Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kriteria Diagnostik dan Pendekatan Terapeutik pada Pasien dengan DIslipidemia Pediatri nickyta; Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani; Anggraeni Janar Wulan
Medula Vol 12 No 4 (2022): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v12i4.481

Abstract

Dyslipidemia or hyperlipoproteinemia is a quantitative change in the concentration of total cholesterol, its fraction, or just triglycerides in plasma. In addition, there is ample evidence to support that pediatric dyslipidemia is associated with atherosclerosis in adulthood. To reduce cardiovascular risk in adulthood, early identification and treatment is needed to reduce morbidity and mortality. Dyslipidemia itself can occur due to changes in primary lipoprotein metabolism due to genetic (primary) causes or other pathologies such as the result of accumulation of exogenous (secondary) factors. Therefore, mixed dyslipidemia results from genetic and environmental associations with risk factors for cardiovascular disease. However, lipid metabolism screening in pediatrics is not carried out in a targeted manner, causing problems where the outcome is not generally accepted. In addition, no one knows the effect of long-term pharmacological therapy. Therefore, this study aimed to review the various available literature resources on pediatric dyslipidemia to present data on a structured approach to pediatric dyslipidemia that focuses on screening, atherosclerotic risk stratification, and therapeutic approaches.
Efektivitas Metode McKenzie dalam Mengurangi Intensitas Nyeri terhadap Low Back Pain: Literature Review Ghistavera Izvantia; Ahmad Fauzi; Nisa Karima; Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani
Termometer: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Vol. 3 No. 1 (2025): Januari : Termometer: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/termometer.v3i1.4704

Abstract

Low Back Pain is a degenerative disease that causes pain or discomfort in the 5th lumbar vertebra to the 1st sarcosacral vertebra. Low Back Pain itself is still one of the top five conditions that cause state losses in the world because it causes disability in sufferers. Non-pharmacological therapy for low back pain is McKenzie therapy. This study aims to see the effectiveness of McKenzie therapy in low back pain sufferers by searching the literature through the PubMed website, Google Scholar, Cochrane, and other scientific journal websites with the keyword "effectiveness of McKenzie methods for Low Back Pain". The results of the analysis show that McKenzie therapy is effective in reducing pain in low back pain sufferers. Further studies are needed to see the long-term effects, comparison of McKenzie therapy with other therapies, and combination of therapies to reduce pain intensity in low back pain sufferers.  
ngaruh Minuman Kunyit Dan Madu Terhadap Nyeri Menstruasi (Disminore) Ni MAde Ida Damma; Khairun Nisa Berawi; Dyah Wulan Sumekar rengganis Wardani
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 8 No. 2 (2021): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari minuman kunyit dan madu terhadap tingkat nyeri menstruasi (dismenore). Penelitian ini menggunakan metadata analisis dengan tinjauan literatur (literature review) yang mencoba menggali tentang manfaat minuman kunyit dan madu untuk mengurangi tingkat nyeri saat menstruasi. Penyebabnya Dysminore adalah senyawa molekuler yang disebut prostaglandin yang dilepaskan saat menstruasi dan menyebabkan kontraksi di dalam rahim. Nyeri haid dapat diatasi dengan pemberian terapi nonfarmakologis yaitu minuman kunyit dan madu. Hasil survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari 80% wanita usia subur mengalami dismenore selama menstruasi, 67,2% di antaranya terjadi pada kelompok usia 13-21 (WHO, 2013). Hasil literature menunjukan ada perbedaan yang signifikan penurunan skala nyeri haid primer sebelum dan setelah minuman kunyit dan madu. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah adanya perbedaan yang signifikan antara minuman kunyit madu terhadap tingkat nyeri menstruasi, serta penurunan skala nyeri menstruasi. Kata Kunci : Kunyit, Madu, Dismenore
Retinopati Diabetes Ona Rahmawati; Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani; Suharmanto Suharmanto
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 9 No. 1 (2022): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu komplikasi akibat diabetes melitus akibat hiperglikemia kronis  adalah retinopati diabetik (RD). Faktor risiko yang  menyebabkan retinopati diabetik adalah durasi  diabetes, usia, hiperglikemia, hipertensi, pubertas, kehamilan, dan hiperlipidemia. Jenis diabetes mellitus diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat keparahan retinopati diabetik, dimana diabetes  tipe 1 berisiko lebih tinggi daripada diabetes  tipe 2. Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan kejadiandiabetes tertinggi di dunia, jumlah kejadian  10,7 juta orang dengan diabetes. Selain itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara  di Asia Tenggara yang memberikan kontribusi terbesar terhadap 11,3% penderita diabetes dari Asia Tenggara. Beberapa perubahan pada biokimia, molekuler, dan  fisiologis pada perdarahan retina yang mempengaruhi fungsi sel mikro dan  fotoreseptor. Faktor risiko utama  Retinopati Diabetes (RD) adalah waktu perjalanan menderita diabetes, dengan prevalensi diabetes  tipe 1 yang tinggi sebesar 90% dibandingkan dengan diabetes  tipe 2  sebesar 45,8%. Beberapa faktor risiko yang diduga menjadi penyebab retinopati diabetes antara lain durasi penyakit, usia, kontrol glikemik yang buruk atau hiperglikemia dan tekanan darah, masa remaja, kehamilan, kadar lipid  darah, hiperviskositas, gagal ginjal, anemia, dan merokok. Untuk mencegah memburuknya RD, dapat dimulai dengan memeriksa gula darah secara berkala, kadar lipid darah, dan tekanan darah. Perawatan utama dalam penanganan retinopati diabetes adalah terapi anti-VEGF dan perawatan laser dengan dukunganmedikasi kortikosteroid. Kata Kunci: Anti-VEGF, diabetes melitus, faktor risiko, kortikosteroid, retinopati diabetes.
Manajemen Anestesi Umum Pada Bedah Laparoskopi Assyfa Salsa Yulpani; Ari Wahyuni; Giska Tri Putri; Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 11 No. 2 (2024): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jka.v11i2.pp75-82

