Articles
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN KETAPANG, LAMPUNG SELATAN SEBAGAI LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappapycus alvarezii
Noor, Nuning Mahmudah
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 7, No 2 (2015): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (858.855 KB)
|
DOI: 10.36706/maspari.v7i2.2487
Lampung menjadi salah satu penghasil rumput laut jenis Kappaphycus alvareziikarena memiliki perairan yang relatif tenang dan banyak dilindungi pulau kecil. Daerah yang menjadi pusat budidaya rumput laut adalah Pesawaran, Pulau Pahawang, Perairan Pulau Legondi dan Lampung Selatan. Salah satu daerah di Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi areal budidaya rumput laut adalah perairan Ketapang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk usaha budidaya rumput laut dari parameter kualitas perairan, lokasi dan pertumbuhan rumput laut. Pengambilan data dilakukan selama bulan Oktober-Desember 2014 di tiga lokasi (stasiun) budidaya rumput laut di Kecamatan Ketapang. Analisis kesesuaian lahan menggunakan metode pembobotan (skoring) yang dilanjutkan dengan pengamatan pertumbuhan rumput laut pada masing-masing stasiun. Hasil pengamatan dan skoring penilaiankesesuaian lahan di Ketapang menunjukkan bahwa perairan tersebut sangat sesuai untuk budidaya rumput laut kecuali pada stasiun I yang kurang sesuai karena tingkat kedalaman yang rendah serta substrat yang berupa lumpur.KATA KUNCI: Kesesuaian lahan, rumput laut, perairan Ketapang.
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN KETAPANG, LAMPUNG SELATAN SEBAGAI LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappapycus alvarezii
Nuning Mahmudah Noor
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 7, No 2 (2015): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (858.855 KB)
|
DOI: 10.36706/maspari.v7i2.2487
Lampung menjadi salah satu penghasil rumput laut jenis Kappaphycus alvareziikarena memiliki perairan yang relatif tenang dan banyak dilindungi pulau kecil. Daerah yang menjadi pusat budidaya rumput laut adalah Pesawaran, Pulau Pahawang, Perairan Pulau Legondi dan Lampung Selatan. Salah satu daerah di Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi areal budidaya rumput laut adalah perairan Ketapang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk usaha budidaya rumput laut dari parameter kualitas perairan, lokasi dan pertumbuhan rumput laut. Pengambilan data dilakukan selama bulan Oktober-Desember 2014 di tiga lokasi (stasiun) budidaya rumput laut di Kecamatan Ketapang. Analisis kesesuaian lahan menggunakan metode pembobotan (skoring) yang dilanjutkan dengan pengamatan pertumbuhan rumput laut pada masing-masing stasiun. Hasil pengamatan dan skoring penilaiankesesuaian lahan di Ketapang menunjukkan bahwa perairan tersebut sangat sesuai untuk budidaya rumput laut kecuali pada stasiun I yang kurang sesuai karena tingkat kedalaman yang rendah serta substrat yang berupa lumpur.KATA KUNCI: Kesesuaian lahan, rumput laut, perairan Ketapang.
PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU PASARAN, BANDAR LAMPUNG
Nuning Mahmudah Noor
Inovasi Pembangunan : Jurnal Kelitbangan Vol 9 No 01 (2021): April 2021
Publisher : Balitbangda Provinsi Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (368.732 KB)
|
DOI: 10.35450/jip.v9i01.219
Pasaran Island is not only well-known as a major producer of anchovies in Lampung province, but also as a mariculture location of some fish and green mussel. The island which only covers 12.5 hectares is located in urban areas, in Bandar Lampung City, the capital of Lampung province. Pasaran Island has the potential as a fishery production center and marine tourism (minawisata). The minawisata concept emphasizing the active role and rights of the local communities in the management of tourism in their area (community-based marine tourism). Several programs for the development of minawisata on Pasaran island have been successfully implemented, including: designing minawisata, enhancing sanitation, strengthening institutions, building facilities and infrastructure, developing fishery products, and strengthening promotions. Pasaran Island would therefore be a new marine-tourism icon that beneficial to Bandar Lampung City and directly boost the local community's welfare.
Aktivitas Antibakteri Dan Antioksidan Ekstrak Streptomyces sp. dan Exserohilum rostratum yang Dikultivasi Pada Tiga Jenis Medium Pertumbuhan
Ekowati Chasanah;
Nuning Mahmudah Noor;
Yenny Risjani;
Ariyanti Suhita Dewi
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15578/jpbkp.v7i1.67
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi potensi ekstrak Streptomyces sp. dan Exserohilum rostratum sebagai agen antibakteri dan antioksidan. Kedua isolat tersebut merupakan hasil isolasi dari penelitian terdahulu. Eksplorasi bioaktivitas kedua mikroba dikaji dengan menggunakan tiga macam media pertumbuhan yaitu Malt Extract Agar (MEA), Minimal Fungal Medium (MFM) dan Glucose Pepton Yeast extract (GPY). Analisis produksi bahan aktif dilakukan setiap 2 minggu selama 10 minggu kultivasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua isolat tersebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan untuk mempertahankan bakteri patogen agar tidak meningkat atau berkembang, atau sebagai bahan anti quorum sensing. Kemampuan penghambatan bakteri uji sebesar 2–3 siklus log. Ekstrak kedua mikroba tidak memiliki potensi sebagai penghasil antioksidan. Identifikasi pendahuluan terhadap jenis senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak pekat Streptomyces sp. dan Exserohilum rostratum berdasarkan spektra NMR berturut-turut diduga termasuk dalam golongan alkaloid dan peptida.
