Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pendederan Ikan Patin Pangasius hypophthalmus di Kolam Terpal Enny Destian; Dwi Puji Hartono; Epro Barades
Jurnal Perikanan Terapan Vol 1 No 1 (2020): Jurnal Perikanan Terapan
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.103 KB) | DOI: 10.25181/peranan.v1i1.1462

Abstract

Ikan patin merupakan salah satu ikan unggulan budidaya di Indonesia. Produksi ikan patin nasional pada tahun 2019 yaitu sebesar 1.149.400 ton. Pendederan merupakan tahap penting dalam pembenihan. Pada tahap ini sering terjadi kematian akibat perubahan lingkungan yang ekstrim. Pendederan ikan patin pada kolam terpal memiliki beberapa keunggulan yaitu biaya pembuatan murah, mudah dibuat dan dibongkar, serta dapat diterapkan di daerah lahan sempit. Tujuan dari kekeiatan ini adalah mengetahui pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan patin. Benih ditebar dengan ukuran 1 inci dengan jumlah tebar 7.200 ekor, dengan ukuran kolam 2m x 1m, pemberian pakan secara at satiation dengan frekunsi 3 x sehari (pagi, siang dan sore). Dari hasil pemeliharaan selama 21 hari didapat SR benih  ikan patin mencapai 85%, pertumbuhan panjang akhir 2.1  inch (5.25), pertumbuhan bobot akhir 1.09 gram dan rata-rata laju pertumbuhan panjang harian 2.1% dan rata-rata laju pertumbuhan bobot harian mencapai 5.275%.
Efektivitas Pemberian Cacing Darah Beku atau Cacing Sutra Terhadap Laju Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus (Channa Striata) Gerald Dean Santoro; Adni Oktaviani; Epro Barades
Jurnal Perikanan Terapan Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Perikanan Terapan
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, ikan gabus merupakan salah satu ikan air tawar yang berekonomis tinggi. Menurut Rakhmawati (2015), harga ikan gabus secara umum berkisar antara Rp. 42.000–Rp. 45.000 per kg dipasar lokal dan Rp. 250.000-Rp. 300.000 untuk ekspor. Semakin tinggi permintaan pasar terhadap ikan gabus, maka aktifitas penangkapan ikan gabus di alam juga semakin meningkat. Hal tersebut dapat menurunkan populasi ikan gabus di alam, sehingga perlu adanya upaya untuk membudidayakan ikan gabus.Pendederan ikan gabus dengan pemberian cacing darah beku mampu menghasilkan benih yang ukuranya tidak jauh berbeda dengan benih ikan gabus yang diberikan cacing sutra.Pendederan ikan gabusdilaksanakan selama 28hari menggunakan 2 akuarium dengan padat tebar 1 ekor/liter. Tingkat kelangsungan hidup pada masing-masing perlakuan yaitu 85% (Akuarium A) dan 90% (Akuarium B). Hasil pengamatan suhu di masing-masing perlakuan berkisar 27-31ºC, Nilai pH selama pemeliharaan berkisaran 6,5-7,5, Kadar oksigen terlarut dalam media pemeliharaan yaitu 5,8-6,5 ppm.
MEDIA POROSITY in SILK WORM CULTURE (Tubifex sp.) Epro Barades; Pindo Witoko
AQUASAINS Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Perikanan dan Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1991.402 KB) | DOI: 10.23960/aqs.v6i2.p611-614

Abstract

The content of organic matter can affect the growth of silk worms (Tubifex sp.). In addition, media porosity can also have an effect. This study aims to determine the effect of porosity on the cultivation of silk worm by using media of mud and sandy mud. The analysis used a complete randomized design method with three replications. The silk worm population in mud and sandy mud is 521 and 984, with ABW (Average Body Weight) growth of 0.3 mg and 0.1 mg. These results prove that porosity affects the population, whereas organic matter affects the weight of silk worms. So it can be concluded that the use of sandy mud media produces a higher population, but has lower ABW than the mud media.
PENINGKATAN NISBAH IKAN NILA JANTAN MENGGUNAKAN 17?-METILTESTOSTERON MELALUI PAKAN Epro Barades; Dwi Puji Hartono; Pindo Witoko; Rahmadi Aziz
Jurnal Perikanan Unram Vol 10 No 1 (2020): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v10i1.200

