treatment depths, namely 0-20 meters, 21-40 meters and > 40 meters. Simultaneous capture operations in the afternoon for 8 capture attempts. During the research, the catch was 364 fish weighing 209 kg. 6 types of fish were identified, namely Kuwe (Caranx sexfasciatus), yellow-tailed Lalosi (Caesio cunning), sand porter (Naso thynnoides), Samandar (Siganus sp), and grouper (Epinephelus merra), and mackerel (Scomberomorus gullatus). This type of fish is usually found swimming in open water or near the sea surface. The highest number of catches was the Kuwe fish species, 135 fish (37.09%) weighing 56.4 kg (26.99%), the lowest was the Tenggiri fish species (Scomberomorus gullatus), 5 fish (1.37%) weighing 5.1 kg (2, 44%). The highest catch was in the 21-40 m depth range, namely 162 fish and 94.7 kg, followed by more than 41 m, namely 103 fish and 57 kg, and the lowest in the 0-20 m depth range, namely 99 fish and 57.3 kg. The chance of catching fish occurs at all net-setting depths, but the highest chance occurs at 21-40 m. The results of the analysis showed that neither the overall catch nor the dominant fish species showed significant differences based on differences in depth.