Performance of Green Mussel (Perna viridis) in Monoculture and Polyculture System Within Sea Bass (Lates calcarifer )
Nuning Mahmudah Noor;
Arum Dwi Astuti;
Eko Efendi
AQUASAINS Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Jurusan Perikanan dan Kelautan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1299.289 KB)
Green mussel (Perna viridis) is oyster has high potential to be developed. A huge market demand is an important factor to optimized green mussel cultivation, there are to system that could be applied for cultivation green mussel is polyculture and monoculture. The purposed of this study is to determined growth performance of green mussel which culture in monoculture and polyculture system. Green mussel is culture in floating cage bath of monoculture and polyculture system. In polyculture system green mussel placed within seabass (Lates calcarifer). Growth performance of green mussel determined by comparizing growth in wide and body lenght using T-test to analyzed factor that assigned to growth performance used principle component analysis (PCA) to environment factor such as Total Amonia Nitrogen (TAN), Total Organic Matters (TOM), Total Suspended Solid (TSS) and phytoplankton both in polycultured and monocultured system. The result of this research was shown that growth in this significant shown from third place where sample collected at 0-100 in depth The results showed that this significant growth was shown from the third place where the samples were collected at 0-100 in depth and the second place where the samples were collected at 100-150 in depth. This is caused by availability of feed source such as TOM and phytoplankton thy driven by sea current. The significant value shown by growth in wide of mussel shell at 100-150 cm in depth.
Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis) Di Pulau Pasaran, Bandar Lampung
Nuning Mahmudah Noor
AQUASAINS Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Perikanan dan Kelautan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (788.916 KB)
Pasaran Island located in the Western District of Teluk Betung within 5 km from the center of Bandar Lampung. This island was known as a central anchovy in Lampung. Several attempts have been made to optimize the production of fishery there, especially anchovies, in the form of technical assistance policy to business operations. However, the potential Pasaran Island is very diverse and not limited to the anchovy, one of which is the potential for the cultivation of green mussel (Perna viridis). Mussels in Pasaran Island was cultivating in 3 years ago. This study uses a combination of aquaculture site surveys, water quality data collection, interviews and laboratory analysis of heavy metal content. With adequate environmental carrying capacity, ease of cultivation technology, the proximity of the location of the city of Bandar Lampung, food safety aspects as well as support for the various parties expected the green mussel farming can be a new icon other than Pasaran anchovy so as to improve social welfare in Pasaran Island.
PENGARUH PERBEDAAN JENIS TALI TERHADAP TINGKAT PENEMPELAN BENIH KERANG HIJAU (Perna viridis)
Sulvina .;
Nuning Mahmudah Noor;
Henni Wijayanti;
Siti Hudaidah
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : University of Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (659.476 KB)
Kerang hijau Perna viridis merupakan komoditas perikanan yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Perubahan larva kerang hijau dari planktonik menjadi sesil merupakan masa kritis untuk hidup larva kerang hijau. Penempelan kerang hijau memerlukan substrat yang baik agar benih kerang hijau menempel dengan sempurna dan tidak terbawa oleh arus. Pada proses budidaya kerang hijau diperlukan jenis substrat yang sesuai dengan bissus kerang hijau. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat penempelan benih pada substrat dan pertumbuhan panjang benih kerang hijau. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu jenis substrat (tali) yang berbeda (serat alami, serat sintetis dan serat nanas). Penempelan benih kerang hijau yang paling tinggi pada minggu ke 8 jenis serat alami yaitu 92%, selanjutnya serat sintetis 30% dan serat nanas 14%. Panjang rata-rata benih kerang hijau yang paling baik pada serat alami yaitu 1,0 cm. Panjang rata-rata yang baik benih kerang hijau pada serat alami dapat disebabkan karena serat alami memiliki tekstur yang lembut yaitu seratnya terbuat dari beberapa jenis tumbuhan sehingga kerang hijau dapat menempel dengan baik. Berdasarkan uji lanjut BNT menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis tali menghasilkan tingkat penempelan yang berbeda nyata.
Preliminary Study on Kecalok, An Indigenous Shrimp Sauce from Indonesia
Mahrus Ali;
Ardiansyah Kurniawan;
Nuning Mahmudah Noor
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 14, No 2 (2019): August 2019
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (765.045 KB)
|
DOI: 10.15578/squalen.v14i2.386
Kecalokis recognized as a typical shrimp sauce traditionally produced by the Malay inhabitants in Bangka Island and Palembang, Southern region of Sumatra. Comparing to terasi, the most common Indonesian fermented shrimp, the information on kecalokhas rarely been reported. This study aimed to obtain the characteristics of both the geographical origin of kecalokproduct from Bangka and Palembang. A descriptive analysis was used to observe the profiles of both kecalokproducts including sensory, microbiology, proximate, and physical analysis. Results showed that kecalokfrom both locations had similar characteristics, i.e. a distinctive taste and aroma, high nutrition value, and containing some useful bacteria (LAB) which have beneficial role in human body. Therefore, kecalokwill be a prospective functional based-indigenous food in Indonesia.