Abstract

Keberhasilan maskulinisasi pada ikan nila menunjukkan bahwa penggunaan hormon 17?-metiltestosteron (MT) lebih efektif dibandingkan suhu. Akan tetapi penggunaan hormon dengan cara pemberian melalui pakan belum menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perendaman larva. Padahal secara aplikasi melalui pemberian pakan lebih mudah dilakukan. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan dilakukan pemberian hormon melalui pakan dengan waktu percobaan pemberian pakan melebihi waktu kritis tertinggi, yaitu selama 30 dan 50 hari. D'Cotta et al. (2007) dan Ijiri et al. (2008) menyatakan bahwa waktu kritis untuk dilakukannya perubahan jenis kelamin pada ikan tilapia adalah 9-15 hari setelah pembuahan / day post fertilization / dpf. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan periode waktu pemberian hormon 17? Metiltestosteron yang optimal melalui pakan untuk menghasilkan ikan nila monosex jantan.Perlakuan menggunakan hormon 17?-metiltestoteron dengan dosis 60 mg /kg dengan perlakuan lama pemberian pakan 0, 30 dan 50 hari. Pengaruh lama waktu pemberian pakan mengandung hormon di uji menggunakan uji anova pada selang kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan 17?-metiltestoteron dalam sex reversal dengan dosis 60 mg/kg pakan dengan lamawaktu pemberian 0, 30 dan 50 hari menunjukkan adanya perbedaan jumlah kelamin ikan nila jantan yang dihasilkan. Akan tetapi tidak terlihat adanya perbedaan nyata pada nisbah kelamin jantan pada perlakukan 30 dan 50 hari pemebrian pakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan hormon 17?-metiltestoteron melalui pakan selama 30- 50 hari setelah penetasan dapat meningkatkan nisbah kelamin jantan pada ikan nila lebih dari 80%.
ADAPTASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA KENAIKAN SALINITAS YANG BERBEDA Rahmadi Aziz; Epro Barades
Jurnal Perikanan Unram Vol 11 No 2 (2021): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v11i2.262

Abstract

Tilapia fish is a freshwater fish commodity that has the potential to be developed for fisheries business. Tilapia fish have many advantages such as easy breeding, fast-growing, and can survive at high salinity. To increase durability at high salinity it is necessary to prepare saline tilapia seeds produced from parentage that is tolerant to high salinity or through the salination process since the size of the seed. The purpose of this study was to determine the survival rate, absolute growth, and water quality during the adaptation period of increasing salinity of tilapia juvenile. The experimental design used was a completely randomized design with three replications. The salinity increase treatments used were A (1 ppt salinity), B (2 ppt salinity), C (3 ppt salinity), D (4 ppt salinity), and E (5 ppt salinity). The results showed the survival rate of tilapia seeds each treatment is treatment A (1 ppt) by 100%, treatment B (2 ppt) by 100%, treatment C (3 ppt) by 100%, treatment D (4 ppt) by 99.2%, and treatment E (5 ppt) by 98.6%. The results of each absolute growth of each treatment are treatment A (1 ppt) of 0.002 grams / day, treatment B (2 ppt) of 0.002 grams / day, treatment C (3 ppt) of 0.001 grams / day, treatment D (4 ppt) of 0.0007 grams / day, and treatment E (5 ppt) of 0.001 grams / day. It can be concluded that the adaptation of fish seeds at different salinities (1 ppt, 2 ppt, 3 ppt, 4, ppt, and 5 ppt) still shows a good survival rate, but the absolute growth of tilapia seeds on the adaptation of salinity increases of 4 ppt and 5 ppt has not been optimal.
Electroporation and GFP-labelled transplantation of testicular cells in Nile tilapia Barades, Epro; Alimuddin, ,; Sudrajat, Agus Oman
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3313.292 KB) | DOI: 10.19027/jai.12.186-192