Abstract

Laparoskopi adalah pembedahan minimal invasif dimana rongga peritoneum dapat divisualisasikan tanpa adanya sayatan yang besar pada abdomen. Laparoskopi telah memberikan hasil positif berupa insisi yang minimal, mengurangi risiko trauma, mengurangi biaya medis, menurunkan risiko perdarahan, menurunkan komplikasi pasca bedah, pemulihan dini, dan menurunkan mortalitas dan morbiditas. Dalam laparoskopi dikenal istilah pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum dan perubahan posisi pada laparoskopi dapat menimbulkan perubahan fisiologi pada pasien, seperti perubahan kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, neurologi, dan splankhic. Oleh karena itu, diperlukan manajemen anestesi yang baik pada bedah laparoskopi. Pemahaman patofisiologi akibat pneumoperitoneum dalam laparoskopi sangat penting bagi anestesiologi untuk dapat memberikan respon cepat dan tepat terhadap perubahan yang terjadi dan mengevaluasi serta mempersiapkan pasien secara preoperatif terhadap kelainan-kelainan yang mungkin terjadi selama laparoskopi. Selain itu, lama operasi, risiko cedera organ-organ dalam, serta kesulitan mengevaluasi perdarahan yang terjadi, juga menjadikan anestesi pada laparoskopi menjadi prosedur yang berisiko tinggi. Laparoskopi paling baik dilakukan dengan anestesi umum karena perubahan fisiologi yang disebabkan oleh penumoperitoneum. Faktor yang membuat anestesi umum lebih baik daripada teknik anestesi lainnya untuk bedah laparoskopi adalah perubahan posisi pasien yang ekstrem, perubahan fisiologi akibat pneumoperitoneum, dan durasi operasi yang lama. Anestesi umum dalam bedah laparoskopi meliputi intubasi endotrakeal, relaksasi otot, dan ventilasi mekanis terkontrol. Kata kunci: Anestesi Umum, Laparoskopi, Pneumoperitoneum