Performa pertumbuhan bawal bintang Trachinotus blochii yang dibudidaya dengan sistem monokultur dan polikultur bersama kerang hijau Perna viridis
Kurnopriawan Hidayat;
Herman Yulianto;
Mahrus Ali;
Nuning Mahmudah Noor;
Berta Putri
Depik Vol 8, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (629.408 KB)
|
DOI: 10.13170/depik.8.1.12542
Abstract. The snubnose pompano Trachinotus blochii is one of the important commercial fishery commodity in the Indonesian market. The increasing of the market demand has led some efforts to increase the production of this fish. So do the increasing need for green mussels Perna viridis meat. Therefore it is necessary to evaluate the performance of both species in the polyculture system by using raft culture. This study aims to compare the growth performance of snubnose pompano cultivated on a monoculture system and polyculture within green mussels in a raft system. The parameter observed was the differences in the growth performance of both species and the increase in total weight and survival (SR) of the fish. The results showed that the growth of snubnose pompano did not provide a significant difference in the growth of both cultivating systems whether in monoculture or polyculture system, likewise the shell length and width of the green mussels. We conclude that it is profitable to cultivate both organisms on a polyculture system because it can harvest both green mussels and snubnose pompano together in a period.Keywords: Snubnose pompano, green mussel, monoculture, polyculture, raft, growth Abstrak. Permintaan pasar terhadap daging ikan bawal bintang semakin meningkat begitupun dengan daging kerang hijau sehingga diperlukan suatu upaya rekayasa teknologi budidaya. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem polikultur dalam keramba jaring apung. Penelitian ini bertujuan membandingkan faktor pertumbuhan ikan bawal bintang dan kerang hijau yang dibudidayakan dengan sistem monokultur dan polikultur. Pengamatan dilakukan pada perbedaan pertumbuhan ikan dan kerang hijau, juga pada mutlak serta survival rate (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang dan lebar bawal bintang tidak memberikan perbedaan pertumbuhan secara nyata baik pada perlakuan monokultur dan polikultur. Begitupun dengan pertumbuhan kerang hijau sehingga sistem polikultur lebih menguntungkan untuk dilakukan karena bisa memanen kerang hijau dan ikan bawal bintang sekaligus.Kata Kunci: kerang hijau, ikan bawal bintang, monokutur, polikultur, pertumbuhan, KJA.
Performa pertumbuhan bawal bintang Trachinotus blochii yang dibudidaya dengan sistem monokultur dan polikultur bersama kerang hijau Perna viridis
Kurnopriawan Hidayat;
Herman Yulianto;
Mahrus Ali;
Nuning Mahmudah Noor;
Berta Putri
Depik Vol 8, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.13170/depik.8.1.12542
Abstract. The snubnose pompano Trachinotus blochii is one of the important commercial fishery commodity in the Indonesian market. The increasing of the market demand has led some efforts to increase the production of this fish. So do the increasing need for green mussels Perna viridis meat. Therefore it is necessary to evaluate the performance of both species in the polyculture system by using raft culture. This study aims to compare the growth performance of snubnose pompano cultivated on a monoculture system and polyculture within green mussels in a raft system. The parameter observed was the differences in the growth performance of both species and the increase in total weight and survival (SR) of the fish. The results showed that the growth of snubnose pompano did not provide a significant difference in the growth of both cultivating systems whether in monoculture or polyculture system, likewise the shell length and width of the green mussels. We conclude that it is profitable to cultivate both organisms on a polyculture system because it can harvest both green mussels and snubnose pompano together in a period.Keywords: Snubnose pompano, green mussel, monoculture, polyculture, raft, growth Abstrak. Permintaan pasar terhadap daging ikan bawal bintang semakin meningkat begitupun dengan daging kerang hijau sehingga diperlukan suatu upaya rekayasa teknologi budidaya. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem polikultur dalam keramba jaring apung. Penelitian ini bertujuan membandingkan faktor pertumbuhan ikan bawal bintang dan kerang hijau yang dibudidayakan dengan sistem monokultur dan polikultur. Pengamatan dilakukan pada perbedaan pertumbuhan ikan dan kerang hijau, juga pada mutlak serta survival rate (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang dan lebar bawal bintang tidak memberikan perbedaan pertumbuhan secara nyata baik pada perlakuan monokultur dan polikultur. Begitupun dengan pertumbuhan kerang hijau sehingga sistem polikultur lebih menguntungkan untuk dilakukan karena bisa memanen kerang hijau dan ikan bawal bintang sekaligus.Kata Kunci: kerang hijau, ikan bawal bintang, monokutur, polikultur, pertumbuhan, KJA.