Abstract

ABSTRACT Transplantation technology can be applied to generate fish surrogate broodstock. A donor germinal cells that was used in transplantation are labeled to distinguish it with endogenous cells. Donor cells are generally derived from transgenic fish carrying a marker or cells labeled by PKH-26. This study was performed to obtain an alternative method of cell labelling using electroporation. Testicular cells were taken from 4-months old Nile tilapia as a model. Electroporation was performed with testicular cell density of 104 cells/µL, pJfKer-GFP concentration of 50 ng/µL, and a pulse length of 20 ms at 0, 100, 200, and 300 volts. At amount of 5x103 cells/0.5µL electroporated testicular cells were then injected into the intraperitoneal cavity of 3-day-old Nile tilapia larva. The results showed that survival of the electroporated cells of 100 and 200 volt-treatments was similar (P>0.05), and higher than 300 volt (P<0.05). Number of fluorescent cells was not significantly different among treatments. The highest cell colonization in transplanted fish was obtained in 200-volt treatment (66.67%). As conclusion, 200-volt electroporation with was a suitable tool to label testicular cells for transplantation. Keyword: electroporation, GFP, label, Nile tilapia, transplantation  ABSTRAK Teknologi transplantasi merupakan suatu teknologi yang dapat menghasilkan induk pengganti. Sel donor berupa sel germinal yang akan digunakan dalam transplantasi diberi label agar dapat dibedakan dengan sel resipien. Umumnya sel donor diperoleh dari ikan transgenik yang membawa marka atau diwarnai dengan PKH-26. Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode alternatif dalam pemberian label pada sel dengan elektroporasi. Sel testikular diperoleh dari ikan nila berumur empat bulan sebagai model. Elektroporasi dilakukan dengan kepadatan sel 104 sel/µL, konsentrasi pJfKer-GFP 50 ng/µL, dan panjang kejut 20 ms pada 0, 100, 200, dan 300 volt. Sebanyak 5x103 sel dalam 0,5 µL larutan hasil elektroporasi disuntikkan ke dalam rongga intraperitoneal larva berumur tiga hari setelah menetas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup sel pada kejut 100 dan 200 volt tidak signifikan (P<0,05), akan tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan 300 volt (P<0,05). Jumlah sel yang berpendar tidak berbeda antara perlakuan. Persentase kolonisasi sel pada ikan hasil transplan tertinggi pada perlakuan 200 volt (66,67%). Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah perlakuan elektroporasi dengan kejut listrik 200 volt dapat digunakan untuk memberi label pada sel testikular yang akan ditransplantasikan. Kata kunci : elektroporasi, GFP, label, ikan nila, transplantasi 
Penambahan Suplemen Herbal Temulawak (Curcuma zanthorrhiza) Pada Pakan Terhadap Gambaran Darah dan Tingkat Kelulushidupan (Survival rate) Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus): indonesia imas, imas rofi'ah; Barades, Epro; Rakhmawati, Rakhmawati
Jurnal Perikanan Terapan Vol 3 No 1 (2022): Jurnal Perikanan Terapan
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/peranan.v3i1.2791

Abstract

This final project will be carried out from July to August 2022 Teaching Farm Polytechnic State Polytechnic Lampung for 20 days starting from July to August 2022. This implementation aims to determine the total erythrocytes, leukocytes, and differential leukocytes and the survival of catfish fed with addition of temulawak herbal supplements to the immunity of catfish (clarias gariepinus). Maintenance use round tarpaulin pond with a diameter of 2 m with a stocking of 471 fish/m3 with two treatments namely K (without giving temulawak herbal supplement in feed) and A (supplementation of temulawak herb in feed). that seedThe size used is 5-9 cm. Maintenance is carried out for 20 days. From the results of maintenance on fish with treat the method of adding temulawak herbal supplements to feed, namely the survival rate of 98%, increase the good immune response in the body of the fish, the amount of feed consumption and growth performance, the average valueerythrocytes 2.83 × 106 cells/mm3, leukocytes 48.70 × 103 cells/mm3, lymphocytes 71.71%, neutrophils 16.42%, monocytes 6.14%, platelets116 × 103 cells/mm3 .